Ketika Muhammad bin Salman dinobatkan sebagai putra mahkota Arab Saudi, keraguan tentang kemampuan putra Raja Salman yang masih berusia 31 tahun semakin meningkat.
Memang Muhammad telah berhasil menemukan banyak sahabat dekat dan memiliki pengaruh di Washington. Kunjungannya ke Washington setelah Donald Trump resmi menjadi presiden Amerika, program reformasi ekonomi Arab Saudi setelah krisis politik, dan sejumlah istruksi kerajaan yang menyebabkan banyak posisi diserahkan kepada dirinya, semua ini telah membuat pangeran Arab Saudi ini lebih dicintai oleh Raja Salman.
Akan tetapi, banyak koran dan media ternama dunia seperti Washington Post Amerika meragukan kemampuan Muhammad bin Salman untuk menduduki posisi putra mahkota.
Seluruh program ekonomi yang pernah ia canangkan telah menemui jalan buntu. Aksi-aksi agresor dan penuh permusuhan sehubungan dengan masalah luar negeri telah membuktikan bahwa ia bukanlah tipe orang yang efektif. Hal ini tentu bisa memukul telak kepentingan-kepentingan Amerika Serikat.
Agresi Bin Salman ke Yaman yang sudah mengalami kekalahan mementahkan seluruh cita-citanya. Sudah berkali-kali lembaga-lembaga HAM dunia menuduh Arab Saudi dan seluruh sekutu mereka telah melakukan kejahatan perang di arena Yaman.
Tidak syak lagi, tanggung jawab atas krisis kemanusiaan terburuk dunia yang sekarang menimpa Yaman tentu mengarah ke Koalisi Arab Saudi. Terutama ketika 17 juta warga Yaman sekarang harus mengapai paceklik dan berperang melawan penyakit kolera.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email