Suara azan Zuhur bergema; sebuah suara dari masjid pemberdayaan para cacat netra di kota Malang, Jawa Timur, Indonesia, di rak-rak masjid ini diletakkan al-Quran dengan khat Braille.
Menurut laporan IQNA seperti dikutip dari The Jakarta Post, dilantunkan ayat-ayat al-Quran untuk para pelajar Quran yang semua konsentrasi mereka di atas ujung jari dan titik-titik, yang dicetak di atas lembaran-lembaran kertas.
Mayoritas para pelajar Quran cacat netra masjid An-Nur sejak dari awal telah memiliki keterampilan membaca al-Quran dan bisa memprediksi huruf dan alamat, yang dibuat dengan menggunakan 6 titik dengan beragam metode.
Para pelajar al-Quran mencari titik-titik dengan ujung jemarinya, satu persatu mereka membaca al-Quran dan membenarkan kekeliruan-kekeliruannya. Kemudian seluruh kelas membaca bersama-sama ayat-ayat al-Quran.
Ini hanya sebuah pandangan global akan aktivitas yang diselenggarakan pada bulan suci Ramadhan di masjid An-Nur Malang, tempat mempelajari al-Quran dengan khat Braille.
Yani Soewantoro, pengajar al-Quran 56 tahun mengatakan, cara ini tidak serupa dengan metode para pelajar al-Quran yang tidak buta.
"Kecepatan pembelajaran dan keterampilan dalam membaca al-Quran dengan khat Braille tergantung pada diri pelajar itu sendiri,” ucap.
Saat para pelajar mempelajari pendahuluan membaca al-Quran, pembelajaran tilawah al-Quran dimulai dari juz 1 atau juz 30, yaitu juz yang di dalamnya terdapat surah-surah pendek al-Quran.
Dengan upaya dan latihan kontinu, para pelajar cacat netra ini selama 6 bulan dapat membaca al-Quran.
Mereka membuktikan bahwa ketidakmampuan fisik tidak menjadi perintang untuk belajar.
(The-Jakarta-Post/IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email