Foto: scidev.net
Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin mengatakan pihaknya memperkirakan terdapat kekurangan hingga 21.000 guru agama Islam di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Sedemikian sehingga, menurut Amin, pendidikan agama Islam di sekolah saat ini terhambat oleh persoalan kekurangan guru agama yang cukup besar.
Akibatnya juga, pengajar agama di sekolah selama ini bukan ahli agama. Hal tersebut bisa menjadi potensi masuknya pemahaman radikal dan intoleran.
“Agama tidak boleh diajarkan orang yang bukan ahlinya. Sebab, ketika guru agama diajarkan oleh yang bukan ahlinya, maka di situ ada potensi pemahaman keagamaan intoleran, potensi radikalisme, potensi missleading yang sangat besar,” ujarnya, seperti dilansir kabar24.bisnis.com, (3/7).
Dengan jumlah kekurangan hingga 21.000 guru agama, ia memperkirakan terdapat 20.000 sekolah yang tidak memiliki guru agama Islam. Pihaknya berharap bisa menyelesaikan persoalan tersebut dengan mencari guru yang diperlukan.
Di Kota Solo misalnya, masih banyak kekurangan guru agama Islam. Menurut laporan republika.co.id, dari 1.090 rombongan belajar di 164 SD, hanya terdapat 121 guru pendidikan agama Islam berstatus PNS.
Untuk SMP, dari 635 rombongan belajar di 27 SMP, hanya terdapat 44 guru PAI berstatus PNS. Sedangkan pada tingkat SMA dan SMK, dari 603 rombongan belajar di 17 SMA/SMK hanya terdapat 13 guru PAI.
Pejabat Kemenag Kota Solo Sunarno mengatakan, meski terdapat tenaga pengajar non PNS yang mengampu mata pelajaran agama Islam namun jumlahnya masih kurang. Kurangnya tenaga pengampu mata pelajara PAI, kata Sunarno, telah sering dikeluhkan sekolah. “Kami juga kekurangan di sana-sini. Banyak guru (PAI) SD, SMP dan SMA yang kosong. Sekarang yang mengajar PAI pun setahun dua tahun lagi banyak yang pensiun, ini akan membuat kekurangan guru PAI semakin banyak,” tutur Sunarno, pada Kamis seperti dilansir republika.co.id (6/9).[]
(Kabar-24-Bisnis/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email