Pesan Rahbar

Home » » Wawancara IQNA dengan Himpunan Astronomi Iran: 150 Ayat Al-Quran Mengisyaratkan Astronomi dan Kosmologi/ Big Bang dalam Cermin Interpretasi Al-Quran (Tamat)

Wawancara IQNA dengan Himpunan Astronomi Iran: 150 Ayat Al-Quran Mengisyaratkan Astronomi dan Kosmologi/ Big Bang dalam Cermin Interpretasi Al-Quran (Tamat)

Written By Unknown on Monday 17 August 2015 | 04:35:00


Peneliti Astonomi dan Kosmologi ini menambahkan, Fisikawan meyakini apa yang teridentifikasi dalam Astronomi dan Kosmoligi merupakan 4% dari jagad raya; 26% nya adalah entitas gelap dan 70% nya adalah energi gelap, yang tidak kita ketahui jenisnya. 

Dalil Kemajuan Ilmu Astronomi di Kalangan Para Ilmuwan Muslim
Anggota Himpunan Astronomi Iran dengan mengisyaratkan argumentasi kemajuan para ilmuwan muslim dalam ilmu Astronomi mengatakan, dalam hal ini kita harus memperhatikan satu poin, yaitu dasar ibadah sehari-hari kaum muslimin adalah terbit dan terbenamnya matahari. Sekarang ini waktu-waktu syar’i dimaklumatkan lewat radio dan televisi, namun pada masa itu tidak ada media-media seperti ini dan pandangan masyarakat hanya tertuju ke langit saja, yakni harus memprediksikan terbit dan terbenamnya matahari; penentuan Kiblat juga dari pelbagai titik membutuhkan kalkulasi ilmiah dan atau untuk melihat hilal bulan Ramadhan atau hilal bulan Syawal, maka pandangan kaum muslimin hanya tertuju ke langit semata.

“Dengan demikian, kaum muslimin untuk ibadahnya membutuhkan perhatian ke langit dan mereka menneliti hal ini dan mengkaji lebih lanjut tentang bulan dan matahari, sampai-sampai yang menamakan rasi bintang adalah kaum muslimin dan sekarang ini sebagian orang-orang Eropa menggunakan nama-nama Arab ini,” lanjutnya.

Amidyani mengingatkan, karena karya ilmiah inilah terbentuk masa kegemilangan ilmiah kaum muslimin dan orang-orang Eropa melakukan terjemahan karya-karya muslim dari Arab ke latin dan lambat laun ilmu berpindah dari masyarakat Islam menuju Eropa.

Pengetahuan Al-Quran dan Topik Ilmiah Big Bang
Dia dengan mengisyaratkan keselarasan ayat-ayat Al-Quran dengan ilmu kontemporer mengatakan, terkait penciptaan langit, dituturkan dalam surah Al-Anbiya ayat 30, “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya”. Allamah Thabathabai dalam tafsir Al-Mizannya di bawah ayat ini mengatakan, dunia pertama-tama adalah bagian-bagian yang bersambungan satu sama lain, terkumpul dan tidak ada perbedaan antara bumi, langit, gunung dan lautan dan setelah itu saling terpisahkan dan dalam bentuk bagian-bagian terpisahkan. Dalam tafsir Nemuneh juga disebutkan, bahwa dunia pertama-tama dalam bentuk kumpulan, sampai pada akhirnya saling terpisahkan.

Anggota Himpunan Astronomi Iran menambahkan, dalam sebuah tafsir yang sekarang ini disediakan secara tematik kesimpulan atau intisari dari pembahasan Big Bang atau Ledakan Besar, yang mengatakan bahwa dunia pertama-tama adalah sebuah partikel yang kompak dan padat kemudian terjadilah ledakan besar kurang lebih 7/13 juta tahun lalu. Dengan demikian permulaan dunia dimulai dari sebuah ledakan besar yang sebelumnya dalam bentuk kekompakan dan kesinambungan.

“Meskipun para mufasir dalam karya-karyanya tidak berurusan dengan teori Big Bang, namun  dapat menggunakan ilmu kontemporer sebagai pembantu ayat-ayat Al-Quran, sehingga dapat mengetengahkan pemahaman lebih tentang ayat-ayat Al-Quran. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh para pemuka, barang siapa yang memiliki pengetahuan lebih pada masanya, maka dia akan mendapat manfaat lebih dari Al-Quran,” tegasnya.

Amidyani juga mengisyaratkan contoh lain dan mengatakan, dalam surah Al-Dzaariaat ayat 47, juga dikemukakan, “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa”. Dalam ayat ini dituturkan bahwa Kami yang menciptakan langit-langit dan senantiasa membentangkannya. Berdasarkan ayat ini, dunia sedang mengalami pembesaran, yakni sedang mengalami pengembangan pada saat ayat ini diturunkan dan sekarang ini juga lebih terbentang.

Dia mengingatkan, pada tahun 1929 diketemukan teleskop Hubble, dimana galaksi-galaksi dalam bentuk kelompok galaksi sedang menjauh dari satu sama lainnya, dengan demikian dunia sedang mengalami pembentangan; teori Hubble yang menyatakan bahwa galaksi semakin jauh, maka spektrum cahayanya akan berwarna merah. Menurut Fisika jika sebuah benda bercahaya dekat dengan bumi, maka spektrumnya akan berwarna biru dan jika semakin jauh akan berubah menjadi merah. Sekarang ini terori ini terbuktikan setelah berlalunya 80 tahun dan para mufasir di bawah ayat ini mengutarakan pembahasan pengembangan alam jagad raya.

Dewan Tafsir Kairo juga beberapa tahun lalu mengutarakan pembahasan ini di bawah surah Al-Dzaariaat ayat 47.

Anggota Himpunan Fisika Iran mengatakan, dengan menyaksikan contoh-contoh ini, dari satu sisi kita tidak semestinya tergila-gila dengan ilmu dan dari sisi lain, kita menyingkirkan ilmu dan mengatakan, Al-Quran tidak memiliki proposisi ilmiah; Al-Quran penuh dengan proposisi ilmiah, sebagaimana yang telah dikemukakan dalam surah At-Takwir, “Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan,” topik ini diketengahkan pada saat seseorang tidak memiliki informasi tentang kematian bintang-bintang, namun sekarang ini termasuk dari pokok-pokok buku Kosmologi, “Death Star”.

Sumpah Al-Quran dengan Jarak-jarak Bintang
Dia mengisyaratkan tentang topik jarak-jarak bintang dan refleksinya dalam Al-Quran dan mengatakan, jarak bumi sampai bulan kurang lebih 400 ribu km; jarak bumi sampai matahari sekitar 150 juta km; Jarak bumi ke bintang-bintang di luar sistem tata surya kita jika kita ingin pergi dengan pesawat seperti Apollo, yang dapat sampai ke bulan dalam waktu 4 hari, jaraknya adalah satu juta tahun dan jika pergi dengan kecepatan cahaya, lebih dari 4 tahun lamanya. Jika kita tempuh diameter galaksi Bima Sakti dengan kecepatan cahaya, maka akan memakan waktu 110 ribu tahun. Jika dari galaksi Bima Sakti sampai galaksi Andromeda kita tempuh dengan kecepatan cahaya, dimana merupakan galaksi paling dekat, maka akan memerlukan waktu 2 juta tahun.

Amidyani dengan menjelaskan bahwa teleskop Hubble dapat mengidentifikasi galaksi yang jaraknya dengan kita adalah 2,13 milyar tahun cayaha mengatakan, umur bumi adalah 5,4 milyar tahun; yakni ketika cahaya galaksi tersebut berjalan menuju bumi, sekarang ini bumi belum tercipta. Allah menciptakan bumi dan langit ini dalam 6 tahap dan dengan memperhatikan apa yang telah dikatakan, ada sebuah tahapan dimana bumi belum ada.

Dia melanjutkan, Allah dalam surah Al-Wâqiah berfirman, “Maka Aku bersumpah dengan tempat dan jarak-jarak bintang, Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui, Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia”.

Anggota Himpunan Astronomi Iran dengan menegaskan urgensitas penjelasan ilmu kontemporer disamping ayat-ayat Al-Quran mengatakan, tidak semestinya kita membebankan suatu hal kepada Al-Quran, namun sewaktu kita sampai pada ayat ini, kemudian jika kita tidak mencontohkan percontohan ini, maka kita telah melalaikannya. Al-Quran berada di atas ilmu, namun kita dapat mengeluarkan ilmu dengan menggunakan ayat-ayat Al-Quran guna mendapatkan pemahaman yang lebih baik.

Dia dengan mengisyaratkan pengetahuan kontemporer ilmu astronomi mengatakan, kurang lebih ada 100 milyard galaksi, dimana salah satunya adalah galaksi Bima Sakti; kurang lebih 300 ribu milyar milyar bintang sudah teridentifikasi, dimana salah satunya adalah matahari, dan Allah mengetahui berapa banyaknya bintang, dimana salah satunya adalah bumi.

Amidyani terkait tidak memiliki dalil statistik yang mendetail tentang bintang mengatakan, bintang-bintang sangatlah kecil dan dirinya tidak memiliki cahaya, karenanya identifikasinya dengan teleskop sangatlah sukar, meski demikian sudah teridentifikasi kurang lebih 1800 bintang.

Ilmu Astronimo dalam Putaran dan Kisaran Alfabet Penciptaan Bumi dan Langit
Dia dengan menegaskan bahwa manusia di permulaannya berada di jalan Astronomi dan Kosmoligi mengatakan, sekarang ini kita berada pada masa PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini); yakni sekarang ini kita baru mempelajari alfabet penciptaan bumi dan langit; itupun langit yang dikatakan dengan langit pertama.

Peneliti Astonomi dan Kosmologi ini menambahkan, Fisikawan meyakini apa yang teridentifikasi dalam Astronomi dan Kosmoligi merupakan 4% dari jagad raya; 26% nya adalah entitas gelap dan 70% nya adalah energi gelap, yang tidak kita ketahui jenisnya.

Dengan demikian, kita tidak mengetahui tentang alam jagad raya dan semuanya adalah “Sebuah cahaya yang dituangkan sang penuang dalam bejana”.

Dia menegaskan, jika kita mengetahui ini semua, maka dengan pengetahuan lebih kita mengatakan, Al-Hamdu Lillahi Rabbil Alamin.

Di penghujung, Amidyani dengan mengisyaratkan surah Al-Imran ayat 190-191 mengatakan, Allah berfirman, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”, orang-orang berakal adalah orang yang sedang mengingat Allah, “Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.

(IQNA/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: