Seringkali kita dengar orang bicara tentang kafir, kebenaran dan cinta. Tapi tak jarang, orang-orang itu (dan tak terkecuali diri kita sendiri) sebenarnya bahkan tak sepenuhnya paham, apa dan siapa yang disebut kafir, apa itu yang disebut kebenaran, dan apa pula itu cinta.
Sekadar informasi singkat terkait tiga hal tersebut, berikut Islam Indonesia kutipkan pandangan pemilik akun Belajar Tasawuf @Haidar_Bagir, berupa jawaban singkat atas pertanyaan beberapa followernya.
***
KAFIR
Apa hukumnya mengkafirkan orang yang disebut kafir dalam Al-Qur’an? Bolehkah yang dikafirkan Al-Qur’an disebut Muslim?
Tidak boleh kita menyebut Muslim, siapa yang telah dikafirkan dalam Al-Qur’an. Masalahnya, siapa yang dimaksud kafir dalam Al-Qur’an? Al-Qur’an hanya menyebut ciri-ciri moral kafir (muthlaq), bukan person-person atau kelompok (mu’ayyan).
KEBENARAN
Kebenaran memang tidak selalu mayor, tapi bagaimana tentang hadis yang menganjurkan untuk mengikuti jumhur ulama (mayor)?
Hadis itu terkait pengorganisasian sosial. Anjuran untuk tidak berpecah-belah. Tapi keyakinan pribadi tidak dapat diseragamkan. Yang diperlukan adalah saling menghargai.
CINTA
Akal pun, jika ia tidak diterangi cahaya cinta, maka tidak dapat mencapai kapasitas idealnya. Apa artinya?
Tanpa cinta, yang tinggal egoisme: sombong, merasa benar sendiri. Orang begini tak pernah bisa bersikap objektif. Akalnya takkan beroperasi dengan baik.
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email