Pesan Rahbar

Home » » Mengapa Harus Bertazkiyah?

Mengapa Harus Bertazkiyah?

Written By Unknown on Saturday, 22 July 2017 | 03:07:00


Sebagaimana diketahui “takiyah nafs” yang terkadang cukup disingkat “tazkiyah” artinya adalah penyucian diri. Ada yang menyebutkan bahwa tazkiyah merupakan suatu proses yang berjenjang. Bagi orang yang belum masuk Islam, misalnya, menerima dan memeluk Islam merupakan langkah awal tazkiyah, sedangkan bagi orang yang sudah beriman, langkah awalnya ialah berkesadaran penuh bahwa diri dan jiwanya haruslah bersih dan suci. Ada pula jenjang taubat di mana seorang mukmin bertekad untuk menebus berbagai kesalahan dan khilaf di masa lalu, baik terhadap hak Allah maupun terhadap hak sesamanya.

Tazkiyah nafs tentunya merupakan kewajiban, namun banyak orang mengabaikan dan menyepelekannya, padahal banyak malapetaka dan kesengsaraan umat manusia terjadi akibat pengabaian terhadap masalah keruhanian dan tazkiyah nasf. Seiring dengan perjalanan waktu, ruh kita tercemari oleh banyak noda dan kotoran yang pada gilirannya mengusik dan mengeruhkan kepekaan kita sebagai insan yang sudah seharusnya menghamba kepada Sang Pencipta. Noda dan kotoran terus mengendap dan menutupi kesadaran religius, kasih sayang kepada sesama, dan banyak kearifan insani dan fitri lainnya. Kearifan itu tergeser oleh dorongan dan kecenderungan untuk tunduk kepada syaitan, hawa nafsu, keserakahan dan pengkhianatan.

Takziyah nafs adalah pembersihan dan penyucian jiwa dan ruhani sebagaimana manusia setiap saat menjaga dan merawat kebersihan jasmaninya. Para nabi dan rasul diutus dengan misi mengajarkan tiga hal kepada manusia yang satu di antaranya adalah menyucikan manusia dari sifat-sifat kotor dan tercela. Tazkiyah yang berarti pembersihan atau penyucian ada dua kategori; tazkiyah jasmani dan tazkiyah ruhani. Kategori pertama dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian; pertama, pembersihan badan dari kotoran yang berasal dari badan sendiri; kedua, penyucian dari najis; dan ketiga, pembersihan dari kotoran yang melekat pada tubuh.

Sedangkan tazkiyah ruhani ialah pembersihan jiwa dari berbagai sifat dan perangai buruk yang merupakan bagian dari perangai dan sifat syaitan. Tazkiyah ini menuntun manusia menuju keberuntungan dan kebahagian. Karena itu, Allah SWT dalam al-Quran berfirman bahwa tazkiyah nafs dan pencarian kesempurnaan merupakan persoalan spiritual, dan secara gamblang tanpa metafora lagi menyerukan manusia kepada tazkiyah nafs dan ketakwaan. Dalam rangka ini al-Quran menyebutkan frasa “tazkiyah nafs” sekira 25 kali.

Dalam ajaran Islam tazkiyah nafs dan pencapaian jenjang-jenjang kesempurnaan ruhani dipandang sebagai perkara yang sangat vital dan urgen, karena memang untuk inilah manusia diciptakan oleh Allah SWT. Ruh manusia adalah ibarat tanah yang akan tandus dan sia-sia jika tidak tersirami oleh keutamaan akhlak dan kesempurnaan spiritual. Allah SWT tak perlu bersumpah saat menyinggung hakikat tazkiyah, tapi kenyataannya Allah bersumpah sampai 11 kali demi menunjukkan betapa pentingnya hakikat ini bagi manusia.

Keutamaan akhlak akan tercapai tentunya setelah terjadinya proses penyucian jiwa dari berbagai watak syaitani nan tercela, dan patut diingat bahwa tazkiyah nafs merupakan proses penyembuhan jiwa dari berbagai penyakit ruhani dan kembalinya jiwa ke jalan yang lurus sehingga mau tidak mau memang harus dilakukan oleh manusia.
Hanya insan-insan yang mengerti hakikatlah yang menyadari betapa pentingnya tazkiyah nafs dan pendakian kesempurnaan ruhani. Demi mencapai tujuan ini mereka bahkan rela menyerahkan semua harta benda dan bahkan eksistensinya di dunia, sebab mereka tahu persis betapa nilai kesempurnaan ruhani melampaui segalanya. Tazkiyah nafs bahkan juga membuahkan ketenangan dan ketentraman hidup di dunia.

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as dalam sebuah ungkapannya yang terkenal berkata;
.إلهي ما عبدتك خوفاً من نارك، ولا طمعاً في جنّتك، ولكنّي وجدتك أهلاً للعبادة فعبتك

“Ya Tuhanku, aku beribadah kepadaMu bukan karena takut kepada nerakaMu dan bukan pula karena ketamakan kepada surgaMu, melainkan karena menemukanMu layak untuk disembah sehingga aku menyembahMu.”

Dalam pandangan beliau, seandainyapun tak ada harapan untuk mencapai surga dan tak ada pula ketakutan kepada neraka, yakni seandainyapun di hari kiamat tak ada pahala dan azab maka beliau tetap harus mendapatkan keutamaan akhlak dan kesempurnaan ruhani.

Salah satu tugas terpenting bagi setiap orang untuk menyambut kedatangan Imam Mahdi as ialah menerima wujud suci beliau, dan penerimaan ini tidak mungkin dapat dilakukan kecuali dengan penyucian jiwa. Karena itu semua orang berkewajiban berusaha menyembuhkan penyakit ruhani, meraih keyakinan yang benar, menyucikan jiwa, dan meraih kesempurnaan ruhani dan insani. Dan keberhasilan dalam bertazkiyah bergantung pada upaya keras dan maksimal untuk penyembuhan penyakit ruhani dan pendakian tangga spiritual.

Ada banyak penyakit ruhani yang menjadi yang menggerogoti kesejatian ruh manusia. Ayatullah Dastghib dalam kitabnya Jihad ba Nafs menyebutkan sekitar 70 penyakit primer dan sekunder antara lain; dengki, takabur, tamak, kikir, ambisius, cinta dunia, ingkar terhadap kebenaran, bodoh, frustasi, aniaya, pendendam, dan keras hati.

Penyakit-penyakit ruhani seperti itulah yang menutupi mata hati manusia sehingga gagal menangkap hakikat dan tak dapat melihat keindahan dimensi spiritual. Untuk membuka mati hati dan menyembuhkan semua penyakit itu, langkah awal yang harus ditempuh oleh seorang salik atau peniti jalan menuju Allahialah membangun kesadaran mengenai apa sebenarnya tujuan Allah menciptakan dirinya dan alam semesta. Wallahu A’lam bissawab.
(Safina-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: