Pesan Rahbar

Home » » Terungkap, Fakta Tentang Air di Rusunawa Rawa Bebek Air Rp 1.200 Menjadi Rp 5.500, Ternyata Ada Sandiaga Uno Dibaliknya!

Terungkap, Fakta Tentang Air di Rusunawa Rawa Bebek Air Rp 1.200 Menjadi Rp 5.500, Ternyata Ada Sandiaga Uno Dibaliknya!

Written By Unknown on Wednesday, 22 February 2017 | 15:57:00

Rusun Rawa Bebek yang baru di Cakung, Jakarta Timur. Senin (10/10/2016)

Saat debat calon gubernur- wakil gubernur pada 27 Januari lalu, cagub DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, sempat mengatakan bahwa saat ini air bersih yang dijual ke warga sudah murah. Saat itu, Ahok (sapaan Basuki) menyebut harga air bersih yang dijual untuk warga miskin hanya Rp 1.050 per kubik.

Namun, pernyataan Ahok itu dibantah sejumlah warga penghuni rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur.

Menurut warga, saat ini harga air bersih yang harus mereka bayar setiap bulannya mencapai Rp 5.500 per kubik.

"Kalau di media kayaknya enak bener, ngomong begini-begini, semuanya baik-baik. Itu yang kemarin warga komplain. Di debat dia ngomong pembayaran air Rp 1.200. Faktanya di sini kami bayar Rp 5.500. " kata Ketua RW 17, Muhammad Rais (44), saat ditemui Kompas.com, Kamis (16/2/2017).

RW 17 adalah RW yang membawahi enam RT di Rusunawa Rawa Bebek. Rusunawa Rawa Bebek saat ini menjadi tempat relokasi bagi warga yang digusur dari Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara; dan bantaran Kali Ciliwung di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan.

Rais menceritakan saat pertama kali tiba di Rusunawa Rawa Bebek, sumber air bersih yang dipasok untuk warga berasal dari sumur bor. Dia menyebut instalasi air PAM baru terpasang setelah warga mengeluhkan kondisi air dari sumur bor yang dinilai tidak layak pakai.

Kepada pengelola, Rais menyatakan bahwa kondisi tersebut berbeda dengan saat mereka masih tinggal di Pasar Ikan. Karena di tempat tinggal yang lama, pasokan air bersih berasal dari air PAM.

"Kami digusur dari Pasar Ikan karena dianggap sampah masyarakat, dianggap pembohong, menduduki tanah negara, terus dikasih air seperti ini, maaf-maaf kata, kami punya air PAM dan (airnya) tidak kuning begini," ujar Rais.

Pernyataan Rais dibenarkan oleh warga. Menurut Effendi (69), setiap bulannya keluarganya bisa menghabiskan sekitar 14-15 kubik air bersih.

"Setiap bulannya habis Rp 75.000," ujar pria yang juga berasal dari Pasar Ikan itu.

Sementara itu, Nuraini (40) berharap tarif air bersih di Rusunawa Rawa Bebek bisa segera diturunkan sesuai yang diucapkan Ahok.

Saat dikonfirmasi, Kepala Satuan Pelayanan Rusunawa Rawa Bebek Ade Setyartini menyebut air bersih di lokasi tersebut dipasok oleh Aetra. Dia menyebut tarif Rp 5.500 per kubik mengacu pada harga yang ditentukan oleh aetra

"Airnya dibikin penampungan terus disebar ke tiap unit. Di tiap unit ada meteran tersendiri. Contohnya dia bulan ini pemakaiannya lima kubik. Nanti dikali Rp 5.500," ucap Ade.

Saat debat kedua, Ahok sempat mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi DKI sudah membantu penyediaan air bersih bagi warga tidak mampu dengan memberikan subsidi melalui public service obligation (PSO).

PSO membuat Pemprov DKI yang menanggung biaya dengan nilai tertentu yang tidak bisa dibayar oleh warga.

“Ini yang kami namakan bagaimana mengadministrasi keadilan sosial yang mampu membayar lebih dan yang tidak mampu kami subsidi. Persoalan air kami sadar betul, orang tidak mampu membeli air Rp 20.000 sampai Rp 50.000 per kubik. Padahal air yang kami jual untuk orang miskin hanya Rp 1.050 per kubik. Ini tentu hal yang jauh sekali,” kata Ahok.

Aetra dalah Perusahaan Air Bersih yang pemasangan instalasi Air Bersihnya paling rendah. Jika Palyja menyebutkan per Oktober 2016, jumlah pelanggannya sudah melayani lebih dari 3 juta pelanggan, maka Aetra menyebutkan, sampai dengan per November 2015 jumlah pelangganya sudah mencapai 420.233 pelanggan. Sangat jauh target yang dipenuhi Aetra.

Selidik punya sekidik, ternyata Aetra adalah Perusahaan yang dimiliki Sebuah Grup Perusahaan Recapital Acuatico. Dimana Perusahaan yang bergerak pada bidang pemasangan dan pengelolaan air ini di kawasan Asia Tenggara, Aetra Jakarta adalah salah satu perusahaannya selain juga beberapa perusahaan lain yang ada di daerah dan negara lain, seperti Aetra Tangeran dan Acuatico Hanoi.


Dalam situs resmi Recapital, kita dapat menemukan bahwa Sandiaga terkait dengan Perusahaan Aetra. Perusahaan yang paling sedikit memasang instalasi air bersih ke rumah-rumah. Mungkin karena hal inilah Sandiaga tidak bicara mengenai pasokan Air Bersih. Kalau Sandiaga bicara, bisa saja Ahok akan bukakan siapa dalang minimnya pemasokan Air Bersih ke warga Jakarta.

Itulah mengapa juga Sandiaga dengan percaya diri menyatakan akan membangun Jaringan air bersih katanya akan dibangun agar permukiman padat warga, bantaran kali ataupun wilayah pinggir kota tetap dapat memanfaatkan air bersih. Dan dengan mantap Anies Bawesdan mengatakan akan menurunkan tarip air tersebut jika terpilih, (sumber: http://wartakota.tribunnews.com/2017/02/21/anies-terima-keluhan-terkait-mahalnya-air-bersih-di-rusun-rawa-bebek?page=2) Jelas saja karena perusahaan tersebut dibawah naungan Sandiaga Uno

“Kita sudah programkan ketersediaan air bersih, jadi saya janji, nggak ada lagi warga yang harus beli air lagi, semuanya bisa ambil air cukup buka kran aja, semuanya juga disubsidi mulai dari pemasangan sampai pemakaian, masyarakat cuma cukup bayar 50 persen saja untuk perawatan,” ungkapnya.

Sandiaga wajar saja berani menjamin hal tersebut. Wong dia punya saham di perusahaan tersebut. Tetapi yang menjadi pertanyaan penting, mengapa ketika jadi Wakl Gubernur nanti akan menyediakan hal tersebut bagi warga?? Kenapa tidak dari kemarin-kemarin??

Sekedar informasi, ada lebih dari 5 juta warga Jakarta yang belum menikmati air bersih. Seandainya saja Aetra dipercaya melakukan pemasangan pipa baru 1 juta warga dengan tarif kita ratakan 1 juta, maka anada tahu berapa yang Aetra dapat?? Rp 1.000.000.000.000. Itu kalau dapat 1 juta pelanggan baru, kalau lebih?? Tentu semakin besar. Lalu Sandiaga dapat berapa?? Hanya Sandiaga yang tahu. Itulah mengapa dana kampanye dari kantong pribadi sebesar Rp 46,7 miliar tidak sebanding dengan keuntungan yang akan didapatkannya.

Pilkada memang bisa membuat seorang yang dulunya sulit melakukan sesuatu untuk warga dalam waktu singkat menjanjikan akan berbuat untuk warga. Padahal semua masalah Air Bersih di Jakarta ini adalah akibat dari buruknya kinerja Aetra. Itulah mengapa akhirnya Ahok ingin membuat sendiri pengelolaan air bersih dan sedang menyiapkan Perdanya.

Semoga saja, majunya Sandiaga ini bukan karena ada motif bisnis di dalamnya. Apalagi dalam beberapa kali kampanyenya Sandiaga juga ikut menekankan masalah pembelian mobil mewah dan tidak ada menyinggung masalah mobil LCGC produknya sendiri yang banyak berseliweran di Ibukota dan membuat macet. Bisa saja Aetra jadi salah satu motifnya.

Sementara pembelaan dari pihak AETRA menjelaskan penyebab tarif air bersih di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur, mencapai Rp 5.500 per meter kubik.

Aetra diketahui merupakan perusahaan yang memasok air bersih di lokasi tersebut.

Corporate Communication PT Aetra, Rika Anjulika, menyatakan, pengenaan tarif di rusunawa mengacu pada Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2007 tentang Penyesuaian Tarif Otomatis Air Minum PDAM.

Ia menyebut tarif Rp 5.500 merupakan tarif yang berlaku untuk rumah susun kategori sederhana.

"Kalau dari kita harusnya tidak segitu, lebih besar malah. Itu sudah disubsidi," kata Rika kepada Kompas.com, Senin (20/2/2017).

Jadi jelas, jika Anies Bawesdan menjanjikan air di rusunawa rawa bebek turun, itu masuk akal karena tinggal mengubah pergub.

(Kompas/Info-Teratas/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: