Ali Akbar Kazemi, qori Iran yang baru-baru ini menetap selama 20 hari di propinsi Jammu dan Kashmir guna melantunkan tilawahnya sebagai duta Quran Iran, berbicara tentang sejumlah kesukaran yang ada dalam perjalanan ini.
Menurut laporan IQNA, pada bulan suci Ramadhan, kami melihat pengiriman lebih dari 150 qori, hafiz dan anggota kelompok tawasih ke 20 negara dunia untuk melantunkan tilawah al-Quran dan dakwah Islam. Sementara itu, sebagian para delegasi di negara-negara tujuan mendapatkan kondisi yang lebih baik dan sedikit mendapat tantangan, namun sebaliknya ada orang-orang yang pergi ke kawasan yang jauh dan dikirim ke beberapa negara kawasan yang terkadang dakwah mereka juga disertai dengan marabahaya dan ancaman nyawa.
Ali Akbar Kazemi, qori Iran dan warga propinsi Yazd, salah satu qori yang dikirim ke negara India pada bulan suci Ramadhan dan di sebagian kawasan negara ini, yang menjalankan program dengan tidak memiliki syarat-syarat yang baik dari aspek fasilitas dan kemananan, yang selanjutnya akan dipaparkan sebuah dialog IQNA dengannya terkait perjalanan ini;
Kapan Anda dikirim dan berapa lama anda menetap?
Saya pergi ke India pada tanggal 19 bulan suci Ramadhan dan saya menetap di sana selama 20 hari, saya datang satu hari di kota Dehradun dan menjalankan program dan selanjutnya juga saya dikirim ke kawasan Srinagar, ibukota propinsi Jammu dan Kashmir.
Program apa yang Anda jalankan di kota Dehradun?
Saya melewatkan satu hari dengan berpartisipasi dalam sebuah pameran al-Quran, dimana pameran ini setiap tahunnya diselenggarakan atas prakarsa salah seorang terkaya Ahlusunnah di situ dan pameran sangat besar, dimana sejumlah karya-karya tersohor dunia Islam dapat dilihat di situ.
Dalam pameran ini terdapat beragam jenis tulisan, sejumlah al-Quran yang ditulis dengan emas dan saya juga hadir di situ sekitar dua jam, masyarakat sangat menyambut tilawah saya, dimana dalam dua jam ini saya diminta lima kali untuk melantunkan tilawah, dan saya pun juga menjalankannya dan juga tawasih Asmaul Husa, demikian juga dalam satu buku catatan, sejumlah seniman dunia Islam tulisan tangan meminta saya agar menulis sebuah pembahasan di situ. Namun selain hadir dalam pameran ini, setelah salat Tarawih dan di masjid jami’ Dehradun juga saya melantunkan tilawah al-Quran, demikian juga dua qori dari negara Mesir diudang oleh orang kaya ini bersama saya, dan Alhamdulillah tilawah saya sangat disambut baik dan akhirnya para qori Mesir tidak jadi melantunkan tilawah dan mereka kembali ke Mesir.
Setelah Dehradun, Anda pergi kemana?
Setelah hadir di kota Dehradun lewat rute yang berkelok-kelok dan berbahaya, saya memasuki kota Delhi dan keesokannya juga kami memasuki kota Srinagar, sejatinya mayoritas Syiah India hadir di kawasan ini dan yang menarik adalah kesemuanya sangat mencintai Imam Khomeini (ra) dan Pemimpin Besar Revolusi Iran (Rahbar). Masyarakat kawasan ini sangat menyambut tilawah saya dan sebagaimana tradisi setelah tilawah, orang-orang yang hadir bersalaman dengan qori dan saya melihat sambutan hangat mereka.
Apakah selain tilawah, Anda juga menjalankan kelas-kelas edukasi?
Iya, di siang dan sesi pagi hari saya mengajarkan tajwid sebanyak delapan pertemuan untuk para pelajar yang hadir dan mereka sangat antusias sekali, selain itu juga saya memberikan pelajaran pendahuluan kepada mereka, yang sejatinya sangat bermanfaat buat mereka. Selain kelas-kelas ini, dengan melihat banyaknya jumlah pengajar al-Quran di situ, saya memutuskan untuk menyelenggarakan sebuah workshop tarbiah pengajar al-Quran dan para pengajar al-Quran baik laki-laki dan perempuan di kota ini sangat menyambut agenda ini, bahkan sekarang kami masih berkomunikasi dengan mereka.
Tolong jelaskan kesukaran-kesukaran perjalanan ini?
Kawasan Srinagar adalah sebuah kawasan separatis dan para penuntut kebebasan bentrok dengan pasukan India, karenanya kota ini berubah menjadi sebuah titik keamanan dan tentunya tidak aman; karena kita melihat konflik-konflik internal di sana, yang setiap harinya sejumlah orang meninggal dan akan meninggal, karenanya salah satu kesukarannya adalah hadir di kota ini dan dengan situasi keamanan ini.
Dari sisi lain tempat tinggal saya juga di rumah ketua kantor wakaf dan resmi kota ini, yang memiliki keamanan relative, namun saya tidak mendapatkan fasilitas-fasilitas lainnya seperti TV, telephone, dan internet dalam sepanjang perjalanan ini.
Salah satu dimensi perjalanan ini yang dilalui dengan sukar adalah melewati perjalanan panjang di siang hari, yaitu untuk menjalankan beragam program saya harus memakan waktu 5 - 6 jam sehari di dalam mobil dan kami melewati tebing yang sukar untuk dilalui, yang berkali-kali mengalami kerusakan mobil. Sejatinya setelah azan Zhuhur sampai akhir malam kami melewati demikian.
Namun perjalanan dengan segala problem dan kesukaran yang ada amatlah menyenangkan; karena masyarakat sangat menyambut baik tilawah saya dan saya menjalin komunikasi dengan sebagian mereka dan masih terus berlanjut sampai sekarang, demikian juga saya melantunkan tilawah secara tartil beberapa surah al-Quran, dan juga melakukan pembacaan bersama-sama, yang sejatinya program ini juga sangat bermanfaat.
(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email