Saksi mata penembakan di masjid Quebec tidak bisa melupakan keberanian Azzedine Soufiane, satu dari enam korban tewas dalam peristiwa yang mengguncang Kanada itu.
Mohamed Skimaou, seorang saksi mata kepada Reuters, Rabu (1/2/2017), mengatakan Soufiane tidak memedulikan nyawanya demi melindungi jemaah masjid Islamic Center Quebec. Di saat yang lain menyelamatkan diri, Soufiane justru berlari menerjang peluru untuk menangkap pelaku, Alexandre Bissonnette.
“Dia menghampirinya untuk melindungi saudara-saudaranya,” kata Skimaou.
Soufiane akhirnya tewas tertembak. Meski telah meninggal dunia namun namanya tetap harum di kalangan jemaah masjid tersebut.
“Dia adalah salah satu pahlawan masjid ini karena, berdasarkan yang saya dengar dari para saksi, dia mencoba menghentikan pelaku penembakan. Dia mencoba menghentikannya dan itulah mengapa dia ditembak mati,” kata jemaah lainnya, Ahmed El Refai.
Soufiane adalah korban tewas pertama yang berhasil diidentifikasi oleh aparat. Pria berusia 57 tahun itu adalah pemilik toko daging halal yang letaknya selemparan batu dari masjid tersebut.
Mansoura Abdelizez, jemaah masjid Quebec lainnya, mengaku tidak kaget jika Soufiane rela mengorbankan jiwanya demi orang lain. Menurut dia, Soufiane adalah sosok murah senyum yang sering membantu warga di Quebec.
“Jika ada perayaan, dia selalu menawarkan bantuan. Dia bukan orang yang condong kepada harta. Dia adalah orang baik, dan kami akan merindukannya. Sangat merindukannya,” kata Abdelizez, dikutip dari media Kanada, I Heart Radio.
Datang dari Maroko tahun 1980-an, Soufiane adalah lulusan fakultas geologi di Laval University, Quebec. Toko dagingnya dianggap sebagai salah satu tempat favorit warga Muslim Quebec, menjadikan Soufiane salah satu tokoh umat Islam di kota itu.
Korban lainnya dalam peristiwa itu adalah Khaled Belkacemi, 60, profesor di Laval University, Abdelkrim Hassane, 41, imigran Aljazair yang bekerja di kantor pemerintah Quebec, Abubaker Thabti, 44, pegawai peternakan asal Tunisia, Mamadou Tanou Barry, 42, ahli komputer di perusahaan kosmetik asal Guinea, dan Ibrahima Barry, 39, pegawai negeri sipil Quebec, juga dari Guinea.
Insiden penembakan hari Minggu lalu itu telah mengejutkan Kanada dan dunia. Bissonnette diadili atas enam dakwaan pembunuhan berencana dan percobaan pembunuhan dengan senjata terlarang.
(Reuters/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email