Bank Indonesia melakukan sosialisasi rupiah baru tahun emisi 2016 kepada Majelis Ulama Indonesia di Hotel Horison, Kota Makassar, Sabtu (4/2/2017).
Pada pertemuan bersama sejumlah tokoh MUI Sulsel, BI turut membahas logo rectoverso BI yang dianggap mirip simbol palu arit.
Kepala Group Sistem Pembayaran dan Satuan Layanan Administrasi Kantor Perwakilan BI Sulsel, Suzanna G Hamboer, mengatakan pertemuan dengan para Ulama serta anggota MUI itu menjadi salah satu agenda panjang BI dalam hal sosialisasi rupiah baru. Termasuk menepis tudingan adanya simbol palu arit pada desain rupiah baru tersebut.
“Jadi kita tidak hanya akan melakukan sosialisasi bersama tokoh agama saja. Tapi kita juga akan lakukan sosialisasi di sekolah-sekolah dan pesantren, hingga ke pelosok desa,” kata Suzanna.
Ia mengatakan, tudingan ataupun pandangan yang beranggapan jika logo BI itu mirip simbol komunis, tidaklah benar. Itu hanya merupakan bentuk yang timbul dari teknologi rectoverso untuk lebih mengamankan rupiah agar tidak mudah dipalsukan.
“Selain itu, kami juga heran kenapa baru sekarang dipermasalahkan. Coba deh perhatikan rupiah cetakan 2009 dan 2013. Bentuknya juga sama kok dengan (rupiah) TE 2016 ini,” ujarnya.
Suzanna berharap, dari pertemuan tersebut, para ulama, dan tokoh agama lainnya di Sulsel bisa ikut membantu BI memperkenalkan rupiah baru itu ke masyarakat. Peran ulama dan tokoh agama, menurutnya, akan sangat membantu untuk mengatasi potensi kesalahpahaman terkait rupiah baru.
Sementara itu, Sekretaris MUI Sulsel, Prof Muhammad Ghalib, mengatakan sosialisasi dengan topik “Mengenal Rupiah Baru Tahun Emisi 2016” itu dianggap suatu langkah yang baik dari BI. Menurutnya, ia bisa mendapatkan penjelasan yang lengkap terkait rupiah baru dari narasumber yang tepat.
“Saya rasa ini hal yang sangat positif, karena kita mendapatkan informasi dari sumber yang memang memiliki otoritas untuk menjelaskan tentang bagaimana proses pencetakan uang dan bagaimana pemilihan gambar-gambar dan seluruh hal yang terkait dengan uang itu,” kata Ghalib usai pelaksanaan kegiatan.
Terkait simbol palu arit, ia mengatakan itu hanya sebatas pandangan orang saja. Menurutnya, penjelasan BI kepadanya sudah sangat jelas.
“Penjelasan dari BI tadi setelah kita mendapatkan informasi secara gamblang begitu, ternyata mungkin persepsi orang yang seperti itu, tapi setelah dijelaskan saya kira semuanya menjadi jelas bahwa sesungguhnya kalau kita berbaik sangka, itu tidak ada upaya untuk mengarah ke situ,” ucapnya.
Prof Ghalib pun berharap, pada ulama, mubalig dan dai yang telah mendapatkan informasi dari BI bisa turut sosialisasikan rupiah baru tersebut.
“Kehadiran kita di sini, katakanlah seluruh yang hadir di sini adalah pengurus majelis ulama, mulai dari pimpinan harian, ketua komisi dan anggotanya dan pimpinan ormas yang lain. Memang gagasannya, keinginan kita itu bahwa ulama, kyai, mubalig dan dai yang hadir ini, inilah yang menjadi penyambung lidah dari BI untuk menyampaikan kepada masyarakat. Demi ketenangan, ketenteraman dan keutuhan dalam konteks ke-Indonesiaan, agar tidak terjadi lagi kegaduhan,” ujarnya.
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email