Bahkan disamping segi sosial, beliau juga dengan gigihnya terjun juga ke sisi politik untuk membela hak-hak yang seharusnya menjadi miliknya dan Ahlulbaitinnabi.
Shabestan News Agency, dalam sebuah ceramahnya, Hujjatul Islam Mahdi Yusufian mengatakan bahwa Sayyidah Zahra As adalah sosok perempuan yang sinarnya selalu terang dan tak akan pernah padam. Sayyidah Zahra juga merupakan sosok di balik kesuksesan dakwah Nabi Muhammad saww.
Beliau juga mengingatkan pada kita semua akan perbedaan sikap yang dipilih oleh Sayyidah Zahra As ketika kenabian Nabi Muhammad dan Keimaman Imam Ali. Hampir sebelum Rasulullah wafat, Sayyidah Zahra As tidak memiliki gerakan-gerakan sosial sama sekali dan hanya sebagai sumber kembalinya para wanita untuk menjawab permasalahan permasalahan agama yang dimilikinya.
Namun ketika Rasulullah wafat dan tapuk kepemimpinan jatuh kepada Imam Ali As, Sayyidah Zahra As terlihat terjun langsung ke dalam medan sosial dan bukan hanya sebagai sumber kembalinya para wanita untuk menjawab suatu pertanyaan. Bahkan disamping segi sosial, beliau juga dengan gigihnya terjun juga ke sisi politik untuk membela hak-hak yang seharusnya menjadi miliknya dan Ahlulbaitinnabi.
Mengapa terjadi perbedaan sikap di diri Sayyidah Zahra As ketika zaman kenabian dan keimaman ?
“Risalah kenabian dan Imamah sangatlah beda. Imam adalah seserang yang menjalankan hukum dan pesan-pesan ilahi dan mengaplikasikan pesan ilahi dalam masayarakat. Imam juga tidak memiliki kewajiban menyampaikan risalah, akan tetapi Imam adalah pelaku aktif risalah. Dan risalah keimaman harus diterima oleh semua elemen masyarakat tanpa terkecuali”
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email