Presiden Jokowi (dok. Biro Setpres/Detik)
Saya yakin, meskipun digempur media sosial, media arus utama tidak akan hilang. Keduanya akan sama-sama eksis. Media sosial unggul karena kecepatan, karena nilai aktualitas. Sementara media arus utama menonjol karena akurasi dan kedalaman materinya.
Kita memperingati Hari Pers Nasional pagi ini (Kamis, 09/02/17), ketika dunia sudah semakin tanpa batas. Media sosial sedang menggempur, setiap orang bisa membuat dan menyebarkan berita. Ada banyak sekali konten edukasi, tapi tidak sedikit pula berita-berita bohong (hoax) yang bebas beredar. Dan ini terjadi di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia.
Inilah era keterbukaan yang --mau tidak mau-- harus kita hadapi. Masyarakat kita akan semakin cerdas dalam menyikapinya. Ini justru akan semakin mendewasakan kita, akan mematangkan kita, akan menjadikan kita tahan uji. Jadi tidak perlu banyak keluhan kalau mendengar hal-hal yang ada di media sosial, karena ini fenomena semua negara.
Saya yakin, meskipun digempur media sosial, media arus utama tidak akan hilang. Keduanya akan sama-sama eksis. Media sosial unggul karena kecepatan, karena nilai aktualitas. Sementara media arus utama menonjol karena akurasi dan kedalaman materinya.
Tapi bagaimana pun, saya meminta seluruh pihak: hentikan penyebaran berita-berita bohong dan fitnah yang dapat memecah bangsa, utamanya yang beredar melalui media sosial.
Saya berharap banyak kepada media arus utama untuk meluruskan hal yang bengkok, menjernihkan kekeruhan, dan tidak lantas ikut larut dan malah memungut isu-isu yang belum terverifikasi di media sosial sebagai bahan berita. Junjung tinggi etika jurnalistik. Faktualitas, objektivitas, dan disiplin dalam melakukan verifikasi tidak boleh luntur.
Saya berharap, peringatan Hari Pers Nasional di kota Ambon hari ini dapat memperteguh komitmen kita bersama untuk membangun Indonesia yang harmoni dan mewujudkan ekonomi yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
(Detik-News/Info-Teratas/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email