Di masa ketika beragam informasi begitu mudah diakses oleh siapapun melalui kecanggihan teknologi dan gadget di tangan, setiap orang perlu lebih berhati-hati dalam menyaring informasi tersebut. Karena faktanya, selama ini begitu banyak informasi hoax alias berita bohong yang terlanjur dipercaya publik tanpa melakukan klarifikasi terlebih dulu. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari dampak negatif yang mungkin timbul, apalagi jika informasi tersebut menyangkut kepentingan orang banyak. Salah satu contoh, adalah apa yang terjadi di Jayapura yang nyaris terlibat konflik horisontal hanya gara-gara berita bernuansa SARA terlanjur menyebar di tengah masyarakat melalui media sosial, yang menyebutkan bahwa telah terjadi pembakaran Kitab Injil oleh oknum anggota TNI.
Ya, kerusuhan besar nyaris terjadi di Distrik Padang Bulan, Jayapura, Kamis (25/5/2017) pukul 12.15 WIT. Sekitar ribuan orang yang marah berkumpul di Jalan Abepura-Padang Bulan.
Massa mengepung Makorem 172/PWY dan Kediaman Kasrem 172/PWY. Seperti keterangan dari Kabid Humas Polda Papua Ahmad Musthofa Kamal, kemarahan massa ini dipicu rumor yang menyebutkan pembakaran Injil oleh oknum anggota TNI.
Kapolresta Jayapura AKBP Tober Sirait dan Kasdam XVII/Cendrawasih Herman Asaribab mencoba datang dan menenangkan massa pada pukul 14.00 WIT. Namun, Kapolresta dan ajudannya justru mengalami penganiayaan oleh massa yang marah sehingga keduanya mengalami luka bacokan dan benda tumpul.
“Kapolres dan ajudannya kini sudah dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Jayapura setelah mengalami penganiayaan,” terang Ahmad Musthofa.
Massa yang berjumlah ribuan itu, lanjut Ahmad Musthofa, menuntut Kodam TNI menyerahkan anggotanya yang diduga membakar injil.
“Massa juga sempat memblokir jalan utama dari Jayapura menuju ke Sentani. Ada juga aksi pembakaran ban sehingga lalu lintas sempat terganggu,” terang Ahmad Musthofa.
Namun, massa berhasil dibubarkan pada pukul 15.30 WIT setelah bernegosiasi dengan Kapolda Papua Irjen Boy Rafli Amar dibantu dengan Walikota Jayapura Behur Tommy Mano.
Pihak kepolisian dan TNI berjanji akan membuat tim untuk melakukan penyelidikan terhadap isu pembakaran kitab suci tersebut.
Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Teguh Pudji Rahardjo membenarkan sempat terjadinya konsentrasi massa yang marah akibat isu pembakaran kitab suci.
Teguh Pudji lantas mencoba menjelaskan kronologi pangkal masalah yang memantik ribuan massa di Distrik Padang Bulan turun ke jalan. Ia menerangkan, pembakaran yang diduga kitab suci tersebut tidak sengaja dilakukan anggota TNI.
“Pada 25 Mei 2017 pukul 10.00 WIT, di Mess Korem dilaksanakan pembersihan mess (curve). Setelah pembersihan, sampah-sampah dan tumpukan karton bekas yg tdk terpakai dibawa ke luar tanpa dicek dahulu kemudian dibakar,” terang Teguh Pudji melalui pesan singkat, Kamis (25/5/2017) sore.
“Tidak disengaja di dalam tumpukan karton terdapat buku-buku agama. Kemudian pada saat pembakaran ada yg melihat bahwa itu adalah buku-buku agama.”
Teguh Pudji pun mengklarifikasi bahwa foto yang beredar media sosial dan memicu kemarahan massa Padang Bulan bukan lah injil. Buku yang terbakar itu merupakan buku pengetahuan keagamaan.
“Tim gabungan dari Pomdam dan Polri serta gereja sudah dibentuk untuk menyelidiki masalah ini. Belum diketahui apakah ada Alkitab (Injil) atau hanya buku atau kertas-kertas biasa,” terang Teguh Pudji.
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email