Pesan Rahbar

Home » » Ruh Kemanusiaan Mengakar Dalam Wakaf dan Infak

Ruh Kemanusiaan Mengakar Dalam Wakaf dan Infak

Written By Unknown on Wednesday, 1 February 2017 | 21:09:00


Hassan Rahimpour Azghadi, penceramah terkemuka Iran menyinggung masalah wakaf dan mengatakan, "Wakaf mengandung semangat persamaan dan berdasarkan hadis dari para imam as, barang siapa yang tidak memiliki semangat persamaan maka dia bukan Syiah."

Kantor Berita al-Quran (IQNA) melaporkan, Rahimpour Azghadi, yang juga anggota Dewan Tinggi Revolusi Budaya Iran, Rabu (25/1) dalam seminar "Peran Perempuan dan Perluasan Budaya Wakaf" mengatakan, "Wakaf memiliki berbagai dimensi transendental yaitu perkembangan, pertumbuhan, dan kesempurnaan manusia dalam memberi dan merelakan yang akan membentuk budaya tauhid. Budaya ini sepenuhnya berseberangan dengan budaya materialisme yang hanya mengutamakan kepentingan pribadi."

Rahimpour Azghadi menegaskan bahwa wakaf hanya memiliki akar pada ideologi seraya mengatakan, "Dalam sistem kapitalisme, budaya wakaf tidak berarti dan bahkan termasuk pekerjaan bodoh."

Dimensi lain wakaf menurut Rahimpour Azghadi adalah bahwa wakaf merupakan jihad besar akhlak mencintai sesama dalam masyarakat. Sejarah kemanusiaan masyarakat mencakup sejarah mengenai ruh kemanusiaan yang menunjukkan siapa saja dalam sejarah ini yang memiliki kekuatan beramal dan berinfak.

Rahimpour Azghadi menjelaskan bahwa infak dan wakaf pada masa hidup lebih baik dibandingkan setelah ajal menjemput. Pengokohan prinsip ketauhidan akan menjadi faktor musnahnya masalah-masalah duniawi dan ketamakan manusia.

"Imam Ali al-Ridha as mengatakan bahwa orang mukmin adalah yang meyakini bahwa alam semesta adalah milik Allah Swt sebagai pemilik hakiki. Dunia dan isinya juga untuk sementara diserahkan kepada manusia yang sebagian dari sebagian lainnya lebih utama dalam menggunakannya," tegas Rahimpour Azghadi.

"Dalam masyarakat yang memiliki budaya wakaf, maka ruh kemanusiaan akan mengakar. Dalam budaya ketauhidan, setiap manusia harus memberikan jawaban soal bagaimana dia mengumpulkan hartanya dan bagaimana pula menghabiskannya. Dan dalam masalah ini hanya sedikit orang yang dapat memberikan jawaban di akhirat nanti," jelas Rahimpour Azghadi.

(IQNA/IRIB-Indonesia/Astan-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: