Foto: Ilustrasi Demo FPI
Teriak-teriak Anti Kapitalis, setiap hari belanjanya di Indomaret & Alfamart, buka puasanya di Mc Donald & KFC, minumannya Coca Cola, dompet dan parfumnya Giorgio Armani, nongkrongnya di Starbucks, bedak bayinya Johnson & Johnson, susu anaknya Nestle, tapi sama pedagang pisang & kolang-kaling di pinggir jalan nawarnya ampun-ampunan.
Benci pada Kapitalisme tapi tak bisa meninggalkannya, akhirnya menjadikan hantu Komunisme (rival Kapitalisme) sebagai momok yang pagi, siang, malam dijadikan wirid untuk diteriaki.
Meneriakkan bahaya Komunis dengan isu pekerja China masuk, barang-barang China masuk, bisnis-bisnis dagang & property China masuk ke Indonesia. Haloo bos seandainya itu benar, maka si China itu bukan sedang menyebarkan komunisme, tapi Kapitalisme! Kenapa lu masih teriak Komunis?
Mereka tidak sedang mendirikan kantor Partai Komunis disini, atau ingin mengubah dasar Pancasila jadi Komunisme, apalagi mengulangi tragedi G-30/S. Tapi mereka datang untuk mengalahkan kalian dari segi ekonomi.
Lihat para keturunan mereka disini. Disaat mereka sudah buka toko di pagi buta dan mutar cashflow sampai malem, kalian hanya sibuk demo di hari-hari produktif. Lalu setelah kalah perekonomian, kalian teriak "Ini semua gara-gara komunis sipit!".
Ironis, rakyatku disorientasi pemikiran. Meneriakkan hantu, melupakan gajah di pelupuk mata.
Ingat warisan Orba, para keturunan Tionghoa dipersulit setengah mati untuk jadi PNS. Akhirnya mereka memutuskan untuk buka usaha saja. Sekarang lu masih nanya kenapa ekonomi dikuasai mereka sementara gaji lu masih segitu-gitu aja?
Sekali-kali introspeksi bos!
Ahmed Zain Oul Mottaqin
(Facebook/Info-Teratas/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email