Sejak beberapa hari terakhir, masyarakat Jakarta mungkin menyaksikan sejumlah orang bergelantungan dengan tali-tali karmantel lalu menempel bak Spiderman di Menara Masjid Istiqlal. Para “Spiderman” tersebut tidak sedang beraksi seperti dalam film, namun mereka sedang melakukan aksi membersihkan menara Masjid Istiqlal yang memiliki total ketinggian 96,66 meter. Tinggi tubuh menara yang berlapis marmer mencapai 66.66 meter atau 6.666 cm (jumlah ayat Al-Qur’an), dengan tinggi kemuncak (pinnacle) menara baja antikarat mencapai 30 meter (30 Juz), dengan diameter menara 5 meter.
Hujan masih menyisakan rintik-rintiknya yang rapat membasahi Jakarta, Minggu (19/2/2017) pagi, namun Masjid Istiqlal yang pemancangan tiang pertamanya dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno tanggal 24 Agustus 1961 sudah dipenuhi umat Islam untuk mengikuti pengajian rutin bulanan yang saat itu menghadirkan Ustadz Yusuf Mansur. Di sudut lain, tepatnya di menara Istiqlal, sejumlah relawan (volunteer) “Spiderman” sudah menempel dan merayap di tubuh sisi menara yang akan dibersihkan. Berbaju wearpack, helm, tali karmantel dan calabiner, perlahan tubuh menara tersebut dibersihkan dengan peralatan dan bahan khusus.
Di titik lain, tiga relawan sedang membersihkan tembok marmer dengan selang air berkekuatan dorong tinggi. Warna hitam mengalir dari tembok tersebut, yang kemudian tampak putih bersih kembali dengan guratan alami marmernya. Di selasar masjid, berderet penyangga (scaffolding) menyangga relawan membersihkan kisi-kisi atau ventilasi dengan kain dan cairan khusus. Mereka juga dilengkapi alat pengaman standar, tali dan helm kerja.
Aksi bersih-bersih Masjid Istiqlal ini yang dimulai sejak tanggal 10 Februari 2017 menjadi rangkaian kegiatan dalam rangka perayaan Milad Istiqlal yang peresmian penggunaan pertamanya dilakukan tanggal 22 Februari 1978. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat meninjau dan bergabung melakukan aksi bersih Masjid Istiqlal mengapresiasi kehadiran relawan yang ikut berpartisipasi dalam aksi bersih masjid kebanggaan bangsa Indonesia ini.
“Saya bersukur bisa hadir di Masjid Istiqlal yang beberapa hari ini sedang dibersihan di sejumlah bagian masjid sejak tanggal 10 Februari 2017. Dan ini yang luar biasa, karena yang bekerja adalah para relawan (volunteer) yang berlatarbelakang pencinta alam yang memiliki skill dan berpengalaman untuk menjangkau bagian-bagian masjid yang sulit dijangkau,” ujar Menag yang ikut membersihkan menara yang harus dicapainya dengan meniti 420 anak tangga.
Dikatakan Menag, kita bisa melihat secara keseluruhan bagaimana proses aksi bersih-bersih yang dilakukan oleh relawan yang berasal dari sejumlah organisasi pencinta alam, organisasi profesi. Bahkan sejumlah relawan tersebut berasal dari lintas agama seperti Hindu, Kristiani, Buddha, Konghucu yang ikut berpartisipasi membersihkan mesjid ini.
“Sesuatu yang patut kita syukuri, karena aksi bersih-bersih ini juga melibatkan umat beragama lain, dan mereka tanpa kita minta, mereka spontan dan pro aktif ikut menyumbangkan tenaga untuk terlibat dalam kegiatan ini. Sesuatu yang patut kita apresiasi dan kita hargai,” kata Menag.
Ical, koordinator lapangan relawan mengatakan, relawan aksi bersih-bersih merupakan individu-individu yang berasal dari sejumlah organisasi pencinta alam. Tampak hari itu, sejumlah siswa sekolah yang berasal dari kelompok Pramuka Peduli juga hadir menjadi bagian dari relawan.
“Semuanya (relawan) ini diundang secara individual meski mereka berasal dari organisasi yang berbeda,” ujar Ical yang mengatakan, konsumsi dan bahan pembersih juga berasal dari sumbangan sejumlah pihak.
Ketika ditanya, apa motivasinya menjadi relawan membersihkan masjid, Ical yang sudah 24 tahun malang melintang di bidang ini mengatakan aksi ini semata karena senang, juga sebagai kegiatan alternatif yang bernilai ibadah yang lebih riil.
“Kalau kita berbicara program bagaimana menghargai perbedaan, program gotong-royong, kita ingin kegiatan riilnya atau aksi nyatanya,” ucapnya.
Hal yang sama disampaikan Firman, relawan asal Indramayu yang menjadi penanggungjawab membersihkan menara.
Alasan lain selain karena senang, diungkapkan oleh relawan bernama Ciprianus, pria beragama Katolik dan berasal Flores menyampaikan bahwa, masjid ini dari sisi sejarah, desainnya dibuat oleh arsitek yang bukan beragama Islam, yaitu Fredrerich Silaban, juga mungkin ada donasi dari umat selain Muslim.
“Namun, terlepas dari itu, masjid ini milik negara, dan saya sebagai anak bangsa, saya ikut memiliki. Kehadiran saya di sini, tidak semata melihat agama, tapi juga karena masjid ini milik bangsa,” ujar pria yang pernah melanglangbuana ke 26 negara dengan bersepeda pada periode tahun 1980-an.
Tim yang sudah profesional mengerjakan pembersihan menara seluruhnya berjumlah 40 orang lebih yang berasal dari sejumlah daerah di Tanah Air. Mereka bekerja mulai dari pukul 08.00-17.00 WIB,kecuali relawan lain yang membersihkan selain menara, memulai aksi bersih-bersihnya pukul 09.00 WIB. Selain menara dan kisi-kisi atau ventilasi selasar, para relawan ini juga membersihkan toilet dan tempat wudhu.
Dijelaskan Ical, meski para relawan yang bekerja membersihkan menara adalah profesional di bidangnya, namun mereka tidak dibayar. Mereka yang bekerja di ketinggian ini rata-rata adalah pencinta alam dan bekerja di bidang ini. Setiap harinya, pada hari kerja ada 80-100 relawan yang bekerja, dan pada hari libur bisa mencapai 150 orang.
“Mereka profesional yang sudah tersertifikasi tingkat nasional dan internasional sebagai pekerja ketinggian dengan nama pekerjaannya Pekerja Akses Tali, dan ada asosiasinya, yaitu Asosiasi Rope Access Indonesia (ARAI) atau Asosiasi Pekerja Akses Tali,” ujar pria ramah yang menggeluti hobi pencinta alam sejak SMA dan hingga saat ini bekerja di bidang tersebut.
Saat ditanya apa tantangannya saat membersihkan menara, ia mengatakan, tantangannya adalah cuaca, hujan, dan juga kecepatan angin. Menurutnya, bila kecepatan angin melebihi 12 knot, maka itu warning bagi tim untuk berhenti dahulu.
Matahari masih terhalang awan putih yang merata di langit Jakarta, namun cahaya peraknya mulai menyelinap di sela awan tipis yang perlahan bergerak meninggalkan sisi lain masjid yang tegak berdiri di atas reruntuhan benteng Belanda tersebut.
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email