Anggota kerajaan Arab Saudi diam-diam menggelar sebuah pesta Halloween akhir tahun lalu di sebuah villa yang dijaga ketat aparat keamanan. Banyak minuman keras dan wanita dalam pesta itu.
Demikian isi memo diplomatik dari Kedutaan Besar AS di Jeddah kepada Departemen Luar Negeri di Washington yang dipublikasikan di laman WikiLeaks, yang dipantau harian The Guardian, Selasa, 7 Desember 2010.
Pesta itu digelar oleh pangeran kerajaan dari keluarga Al-Thunayan. Para diplomat mengatakan identitas sang pangeran harus dirahasiakan. Pesta itu bahkan disponsori sebuah perusahaan minuman energi asal Amerika Serikat.
"Alkohol, yang dilarang keras oleh hukum Saudi dan adat setempat, namun terlihat berlimpah ruah di bar area pesta. Bartender asal Filipina yang mereka sewa meracik cocktail punch dengan sadiqi, minuman keras lokal," tulis memo itu. "Berdasarkan pengamatan sejumlah tamu wanita juga adalah pekerja malam."
Konsuler Amerika Serikat di Jeddah, Martin Quinn, mengatakan, "Meskipun tidak menyaksikan langsung, penggunaan minuman yang dilarang lumrah di lingkungan sosial mereka."
Pesta semacam itu sangat terjaga kerahasiaannya. Dengan penjagaan superketat, hanya mereka dari kalangan kerajaan dan superkaya yang bisa bergabung. Mayoritas pangeran di Arab juga umumnya memiliki bodyguard sewaan dari Nigeria atau sejumlah negara di Afrika.
Dalam sebuah pesta biasanya dihadiri lebih 150 laki-laki dan perempuan, yang mayoritas usia 20-an dan 30-an. Mereka masuk melalui penjagaan ekstra ketat. "Mirip sebuah klub malam di luar kerajaan: banyak alkohol, pasangan muda menari, seorang DJ, dan tamu berkostum pesta."
*****
Simak Perincian kerjasama arab sebagai berikut:
Israel Ungkap Kerjasama Rahasia Dengan Sejumlah Negara Arab
Untuk pertama kalinya dalam sejarah berdirinya negara Yahudi di tanah Palestina, pihak militer Israel mengungkapkan hubungan rahasia dan kerjasama mereka dengan sejumlah negara di Timur Tengah ke publik.
Dalam laporan yang diterbitkan oleh situs resmi tentara Israel dengan nama ‘Bism’ menyatakan bahwa adanya kerjasama intensif antara pihak inteljen Israel ‘Mossad’ dengan pihak berwenang Bahrain yang menyediakan informasi terkait Iran dan sejumlah organisasi Palestina.
Selain dengan Bahrain, Mossad juga menjalin kerjasama dengan pihak berwenang Arab Saudi mengenai program nuklir Iran. Tercatat mantan kepala Mossad, Meir Dagan, telah beberapa kali mengunjungi Arab Saudi untuk membicarakan mengenai Iran.
Laporan ini juga mengungkapkan adanya izin dari pemerintah Saudi atas permintaan langsung dari pemerintah AS untuk membolehkan angkatan laut Israel beroperasi di perairan Arab Saudi.
Di sisi lain Israel tercatat pernah memasok sekitar 200 tank Leopard 2 kepada Saudi sebagai bentuk kerjasama antara kedua belah pihak, seperti di lansir New York Times.
Tercatat Israel juga turut menjalin kerjasama militer dengan pemerintah Uni Emirat Arab dan pemerintah Maroko. Sejumlah drone tipe Haron pernah dijual pemerintah Israel kepada Maroko melalui perantara perusahaan Perancis.
Selain dalam hal perdagangan, pemerintah Maroko juga turut menjalin kerjasama intelejen dengan pihak berwenang Israel.
Di Afganistan militer Israel berperan menjual senjata kepada kelompok dan militan bersenjata, biasanya senjata ini masuk ke Afganistan melalui jalur Pakistan.
Rahasia Tidak Diundangnya Netanyahu dalam Pelantikan Al Sisi
Tidak diundangnya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pelantikan Presiden Al Sisi, menurut surat kabar Israel Yedioth Ahronoth sebagai bentuk kesepakatan rahasia antara Kairo dan Tel Aviv.
“Israel mempertahankan hubungan rahasia dengan Al-Sisi dan rezim Arab lainnya yang memiliki kepentingan bersama dengan Israel,” ungkap komentator urusan militer surat kabar Yedioth Ahronoth Ron Ben-Yishai, seperti dilansir Middle East Monitor, Senin (9/6).
Komentar yang dimuat koran terkemuka di Israel tersebut memuji Al-Sisi karena tidak mengundang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam upacara pelantikan presiden pada Ahad (8/6).
Menurut Ron Ben hal itu menunjukkan bahwa ketidakstabilan di Mesir dan dunia Arab membutuhkan “tingkat ketenangan” dalam hubungan timbal balik dengan Kairo, dan bahwa kebijakan ini juga harus diperluas bagi para sekutu Arab lainnya untuk mempertahankan hubungan “di bawah meja”.
“Israel harus menangkap peluang yang diperoleh setelah Musim Semi Arab untuk membangun dan mengembangkan hubungan baik dengan negara-negara tetangganya,” kata laporan itu.
“Namun, pada saat yang sama, negara itu harus berhati-hati untuk tidak tampak terlalu bersahabat dengan satu negara Arab. Saat ini setiap hubungan antara Israel dan rezim Arab tidak perlu ditampilkan secara terbuka. Yang kita perlu adalah mengembangkan hubungan kita untuk mengalahkan tujuan mereka,” kutip Middle East Monitor dari Yedioth Ahronoth.
Laporan itu menambahkan bahwa Mesir harus dianggap sebagai “faktor stabilisasi di kawasan itu” karena komitmennya terhadap perjanjian damai.
Mengenai hubungan dengan Arab Saudi, Israel memiliki kepentingan pemulihan ekonomi Mesir, tambahnya. “Namun, Israel tidak perlu mengungkapkan hubungan dekatnya dengan negara-negara Arab.”
“Dalam praktiknya, sejak terjadinya huru-hara di negara Arab, hubungan semi-kemitraan yang tenang telah muncul antara Israel, Yordania, Arab Saudi dan Mesir. Namun, kita tidak boleh mengumumkannya dengan lantang. Mengapa? Karena ada kemungkinan perekonomian Mesir akan terus memburuk, kemudian kemarahan rakyat Mesir akan beralih ke Israel, dan mungkin tentara Mesir harus bertindak.”
Penulis menyerukan “pola pikir baru atas keamanan Israel” berdasarkan “kemitraan yang tenang” dengan wilayah tersebut.
Ron Ben menyimpulkan bahwa rezim al-Sisi adalah sebuah kasus yang unik. “Ini karena Israel memiliki kunci akses ke AS dan setiap bantuan militer dan ekonomi dari negara itu. Adapun rezim Mesir memiliki kunci untuk menenangkan perbatasan barat Israel,” pungkasnya.
9 Rahasia Negara Arab Saudi (KSA) yang Belum Banyak Diketahui Orang.
Saudi Arabia mengalir dengan riak tenang yang mempunyai gelombang besar di dalamnya, dan ditutup dengan arus kecil, seolah-olah semuanya baik-baik saja. Dibandingkan dengan negara-negara Arab lainnya, dari segi apapun, Saudi aman terkendali. Pemasukannya per tahun terus meningkat, atau paling tidak cenderung stabil, dan untuk beberapa puluh tahun ke depan, mereka tak akan terpengaruh dalam perangkap krisis ekonomi global.
Jamaah haji yang sudah dipastikan membanjir bagai air bah setiap tahun merupakan salah satu jaminan besar, selain juga kekayaan minyak bumi yang berlimpah. Hingga tak heran, anak muda Saudi mayoritas berpikiran tak perlu harus bekerja keras atau belajar dengan susah payah.
Toh semua itu tak menyembunyikan gejolak yang semakin panas di negara itu. Di satu sisi, para pemuda Saudi telah sedikit berani membuat riak-riak kecil. Mereka telah sadar bahwa selama ini, sejak bertahun-tahun lamanya, raja mereka—siapapun yang sedang berkuasa—telah mengebiri gerakan dan perkembangan Islam yang justru mereka lihat di negara-negara lain.
Ada ketertarikan yang besar pada sebagian pemuda Saudi untuk belajar mengenal gerakan Islam. Di negara itu, bayangkan, kerumunan lebih dari 10 orang akan selalu menjadi masalah. Apalagi di dalam masjid. Pada awalnya, para pemuda ini masih mau mengunjungi ulama-ulama yang mereka percayai seperti Shaykh ‘Ali al-Khudhayr, Shaykh Nasir al-Fahd dan Shaykh Ahmad al-Khalidi. Namun seiring perkembangan yang cenderung makin membesar, maka semua ulama itu dibekuk pemerintah, dan dijebloskan ke dalam penjara dengan waktu yang tidak ditentukan. Dalih penangkapan itu adalah ketiga ulama ini merupakan pentolan kelompok Al-Muwahhidden, yang mempunyai banyak persenjataan dan bom. Para Syeh ini sampai detik terakhir mereka diringkus, membantah tuduhan tersebut.
Para pemuda Saudi berada dalam ketakutan dan kebingungan pada waktu yang bersamaan. Mereka sama sekali tidak mempunyai pengalaman menghadapi opresi penguasa. Otomatis mereka tidak lagi mempunyai tempat yang layak untuk bertanya. Mereka ketakutan karena peristiwa penangkapan itu bisa terjadi pada mereka. Bingung karena tak ada pula pengalaman terhadap konspirasi besar.
Mengapa Saudi sangat membatasi gerakan-gerakan Islam bahkan boleh dibilang memberangusnya? Ada beberapa fakta yang menarik untuk disingkap:
1. Rejim Saudi, seperti juga sebagian besar negara-negara Arab lainnya, adalah pemerintahan yang menyatukan antara yang benar (haqq) dan salah (batil). Aspek Haqq Saudi hanya bisa kita lihat dari simbol-simbol yang mereka pakai; bendera Saudi, klaim negara Islam, dan penerapan Syariah. Namun, di balik itu sebenarnya Saudi juga tak berbeda dengan negara sekuler lainnya.
2. Beberapa tahun sebelumnya, Saudi menggandeng Inggris untuk sama-sama memberantas gerakan Ikhwan di negaranya itu. Seorang anggota kerajaan pernah mengungkapkan hal ini. Sekarang, bukan rahasia lagi kalau Saudi akrab dengan AS. AS sudah dijadikan sebagai pelindung Saudi.
3. Komite Tetap Saudi (al-Lajnah ad-Da’imah) mengeluarkan fatwa: “Siapapun yang tidak membedakan antara Yahudi dan Kristen dan orang kafir lainnya dengan bangsa Muslim kecuali karena kebangsaannya, dan menganggap semua penguasa sama, maka dia adalah kafir.” Sebuah fatwa yang sesungguhnya membuat banyak orang berkerut dahi, namun efektif dalam meredam masyarakat Saudi. Karena, bukankah pemerintah Saudi sendiri persis seperti itu?
4. Perempuan Saudi tidak boleh menikah dengan laki-laki yang bukan dari Saudi. Dan seorang laki-laki Saudi tidak boleh menikah di luar Saudi kecuali sudah memenuhi persyaratan umur. Sebuah peraturan yang dibuat-buat karena Islam sendiri tidak cupat seperti ini.
5. Ribuan orang terbantai di negara-negara Muslim di wilayah Arab, tapi apa yang dilakukan oleh pemerintah dan rejim Saudi? Tidak ada. Rejim Saudi hanya menyuruh para Syeikh-nya untuk berdoa untuk umat Islam, dan masyarakatnya dianjurkan untuk mengumpulkan dana bantuan yang disebarkan ke seluruh Dunia, utamanya untuk pembangunan masjid. Maka jangan heran, jika di sebuah pelosok terpencil di Indonesia misalnya, bisa ada sebuah masjid besar yang megah dengan tulisan di peresmiannya: “Sumbangan dari (kerajaan) Saudi…”
6. Saudi membangun hubungan diplomatik dan non-diplomatik dengan negara-negara yang jelas telah membantai umat Islam dalam jumlah yang luar biasa banyak. Dalam hal ini yang mempunyai hubungan harmonis dengan Saudi adalah India, Russia, Filipina, Amerika (tentu saja!), Cina, dan Israel.
7. Amerika mempunyai basis militer di Saudi, dan pemerintah Saudi melarang rakyatnya yang mendoakan keburukan untuk Amerika di masjid-masjid di negara itu.
8. Rejim Saudi juga membantu dan mendirikan saluran-saluran TV yang banyak sekali saat ini. Selain TV, mereka juga membantu pendanaan media-media internasional.
9. Keluarga kerajaan Saudi tidak boleh dihina oleh siapapun. Jika ada yang melakukannya, maka akan dikenakan hukuman yang berat, bahkan dihukum mati. Tapi pemerintah Saudi tidak peduli kepada para pelaku yang menghina Allah dan agamaNya. Misalnya saja, seorang Saudi zindiq, Turki al-Hamd menulis sebuah buku berjudul “al-Karadeeb” dan di dalamnya terdapat kalimat “Jadi, Allah dan setan adalah dua wajah dengan satu penemuan”, tidak dikenakan hukuman apapun, dan bukunya yang penuh dengan cerita kekafiran beredar bebas di negara itu.
(Viva-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email