Oleh: Gayatri Muthari
Saya tidak sedang menyudutkan agama Islam di sini. Justru saya sedang bicara tentang suatu keutuhan dan kesatuan agama tauhid yang diajarkan sejak Adam sampai al-Mahdi. Orang Kristen telah keliru memahami kitab-kitab Perjanjian Baru hanya untuk konteks sektarian mereka dan karenanya membelanya. Demikian juga orang Islam yang tidak lagi mengimani al-Mahdi, membuang Alkitab, dan tergesa-gesar benar menolak atau menerima sesuatu yang kami nyatakan sebagai suatu konteks sektariann.Saya tidak sedang menyudutkan agama Islam maupun agama Kristen, karena jika keduanya adalah agama yang dinisbahkan kepada Yesus dan Muhammad, maka sejatinya keduanya adalah benar dan harus dilihat dari titik mulanya, dan titik temunya.
Orang Kristen misalnya banyak berspekulasi mengenai Kitab Wahyu dalam konteks Kekristenan belaka. Menurut saya ini sangat sektarian sekali. Apakah ketika saya mengambil interpetrasi Thomas McElwain mengenai Wahyu 12 tentang kelahiran al-Mahdi sebagai sektarian? Tidak, kami berbeda dengan kalian. Kami bahkan tidak mendukung kekuasaan Syiah Dubaelas yang populer dan kini berkuasa lumayan berpengaruh. Kami tetap menerima Alkitab, mengimani Yesus, dan hal-hal tradisional Judaisme serta Kekristenan lain yang pada mulanya. Kami BUKAN SINKRETIS tapi boleh jadi sangat puritan kembali ke akar Ibrahim, kembali ke sumber-Nya, tanpa tebang pilih dan diskriminasi sedikit pun tidak seperti kalian.. (Hehehehe)
Dekalog/alFurqan saja sebagai sumber segala hukum, ia adalah hukum ilahiah dan sumber bagi hukum moral dan spiritual, tak peduli apa sekte kalian. Islam, Kristen, Yahudi, Sikh, Hndu, Buddha, Kejawen atau lainnya kalau memeliharanya itu berarti kembali ke akar dan sumber ini.
Kekhalifahan dan Negara Islam tidak menginginkan ini. Mereka sangat sektarian. Negara-negara teokratis sangat sektarian dan membaca Apokaliptik serta menanamkan paham Era Mesianik dengan sangat sektarian. Kami menentang ini.
Orang Kristen misalnya sudah banyak membahas tentang era akhir zaman ini dari Kitab Wahyu maupun Kitab Daniel, yang merujuk ke konteks sektarian mereka. Sedangkan, orang Islam pasti akan tersinggung berat kalau saya mengatakan bahwa kedua kitab itu tak lain juga menubuatkan tentang penyimpangan yang dilakukan oleh pengikut anak keturunan Ibrahim yang bernama Muhammad ibn Abdullah sampai pengkhianatan mereka kepada Ali dan Muhammad al-Mahdi.
Angka 666 misalnya selalu diartikan tanpa berhati-hati melihat konteks utuh Kitab Wahyu itu dan kesatuan Millah Ibrahim, konteks leksikal tatabahasa dan konteks nubuat dan historis keagamaan Millah Ibrahim dengan selalu memberi makan ego sektarianisme penafsirnya.
“Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.: *Wah 13:18)
Binatang di sini adalah menyimbolkan Ottoman yang telah saya tulis lengkap sebelumnya. Dan, Ottoman membuat Berhala, sebagaimana juga saya tulis di tulisan itu. Thomas McElwain dalam TBI:NJV menyebutkan bahwa bilangan dari seorang manusia dari binatang itu adalah salah satu sultan dari 36 sultan dari 6 abad kekuasaan Ottoman.
Mudah sekali menemukan sultan itu. Yaitu, Sulaiman the Magnificent. Ia lahir pada 6 November 1549. Mari kita hitung tanggal ini: 6 tambah 11 menghasilkan 66, 1549 menghasilkan 66. Sulaiman meninggal pada 6 September 1566. Mari kita hitung lagi. 6 tambah 9 menghasilkan 15 dan itu kembali kepada 6. 1566 menghasilkan angka 666 juga. Sulaiman dan putranya juga dikenal hidup memerintah dalam era Sultanate of Women, Yaitu, ketika garwo ampilnya Hurrem diangkat menjadi garwo padmi kedua dan berkuasa di balik layar, lalu putri Hurrem, Mihrima berkuasa di balik PM berikutnya yang adalah suaminya, lalu menantu Hurrem, Nurbanu, yang walau kemudian tidak sejalan dengan Hurrem dan Mihrima tapi sangat berkuasa di balik layar. Hurrem dan Nurbanu berasal dari Kekristenan Eropa Timur, Ortodoks, dan ketiganya berkuasa sekitar 66 tahun juga.
Sampai hari ini jika ada umat Islam yang membangga-banggakan kekhalifahan Ottoman, mengelu-elukan Sulaiman, dan sujud kepada Berhala kekuasaan mereka, maka sesunggguhnya mereka telah tersesat dan tidak mengenal ajaran Yesus, Muhammad dan Ali sesungguhnya.
(Ahmad-Samantho/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email