Pesan Rahbar

Home » » Bikin Melongo, Tarif Agar Lolos Daftar Bintara Ini Fantastis. Seharga Mobil Mewah di Era Jokowi Tertangkap!

Bikin Melongo, Tarif Agar Lolos Daftar Bintara Ini Fantastis. Seharga Mobil Mewah di Era Jokowi Tertangkap!

Written By Unknown on Sunday 21 May 2017 | 18:02:00


Menjadi seorang Polisi adalah idaman para orang tua untuk anaknya. Tak heran, para orang tua akan mengeluarkan berapa pun jumlah uangnya. Ini yang terjadi dimasa sebelum Jokowi jadi Presiden. Saat sekarang, jangan coba-coba untuk melakukan suap karena komitmen Presiden Jokowi untuk memberantas pungli diberbagai bidang sangat serius.

Makelar perekrutan calon polisi dari jalur Bintara dan Taruna 2017 yang diduga melibatkan oknum bintara dan perwira Polda Jatim dibongkar Subbid Paminal Bidpropam Polda Jatim.

Pengungkapan Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan petugas itu berlangsung, 27 April lalu.

Salah satu oknum polisi yang ditangkap itu berpangkat Brigadir berinisial MJ, dinas di jajaran Polres Tulungagung. Ia dianggap mensponsori dalam perekrutan anggota polisi atas nama REP, pendaftar dari Nganjuk.

Ketika OTT berlangsung, petugas Subbid Paminal Bidpropam Polda Jatim mengamankan uang tunai Rp 380.000.000; buku tabungan BRI dan kartu ATM BRI atas nama MJ, buku tabungan BRI dan ATM BRI atas nama GG, ponsel milik Brigadir MO dan Blacberry dan ponsel lain milik Brigadir MJ.

Kabar yang berkembang dalam sindikat ini, MJ dan krunya membanderol harga Rp 525 juta.

Namun uang yang diserahkan keluarga korban REP ke Brigadir MJ masih sekitar Rp 380 juta.

Sisanya masih menunggu proses perekrutan selesai. Untuk 'menebus' harga masuk polisi di jalur bintara, keluarga korban sampai menjual sawah.

Informasi diperoleh di lapangan, pihak keluarga REP ingin menjadikan anaknya sebagai polisi.

Lantas keluarga korban ngomong ke GG yang tak lain adalah, paman korban, untuk menitipkan ke panitia seleksi.

GG akhirnya minta informasi ke Brigadir MJ (kakak iparnya) untuk mencarikan informasi terkait penerimaan seleksi polisi.

Atas permintaan itu, Brigadir MJ menghubungi teman satu angkatannya, Brigadir MO yang dinas di Surabaya.

Tak lama kemudian, MO mempertemukan MJ dengan seorang perempuan berinisial IL asal Waru, Sidoarjo (swasta).

IL mengaku bisa membantu memasukkan menjadi anggota Polri dan disepakati Rp 525 juta.

Dalam kesepakatan itu, IL merinci beberapa penjelasan, seperti uang Rp 25 juta yang diambil dari uang total dinyatakan hangus apabila telah dinyatakan lolos tes kesehatan.

Sedang korban REP jika dinyatakan lolos tes psikologi harus menyerahkan uang 70 persen dari nilai Rp 525 juta.

Sisanya 30 persen diserahkan setelah korban dinyatakan lolos menjadi anggota Polri.

Sebelum penangkapan berlangsung, pada 1 Maret 2017, Brigadir MJ telah menerima uang Rp 200 juta dari keluarga korban REP melalui transfer rekening di BRI.

Pada 16 Maret 2017, GG, HM (kakak GG) dan ST (orang tua REP) datang ke rumah Brigadir MJ menanyakan kejelasan uang yang sudah disetor dan pada hari itu juga, Brigadir MJ menerima uang tambahan Rp 180 juta.

Uang Rp 180 juta yang disetor itu merupakan hasil penjualan sawah milik orang tua REP.

Setelah uang sudah masuk ke MJ Rp 380 juta lalu disimpan di rekening BRI, REP yang mendaftarkan calon polisi dari Polres Nganjuk tidak bisa mendapat nomor.

Alasannya, tinggi korban kurang 1 mm. Rupanya, sang calo IL memberi saran agar REP mendaftarkan diri lewat calon brigadir jalur Teknologi Informasi (TI).

Dalam perkembangan proses seleksi, IL menghubungi Brigadir MJ dan menyampaikan bahw dirinya tidak sanggup membantu meloloskan REP menjadi anggota Polri tahun 2017.

Alasannya kuota Brigadir di jalur TI hanya 20 orang, sehingga peluang untuk lolos sangat kecil.

Rupanya, dalam pengembangan kasus, selain korban REP, Brigadir MO yang dinas di Surabaya telah mensponsori tiga calon. Dua calon polisi di jalur Brigadir dan Calon Taruna (Catar) Akpol 2017.

Dua calon Bintara yang dibawa itu dari Jember dan Bojonegoro. Sedang Catar Akpol dibawa dari daerah Banyuwangi
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera membenarkan adanya OTT.

"Itu sudah saya cek ke Kabid Propam dan memang itu benar. Kapolda menegaskan, siapapun yang melakukan akan mendapat punishment. Bisa dipindah ke luar Jatim," ujar Frans Barung.


Sebagian Anggota Polda Sumsel Dicopot karena Suap Rekrutmen Polri

Beberapa anggota Polda Sumatera Selatan dicopot dari jabatannya karena diduga menerima suap saat rekrutmen anggota Polri tahun 2015. Total uang yang berhasil diamankan dalam kasus ini sebanyak Rp 4,7 miliar.

"Pejabatnya beberapa sudah diganti. Kapolri akan terbitkan SKep (Surat Keputusan) penggantinya," kata Asisten Kapolri Bidang SDM Irjen Arief Sulistyanto saat ditemui di kantornya, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (31/3/2017).

Pencopotan, menurut Arief, diusulkan Kapolda Sumsel. Sebab, Polri dalam waktu dekat juga akan melakukan rekrutmen anggota.

"Kami ingin menjamin rekrutmen bersih, akuntabel. Pak Kapolda nggak mau ambil risiko, maka mereka diganti langsung," imbuhnya.


Era Jokowi Gawat!! Kecurangan Dalam Ujian Penerimaan Polri Akhirnya Terungkap, 6 Polisi Diamankan

Kecurangan proses penerimaan calon siswa Brigadir Polri angkatan 2016 diselenggarakan Polda Sumatera Utara terungkap. Sebanyak enam orang anggota Polri aktif yang turut menjadi panitia diamankan karena menjual kunci jawaban kepada calon siswa (Casis), Minggu (12/6).

Berdasarkan informasi yang diperoleh Tribun dari sumber di kepolisian menyebut, terbongkarnya kasus jual beli kunci jawaban ini bermula saat salah seorang calon siswa polisi wanita (casis polwan) bernama Ina, yang duduk di sektor 11 memfoto soal ujian mata pelajaran Pengetahuan Umum Brigadir Polri TA 2016 yang tengah diujikan, di gedung Serba Guna Jalan Pancing/Jalan Wiliem Iskandar, kemarin.

Setelah memfoto soal ujian itu, casis polwan itu kemudian mengirimkan gambarnya via layanan aplikasi line kepada Bripda Surya Lubis.

"Setelah menerima foto soal ujian itu, Bripda Surya Lubis yang kebetulan merupakan panitia kemudian mengirimkannya ke Iptu Doni Simanjuntak. Lalu, Iptu Doni yang bertugas di SPN Sampali menjawab soal dimaksud, dan kemudian membagikannya kepada panitia yang lain, untuk diteruskan kepada sejumlah casis," kata sumber.

Saat menyebar kunci jawaban tersebut, ternyata anggota Polri bidang pengawasan mengetahui aksi curang para bawahannya. Mereka yang terlibat kemudian diamankan ke Polda Sumatera Utara.

(Detik-News/Tribun-News/Info-Teratas/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: