Kepala Pusat Kegiatan Keagamaan Tehran, Hujjatul Islam wal Muslimin Sadiq Zadeh menyatakan perluya penemuan potensi serta prasarana pada lembaga negara untuk menghidupkan kewajiban amar makruf nahi mungkar. Dijelaskan bahwa kewajiban berbuat yang makruf itu merupakan kewajiban semua.
Sebagaimana dilaporkan lembaga yang menangani perkara amar makruf nahi mungkar di Tehran, kegiatan amar makruf nahi mungkar yang sedang berjalan selama ini masih gagal dan lemah. Hal itu disebabkan tidak adanya seni dalam mendefenisikan kewajiban ilahi ini kepada masyarakat.
Karena itu, Sadiq Zadeh melihat perlunya dibangun suatu kesiapan lapangan yang matang untuk dapat diterimanya budaya amar makruf ini di dalam masyarakat. Untuk tujuan itu diperlukan penjelasan tentang falsafah amar makruf nahi mungkari yang merupakan suatu manifestasi dari kecintaan dan kasih sayang. Sebagaimana disebutkan dalam ayat 71 surat at-Taubah bahwa adanya kewajiban ilahi supaya orang-orang mukmin saling mengingatkan satu sama lainnya atas dasar cinta dan kasih sayang.
Dijelaskan Hujjatul Islam wal Muslimin ini, tingkatan amar makruf dan nahi mungkar lebih besar dan lebih mulia dari berjihat fisabilillah. “Al-Quran menegaskan bahwa tingkatan amar makruf nahi mungkar ini lebih banyak dari jihad. Begitu juga amal-amal kebaikan lainya adalah seperti jihad fisabilillah sebagaimana dalam ucapan-ucapan Amiril Mukmini Ali bin Abi Thalib as bahwa hubungan amar makruf nahi mungkar itu seperti tetesan air dan lautan,” terang Sadiq Zadeh.
Dia juga menambahkan bahwa masyarakat yang tidak mengajak masyarakat lainnya dengan amar makruf nahi mungkar adalah seperti masyarakat yang mati. Pada masyarakat tersebut, kata dia, Allah tidak mengabulkan doa-doa manusia.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email