Sufisme dinilai dapat meredam radikalisme agama karena mengajarkan soal cinta dan kedamaian, di tengah-tengah meningkatnya radikalisme di Tanah Air.
Tokoh filantropi yang pernah mendapat penghargaan The Most 500 Most Influential Muslims in The World tahun 2015, Haidar Bagir dalam acara peluncuran buku Sufism in the Modern World, Jumat 26 Februari 2016.
Haidar mengatakan radikalisme di Indonesia sudah mulai mengkhawatirkan dengan adanya pelbagai kasus kekerasan atas nama agama. Untuk itu, sambungnya, perlu ada upaya sistematis untuk meredam hal tersebut.
“Perlu ada upaya sistematis sekaligus ideologis untuk meredam perkembangan radikalisme agama, terutama dalam Islam, dengan mengkampanyekan sufisme,” kata Haidar sebagaimana dilansir dari lifestyle.bisnis.com.
Dia menuturkan orang-orang yang mempelajari agama secara radilkal adalah orang yang beragama dengan kebencian. Oleh karena itu, sambung Haidar, sufisme dapat meredamnya karena menawarkan cinta dan kedamaian.
Mastuki, Direktur Pascasarja STAINU Jakarta, mengungkapkan Islam Nusantara dapat digunakan sebagai perspektif dalam mengkampanyekan Islam damai dan toleran.
“Islam Nusantara menjadi basis pengetahuan yang sesuai dengan karakter budaya orang Indonesia,” katanya.
Bedah buku dan diskusi tentang perkembangan sufisme dunia ini hasil kerja sama antara Penerbit Mizan bekerjasama dengan Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTNNU) dan Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU). Agenda ini juga dalam rangka Studium Generale Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU Jakarta) dan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Indonesia.
(Life-Style/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email