Ilustrasi Dialog
Dialoq Ibnu Abbas ra. Dan Sayyidina Umar Seputar Perampasan Hak Imamah Ali as.
Banyak spekulasi yang dipaksakan para ulama Sunni dalam menyikapi apa yang terjadi sesa’at setelah Nabi saw. wafat ketika para sahabat menyingkirkan Imam Ali as. dari hak kepemimpinan tertinggi umat Islam.. Mereka terpaksa mendustakan atau memalingkan ketegasan makna nash-nash penunjukan Imam Ali as. khususnya sabda Nabi saw. di Ghadir Khum, hanya karena satu alasan yaitu jika diterima kenyataan baahwa Nabi saw. telah menunjuk Ali sebagai Imam dan pemimpin tertinggi umat Islam sepeninggal beliau, mana mungkin para sahabat itu sepakat menentangnya?! Itu artinya kita menuduh para sahabat itu sebagai yang fasik karena terang-terangan menentang wasiat Nabi saw.
Tetapi jika kita mau jujur dalam melihat masalah ini, kita akan menyaksikan bahwa telah ada kesepakatan di balik meja antara para pembesar Quraisy (termasuk di antara mereka adalah para tokoh kafir Quraisy yang baru memeluk Islam karena terpaksa setelah kota Mekkah ditaklukkan dan juga sebagian sahabat lama dari suku Quraisy) yang akan berusaha sekuat tenaga untuk menyingkirkan Imam Ali as. dan bahkan siapapun dari suku bani Hasyim (sukunya Nabi saw.) dari tampuk kekuasaan khilafah… mereka hanya akan menggilir khilafah ini pada suku-suku Quraisy selain bani Hasyim…
Dialoq di bawah ini akan menjelaskan kenyataan adanya persekongkolan jahat tokoh-tokoh Quraisy… Dan dokumen ini sangat bernilai mengingat ia memuat pengakuan dari arsitek pembaiatan Saqifah yaitu sayyidina Umar ibn al-Khaththab…. Dan yang juga menentang penulisan wasiat keselamatan abadi yang hendak dituliskan Nabi saw di hari-hari akhir sebelum beliau meninggalkan umat Islam untuk selamanya…
Sayyidina Umar Membongkar Persekongkolan Quraisy Dalam Menyingkirkan Imam Ali as.
Ibnu Abil Hadid Al Mu’tazili dalam Syahr Nahjul Balaghah-nya dan Ibnu Al Atsir dalam al Kamil-nya menriwayatkan dialog panjang antara Sayyidinna Umar dan Ibnu Abbas ra. sebagai berikut:
Umar, “Hai Ibnu Abbas, tahukah kamu apa yang mendorong kaum Quraisy menolak kepemimpinan Ahlulbait sepeningal Muhammad?”
Ibnu Abbas, “Maka aku tidak ingin berterus terang dalam menjawab, lalu aku katakan kepada Umar, ‘Kalau saya tidak mengetahuinya, tentu Amirul Mu’minin mengetahuinya.’
Umar, “Karena mereka (kaum Quraisy) tidak menyukai berkumpul kenabian dan kekhilafahan pada kalian (Bani Hasyim), sebab kalian akan menjadi congkak dan semena-mena tehadap kaum kalian. Oleh sebab itu kaum Quraisy memilih untuk mereka seorang pemimpin dan langkah itu benar dan sesuai ….. .
Ibnu Abbas, “Apakah Amirul Mukminin bersedia menjauhkan dariku amarahnya lalu mendengarkan pembicaraan saya?”
Umar, “Ucapkan terserah kamu!”
Ibnu Abbas, “Adapun ucapan Amirul Mukminin bahwa Quraiys membenci (berkumpulnya kenabian dan kekhilafahan pada bani Hasyim), maka sesungguhnya Allah –Ta’ala- telah berfirman :“Yang demikian itu adalah kerena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang di turunkan Allah lalu Allah menghapus (pahal-pahala) amal –amal mereka ” (QS:47;9).
Adapun ucapan Anda, ‘Bahwa kami akan congkak. Maka jika kami bakal congkak dikarenakan jabatan khilafah maka sesungguhnya kami akan congkak dikarenakan kekerabatan kami (dengan Nabi saww), akan tetapi kami adalah kaum yang akhlak kami terbelah dari akhlak Rasulullah yang Allah berfirman tentangnya: “Dan sesungguhnya kamu berada di atas akhlak(budi pekerti) yang agung”(QS:68;4) dan Allah berfirman kepadanya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu,yaitu orang-orang yang beriman “(QS:26;215).
Adapun ucapan Anda bahwa kaum Quraiys memilih …, maka Allah telah berfirman : “Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilih. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka”. (QS:28;68). Dan Anda –wahai Amirul Mukminin- mengetahui sesungguhnya Allah telah memilih dari hambaNya untuk jabatan itu .Dan andai kaum Quraisy berpendapat seperti yang ditetapkan Allah niscaya mereka tepat dan benar .
Umar, “Tunggu, hai Ibnu Abbas, memang hati kalian Bani Hasyim enggan kecuali kebencian yang tiada padam dan kedengkian yang tiada berubah terhadap urusan kaum Quraisy.”
Ibnu Abbas, “Tenang wahai Amurul Mukminin, jangan Anda menuduh hati Bani Hasyim dengan kedengkian, sebab hati mereka dari hati Rasulullah yang disucikan dari noda, mereka adalah Ahlulbait yang Allah berfirman kepada mereka: “Sesungguhnya Kami berkehendak untuk menghilangkan dari kalian rijs –wahai Ahlul-Bait dan mensucikan kalian sesuci-sucinya” .
Adapun ucapan Anda, “Mereka sakit hati. Maka benar, bagaimana seseorang yang miliknya dirampas dan melihat miliknya di tangan orang lain ia tidak sakit hati?!”
Umar, “Adapun kamu hai Ibnu Abbas telah sampai kepada saya ucapanmu yang saya tidak suka memberitahukannya kepadamu, sebab akan menjatuhkan kedudukanmu disisiku.”
Ibnu Abbas, “Apa itu wahai Amirul Mukminin, beritahukan kepadaku, kalua ia kebatilan maka orang seperti saya layak menjauhkan kebatilan dari dirinya dan jika ia haq maka kedudukanku disisi Anda tidak sepatutnya akan jatuh.”
Umar, “Telah sampai kepadaku bahwa kamu senantiasa mengatakan: Perkara ini di rampas dari kami karena kedengkian (rasa hasut) dan dengan kezaliman.”
Ibnu Abbas, “Adapun ucapan Anda ‘karena rasa hasut’, maka sesungguhnya Iblis telah mengahsut Adam sehingga mengeluarkannya dari surga dan kami adalah anak turun Adam yang di hasuti.
Adapun ucaapan Anda ‘dengan kezaliman’, maka sesungguhnya Amirul Mukminin mengatahui pemilik hak ini, siapa dia?
Kemudian Ibnu Abbas berkata, “Wahai Amirul Mukminin, bukankah bangsa Arab berhujjah atas orang ajam (non Arab) dengan kedudukan Rasulullah, dan suku Quraisy berhujjah atas seluruh bangsa Arab dengan kedudukan Rasulullah saww, maka kami lebih berhak terhadap Rasulullah dari seluruh Quraiys.”
Umar, “Berdirilah sekarang dan pulanglah kerumahmu!”
Maka Ibnu Abbas berdiri dan ketika ia berjalan Umar memanggilnya, “Hai orang yang sedang berpaling, saya tetap seperti dulu, memelihara hakmu. Lalu Ibnu Abbas menoleh dan berkata, “Sesungguhnya saya punya hak atas Anda, wahai Amirul Mukminin dan atas seluruh kaum Muslimin dengan kedudukan Rasulullah saw., maka barang siapa memeliharanya berarti ia memelihara hak dirinya sendiri dan barang siapa menyia-nyiakannya maka ia menyia-nyiakannya. Kemudian ia berlalu, maka Umar berkata kepada mereka yang duduk bersamanya, “Aduh, Ibnu Abbas, tiada saya melihat ia berdebat dengan seorang kecuali ia mengalahkannya.”[1]
Analisa Ringkas terhadap Dialoq diatas
Dari dialoq panjang antara Sayyidina Umar; arsitek pembaiatan Saqifah dan Ibnu Abbas ra. salah seorang keluarga besar Bani Hasyim yang dirampas hak kepemipimnanya oleh mereka yang merampasnya dapat Anda saksikan beberapa poin penting, di antaranya:
1. Umar berterus terang bahwa suku Quraisy benci pengaturan Tuhan yang menggabungkan kenabian dan khilafah pada keluarga Muahammad saww.
2. Pengaturan Tuhan mengandung arti menzalimi hak suku Quraisy –selain Bani Hasyim-, sebab Dia memberikan kepada Bani Hasyim kenabian dan khilafah, sementara yang lainnya tidak kebagian keutamaan tersebut.
3. Kendati hal itu adalah ketetapan Tuhan akan tetapi kalangan Quraisy menolak penggabungan kenabian dan khilafah dengan alasan bahwa ketetapan itu akan menyebabkan Bani Hasyim akan merasa congkak dan angkuh.
4. Khalifah Umar membekukan ketentuan Tuhan yang menetapkan hak kenabian dan khilafah bagi Bani Hasyim dan menyajikan konsep alternatif yang mencabut dari mereka hak khilafah dan ia menyebutnya sebagai tindakan benar dan lurus.
5. Khalifah menuduh banwa Bani Hasyim curang dan dengki terhadap suku-suku Quraisy lain, sebab mereka berusaha mengambil kembali khilfaha dari Quraisy.
6. Khalifah memposisikan dirinya sebagai jubir resmi pihak Quraisy dan sekaligus sebagai pembela kepentingan-kepentingannya.
7. Orang pertama dari kalangan Quraisy yang melahirkan alasan-alasan tersebut dan menyatakannya serta merancang kekuasaan Quraisy adalah Umar bin Khaththab. jadi beliau adalah anak Quraisy yang bakti dan perancang konsep alternatif.
8. Khalifah Umar selalu mewaspadai semua keluarga besar Bani Hasyim dan khawatir mereka mengambil kembali kekuasaan khilafah dari Quraisy. Adapun sikap akrabnya terhadap Ibnu Abbas adalah mata rantai sikap politis yang bertujuan memecah belah kesatuan Bani Hasyim yang selalu setia mendukung Imam Ali as., sebagaimana sebelumnya mereka lakukan terhadap Abbas dengan menawarkan jabatan agar ia meninggalkan Ali as akan tetapi tawaran itu ditolak mentah-mentah oleh Abbas paman Nabi tersebut.
Tanggapan Ibnu Abbas ra. Terhadap Sikap Sayyidina Umar
1. Sesungguhnya suku-suku Quraisy, diantara mereka adalah Umar sendiri benci terhadap ketetapan Allah Swt.dengan dipilihnya Ahlulbait as. sebagai pemimpin umat Islam.
2. Sesungguhnya suku-suku Quraisy menyimpang dari kebenaran syar’iyah dan salah karena memilih selain yang di pilihkan Allah.
3. Sesungguhnya kekhawatiran Quraisy terhadap kecongkakan Bani Hasyim apabila kenabian dan khilafah ditangan meraka, walau hal itu adalah ketetapan Allah, sama sekali tidak beralasan, baik alasan syar’iyah maupun berdasar logika.
4. Suku-suku Quraisy dalam sikap politis mereka dengan meninggalkan pilihan Allah dan menentukan pilihan mereka sendiri adalah bertentangan dengan ketetapan syar’iyah. Meraka mengatakan bahwa sikap itu benar dan menuduh Ahlulbait as.yang disucikan Allah sesuci-sucinya yang berusaha mengambil kembali hak mereka yang terampas sebagai berbuat curang dan memendam rasa hasut.
5. Ibnu Abbas ra. menjelaskan bahwa Umar telah mengetahui siapa sebenarnya pemilik hak khilafah itu, yaitu Ali as. namun kendati demikian mereka merampasnya.
6. Sesungguhnya suku Quraisy mendengki dan menzalimi Ahlul-Bait as dengan merampas hak khilafah dari mereka.
7. Sesungguhnya mereka yang menyia-nyiakan hak Ahlulbait as dalam kepemimpinan umat sebenarnya meraka menzalimi diri mereka sendiri!
Ketidak Sukaan Suku Quraisy Terhadap Kepemiminan Ali as. Didarasi Oleh Kebencian!
Dokumen dan ketarangan di bawah akan memperjelas kenyataan di atas dan sekaligus mengungkap latar belakang perampasan hak kepemimpinan Imam Ali as. yang dilakukan ooleh tokoh-tokoh Quraisy.
Kebencian bangsa Arab dan khususnya suku Quraisy terhadap Imam Ali as. adalah dikarenakan pembelaan beliau terhadap Nabi saww. dan agama Islam, sehingga dengan ketajaman pedang Ali as., musuh-musuh Islam dikalahkan, dan korban dari kalangan merekapun berjatuhan, sehingga walaupun di kemudian hari mereka memeluk Islam rasa dengki dan dendam tersebut masih ada dalam hati mereka. Apalagi mereka yang memeluk Islam bukan karena ketulusan akan tetapi karena tujuan-tujuan lain seperti: karena ikut-ikutan, menginginkan mendapatkan materi, takut terhadap kejayaan Islam dan lain lain .
Ibnu Abi al Hadid mengatakan, “Ketahuilah bahwa semua darah yang ditumpahkan Rasulullah saw. dengan pedang Ali as. dan dengan pedang yang lainnya maka orang-orang Arab sepeninggal Nabi saw. hanya akan menuntut balas semua itu kepada Ali as., dan itu adalah kebiasaan bangsa Arab apabila ada seorang dari mereka terbunuh mereka menuntut balas kepada si pembunuhnya dan apabila ia telah mati atau ada halangan untuk membalasnya maka mereka akan membalas keluarga yang paling sepadan dengan si pembunuh dari keluargnya.” [2]
Dan selain itu kedengkian itu pada sebagain mereka di kerenakan rasa iri dan hasut terhadap berbagai keistimewaan dan keutamaan Imam Ali as. yang selalu diutarakan dan di tablighkan Nabi Muhammad saww. serta kedudukan sentral yang di berikan kepada beliau as. Dan perlu di ketahui bahwa suku Quraisy adalah terkenal dengan rasa hasut dan iri serta kompetisi tidak sehat diantara mereka, sebagaimana di tegaskan oleh Khalifah Umar kepada Abu Musa al-‘Asy’ari dan Mughirah bin Syu’bah.[3]
Bukti-bukti Adanya Kedengkian Suku Quraisy Terhadap Imam Ali as. dan Ahlulbait as.
Dalam sebuah hadis dari Abu Utsman an Nahdi dari Ali as. beliau berkata, “Pada suatu hari Nabi saww. memelukku sambil menangis tersedu-sedu, maka saya bertanya kepada beliau: Gerangan apa yang menyebabkan Anda menangis, wahai Rasulullah? Beliau bersabda, ‘Kedengkian terhadapmu yang ada di dada-dada beberapa kaum yang tidak akan mereka tampakkan kecuali setelah kematianku.’
Saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah dalam keselamatan agamaku?’
Beliau menjawab, ‘Ya, dalam keselamatan agamamu.’” [4]
Ibnu Abi al Hadid setelah membenarkan sikap Imam Ali as. bergabung dengan dewan syura yang di bentuk oleh Umar kendati beliau tahu bahwa tidak akan terpilih dan Abbas pun telah menyarankan agar beliau tidak terlibat dalam dewan tersebut, karena menurut hemat Ibnu Abi al Hadid dengan tidak ikut sertanya beliau dalam dewan itu akan menggembirakan hati kaum Quraisy sebab, “Quraisy sangat membenci Ali as.”[5]
Dalam kesempatan lain ia mengemukakan, “Ketahuilah bahwa keadaan Ali dalam hal ini (kebencian bangsa Arab terhadapnya) sangat masyhur dan tidak perlu di perpanjang lagi , tidakkah Anda menyaksikan bagaiamana pemberontakan bangsa Arab dari berbagai penjuru ketika beliau di baiat sebagai khialifah setelah dua puluh lima tahun dari wafat Nabi saw. dan semestinya dalam kurun waktu kurang dari itu kedengkian itu sudah terlupakan, tuntutan balas dendam sudah padam dan hati-hati yang membara meredah serta terhibur, berlalunya sebuah generasi dan datangnya generasi baru dan tidak tersisa dari generasi menyandang dendam kecuali sebagaian kecil, namun demikian keadaan beliau dengan suku Quraisy setelah kurun waktu yang panjang itu seperti keadaan beliau apabila menerima jabatan khilafah langsung sepeninggal anak pamannya (Nabi) saww. dalam sisi penampakan apa yang terpendam dalam jiwa dan gejolak hati, sehingga generasi pelanjut Quraisy dan para pemuda yang tidak ikut serta menyaksikanperistiwa-peristiwa yang dilakuakan Ali as.dan penghunusan pedang terhadap pendahulu dan ayah-ayah mereka juga melakukan apa-apa yang seandainya para pendahulu itu masih hidup tidak akan melakukan seperti itu. Lalu apa bayangan kita kalau beliau duduk di kursi khilafah sementara pedang beliau masih bercucuran darah bangsa Arab, khususnya Quraisy… [6]
Dan inilah salah satu bentuk penghianatan umat terhadap beliau seperti yang di sabdakan Nabi saww. kepada Ali as.
Habib bin Tsa’labah bin Yazid berkata : Saya mendengar Ali berkata ketika dipaksa memberi baiat untuk Abu Bakar, “Demi Tuhan langit dan bumi (beliau ucapkan tiga kali), sesungguhnya ini adalah janji Nabi yang ummi kepadaku, “Bahwa umat akan berkhianat terhadapmu sepeninggalku.”[7]
Beberapa bukti adanya kebencian sahabat terhadap Imam Ali as.
Dalam banyak riwayat dapat kita temukan bukti adanya rasa dengki dan kebencian sebagian sahabat Nabi saww. terhadap Imam Ali as. walaupun Nabi saww. dalam banyak kesempatan telah menegaskan bahwa kebencian terhadap Imam Ali as. adalah kemunafikan. Dibawah ini akan kami sebutkan beberapa riwayat hadis yang membuktikan adanya kebencian itu .
Para muhadis seperti at-Turmudzi, ath-Thabarani, an-Nasa’i dan lain-lain meriwayatkan beberapa hadis yang menyebutkan bahwa ada sekelompok sahabat yang bersekongkol menyampaikan keluhan tentang sikap Ali as. kepada Nabi saww. ketika menjadi komandan pasukan yang di kirim ke negri Yaman dengan tujuan menjatuhkan kedudukan Ali as. di hadapan Nabi saww., melihat tindakan mereka Nabi saww. marah dan menegur mereka agar tidak membenci Ali as. seraya menegaskan bahwa Ali adalah wali mereka sepeninggal Nabi saww.
Setiap kali mereka mengeluhkan tetntang Ali as. Nabi saww. mengatakan kepada mereka dengan nada marah : Apa yang kalian maukan dari Ali? Apa yang kalian maukan dari Ali? Dia adalah pemimpin kalian setelahku . [8]
Dalam riwayat lain di katakan: “Maka Khalid bin walid [9] menulis sepucuk surat kepada Nabi saww. dan memerintah saya (Buraidah) untuk mengecam Ali, maka saya serahkan surat itu dan saya kecam Ali ra. maka tiba–tiba berubahlah wajah Rasulullah saww. dan bersabda: Janganlah kamu membenci Ali sesungguhnya Ali dariku dan aku dari Ali dan dia adalah wali(pemimpin) kalian setelahku.” [10]
Dalam riwayat lain disebutkan: “Buraidah berkata: Maka Khalid memanggilku dan mengatakan manfa’atkan kesempatan ini dan beritakan kepada Nabi saww apa yang ia lakukan, maka saya berangkat kembali ke Madinah dan sesampainya di madinah saya menuju masjid dan ketika itu Rasulullah saww. sedang berada dirumahnya sementara sekelompok sahabat beliau di hadapan pintu rumah beliau. Mereka bertanya: Ada berita apa hai Buraidah? Saya menjawab: baik, Allah memenangkan kaum muslimin. Mereka bertanya lagi, “Lalu apa yang membawamu pulang? Saya menjawab : Ali mengambil seorang tawanan wanita dari bagaian khumus dan saya datang untuk melaporkan hal itu kepada Nabi saw.”.
Mereka serempak menjawab, “Ya, beritahukan kepada Nabi saw. agar ia jatuh di mata Nabi saw. Sementara itu Rasulullah mendenganrkan pembicaraan mereka, lalu beliau keluar dengan muka marah dan bersabda: Mengapakah gerangan ada sekelompok kaum mencela-cela Ali? Barang siapa mencela-cela Ali berarti ia mencela saya dan barang siapa meninggalkan Ali berarti telah meninggalkan saya .Sesungguhnya Ali dariku dan aku dari Ali … .”[11]
Referensi:
[1] Syarah Nahj: jilidIII\12\107, Tarikh Thabari: 4\223 dan Al Kamil Fit Tarikh: 3\62 (peristiwa tahun 23).
[2] Syarah Najh :jilid III\juz:13 hal:283.
[3] Baca dialoq lengkap mereka dalam Syarah Nahjul Balaghah :jilid:I juz 2\125-126, dan dalam dialoq tersebut Umar menegaskan bahwa yang paling hasut diantara suku Quraisy adalah Abu Bakar.
[4] Nuur al-Abshar (asy-Syablanji asy-Syafi’i):88.Cetakan Daar al-Fikr.
[5] Syarah Najh :jilid III\juz:13 hal:283.
[6] Syarah Najh :jilid III\juz:13 hal:38.
[7] Syarah Najh :jilid II\juz6 hal:18 .
[8] Hadis riwayat an-Nasa’i dalam Khashaish(dengan komentar Abu Ishaq al-hawaini) diterbitkan Daar al-Baaz Makkah ,hadis nomer 84 dengan sanad Shahih .
[9] dalam espedisi tersebut Nabi saww. mengirim dua pasukan ,satu di bawah pimpinan Khalid dan yang lain di bawah pimpinan Imam Ali as. dan Nabi saww.mengatakan : Jika kalian bertemu maka Alilah pimpinan tunggal atas pasukan itu dan jika kalian berpisah maka setiap pasukan di bawah pimpinan masing-masing ,dan sesampainya di Yaman mereka bertemu .(An-Nasa’i: hadis ke 85).
[10] Ibid. hadis nomer:85 denagn sanad hasan .
[11] Majma’ az Zawaid ;al-Haitsami,9\18 dari riwayat ath-Thabarani dalam Mu’jam Ausath.
(Jakfari/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email