Pesan Rahbar

Home » » Shalat Nabi Saw; Shalat ‘Îdain (Shalat Dua Hari Raya)

Shalat Nabi Saw; Shalat ‘Îdain (Shalat Dua Hari Raya)

Written By Unknown on Friday, 14 July 2017 | 06:57:00


Shalat ‘îdain adalah shalat dua hari raya, ‘îdul fithri dan ‘îdul adhhâ. Hukum shalat ‘îdain adalah wajib atau farîdhah.

عَنْ جَمِيلِ بْنِ دَرَّاجٍ عَنِ الصَّادِقِ ع أَنَّهُ قَالَ صَلَاةُ الْعِيدَيْنِ فَرِيضَةٌ وَ صَلَاةُ الْكُسُوفِ فَرِيضَةٌ

Dari Jamîl bin Darrâj dari Al-Shâdiq as berkata, “Shalâtul ‘îdain adalah farîdhah (wajib), dan shalat kusûf (gerhana) juga farîdhah.”


Shalat ini bisa dilaksanakan secara berjama‘ah, dan bisa juga secara munfarid (sendiri-sendiri).

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سِنَانٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ع قَالَ مَنْ لَمْ يَشْهَدْ جَمَاعَةَ النَّاسِ فِي الْعِيدَيْنِ فَلْيَغْتَسِلْ وَ لْيَتَطَيَّبْ بِمَا وَجَدَ وَ يُصَلِّي فِي بَيْتِهِ وَحْدَهُ كَمَا يُصَلِّي فِي جَمَاعَةٍ

Dari 'Abdullâh bin Sinân dari Abû 'Abdillâh as berkata, “Siapa yang tidak ikut shalat berjama‘ah dengan orang-orang dalam shalat ‘îdain, maka hendaklah dia mandi, memakai wewangian yang ada, dan shalat di rumahnya sendirian sebagaimana dia shalat berjama‘ah.”

سُئِلَ الصَّادِقُ ع عَنْ صَلَاةِ الْأَضْحَى وَ الْفِطْرِ فَقَالَ صَلِّهِمَا رَكْعَتَيْنِ فِي جَمَاعَةٍ أَوْ فِي غَيْرِ جَمَاعَةٍ وَ كَبِّرْ سَبْعاً وَ خَمْساً

Al-Shâdiq as telah ditanya mengenai shalat ‘îdul adhhâ dan ‘îdul fithri. Beliau berkata, “Laksanakanlah kedua shalat itu dua raka‘at dengan berjama‘ah atau tidak berjama‘ah, dan ber-takbîr tujuh kali (pada raka‘at yang pertama) dan lima kali (pada raka‘at yang kedua).”

Yang dimaksud dengan takbîr tujuh kali itu ialah yang pertamanya adalah takbîratul ihrâm, yang kedua, ketiga, keempat, kelima dan keenam takbîr untuk qunût, dan yang ketujuhnya takbîr ketika akan ruku‘. Dan yang dimaksud dengan takbîr lima kali pada raka‘at kedua itu ialah takbîr yang pertama, kedua, ketiga dan keempat untuk membaca doa qunût, dan yang kelimanya takbîr ketika akan ruku‘.


Waktu dan Caranya

Waktu untuk menunaikan shalat ‘îdain dari sejak terbit matahari hingga tergelincirnya. Dalam shalat ‘îdain, sûrah yang dibaca adalah sûrah Al-Fâtihah dan juga sûrah yang lainnya, utamanya pada raka‘at yang pertama setelah Fâtihatul Kitâb, membaca sûrah Al-Syams, dan pada raka‘at yang kedua setelah Fâtihatul Kitâb, membaca sûrah Al-Ghâsyiyah, atau pada raka‘at yang pertama setelah Al-Fâtihah membaca sûrah Al-A‘lâ dan pada raka‘at kedua sûrah Al-Syams.

Pada raka‘at pertama, setelah membaca sûrah (sebelum ruku‘) takbîr lima kali. Setiap kali takbîr membaca qunût, jadi qunût-nya juga lima kali.

Pada raka‘at kedua, setelah membaca sûrah (sebelum ruku‘) takbîr empat kali, dan setiap kali takbîr membaca qunût, dan doa qunût-nya bisa mengambil dari doa-doa yang terdapat dalam Al-Quran, dari hadîts atau doa qunût di bawah ini.


Doa Qunût 

اللَّهُمَّ أَهْلَ الْكِبْرِيَاءِ وَ الْعَظَمَةِ، وَ أَهْلَ الْجُوْدِ وَ الْجَبَرُوْتِ، وَ أَهْلَ الْعَفْوِ وَ الرَّحْمَةِ، وَ أَهْلَ التَّقْوَى وَ الْمَغْفِرَةِ. أَسْأَلُكَ بِحَقِّ هَذَا الْيَوْمِ الَّذِي جَعَلْتَهُ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدًا، وَ لِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ ذُخْرًا وَ شَرَفًا وَ مَزيْدًا، أَنْ تُصَلِّيَ عَلى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ، وَ أَنْ تُدْخِلَنِي في كُلِّ خَيْرٍ أَدْخَلْتَ فِيهِ مُحَمَّدًا وَ آلَ مُحَمَّدٍ، وَ أَنْ تُخْرِجَنِي مِنْ كُلِّ سُوْءٍ أَخْرَجْتَ مِنْهُ مُحَمَّدًا وَ آلَ مُحَمَّدٍ، صَلَواتُكَ عَلَيْهِ وَ عَلَيْهِمْ. اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا سَأَلَكَ بِهِ عِبَادُكَ الصَّالِحُوْنَ، وَ أَعُوذُ بِكَ مِمَّا اسْتَعَاذَ مِنْهُ عِبَادُكَ الْمُخْلِصُوْنَ

Allâhumma ahlal kibriyâ`i wal ‘azhamah, wa ahlal jûdi wal jabarût, wa ahlal ‘afwi war rahmah, wa ahlat taqwâ wal maghfirah. As`aluka bihaqqi hâdzal yaumil ladzî ja‘altahu lilmuslimîna ‘îdâ, wa limuhammadin shallallâhu ‘alaihi wa ãlihi dzukhran wa syarafan wa mazîdâ. An tushalliya ‘alâ muhammadin wa ãli muhammad, wa an tudkhilanî fî kulli khairin adkhalta fîhi muhammadan wa ãla muhammad, wa`an tukhrijanî min kulli sû`in akhrajta minhu muhammadan wa ãla muhammad, shalawâtuka ‘alaihi wa ‘alaihim. Allâhumma innî as`aluka khaira mâ sa`alaka bihi ‘ibâdukash shâlihûn, wa a‘ûdzu bika mimmasta‘âdza minhu ‘ibâdukal mukhlishûn.

Ya Allah, yang punya kebesaran dan keagungan, yang punya kemurahan dan kerajaan, yang punya maaf dan rahmat, dan yang punya taqwâ dan ampunan. Aku memohon kepada-Mu dengan hak hari ini yang Engkau jadikan sebagai hari raya bagi kaum muslimîn, dan simpanan, kemuliaan dan tambahan bagi Muhammad saw, curahkanlah shalawât kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, masukkanlah aku ke dalam semua kebaikan yang kepadanya Engkau telah memasukkan Muhammad dan keluarga Muhammad, dan keluarkanlah aku dari setiap keburukan yang darinya Engkau telah mengeluarkan Muhammad dan keluarga Muhammad, shalawât-Mu baginya dan bagi mereka. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikan yang dengannya hamba-hamba-Mu yang saleh telah memohon kepada-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari apa-apa yang darinya hamba-hamba-Mu yang ikhlas telah berlindung.


Shalat ‘îdain itu seperti shalat shubuh, hanya saja setelah membaca sûrah, takbîr lima kali pada raka‘at pertama dan empat kali pada raka‘at kedua.


Tempat Shalat 

Shalat ‘îdain itu diselenggarakan di tempat terbuka, dan tidak di masjid, kecuali di Al-Masjid Al-Harâm.

عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ع قَالَ السُّنَّةُ عَلَى أَهْلِ الْأَمْصَارِ أَنْ يَبْرُزُوا مِنْ أَمْصَارِهِمْ فِي الْعِيدَيْنِ إِلَّا أَهْلَ مَكَّةَ فَإِنَّهُمْ يُصَلُّونَ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ

Abû ‘Abdillâh as berkata, "Sunnah (ajaran Rasûlullâh saw) atas para penduduk kota untuk keluar dari kota-kota mereka dalam shalat ‘îdain, kecuali penduduk Makkah mereka shalat di Al-Masjid Al-Harâm."

عَنْ أَبِي بَصِيرٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ع قَالَ لَا يَنْبَغِي أَنْ تُصَلَّى صَلَاةُ الْعِيدَيْنِ فِي مَسْجِدٍ مُسَقَّفٍ وَ لَا فِي بَيْتٍ إِنَّمَا تُصَلَّى فِي الصَّحْرَاءِ أَوْ فِي مَكَانٍ بَارِزٍ

Dari Abû Bashîr dari Abû ‘Abdillâh as berkata, “Kamu tidak boleh menunaikan shalat ‘îdain di dalam masjid yang beratap dan tidak pula di dalam rumah, kamu hanya boleh shalat di lapang atau di tempat yang terbuka.”


Mimbar untuk berdiri khatib terbuat dari tanah secara permanen, bukan mimbar yang terbuat dari kayu yang dapat dipindah-pindahkan.

رَوَى إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَابِرٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ع قَالَ قُلْتُ لَهُ أَ رَأَيْتَ صَلَاةَ الْعِيدَيْنِ هَلْ فِيهِمَا أَذَانٌ وَ إِقَامَةٌ قَالَ لَيْسَ فِيهِمَا أَذَانٌ وَ لَا إِقَامَةٌ وَ لَكِنْ يُنَادَى الصَّلَاةَ الصَّلَاةَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ وَ لَيْسَ فِيهِمَا مِنْبَرٌ الْمِنْبَرُ لَا يُحَرَّكُ مِنْ مَوْضِعِهِ وَ لَكِنْ يُصْنَعُ لِلْإِمَامِ شِبْهُ الْمِنْبَرِ مِنْ طِينٍ فَيَقُومُ عَلَيْهِ فَيَخْطُبُ النَّاسَ ثُمَّ يَنْزِلُ

Ismâ'îl bin Jâbir telah meriwayatkan dari Abû 'Abdillâh as dia berkata: Saya berkata kepadanya, "Apakah pada shalat dua 'îd itu ada adzân dan iqâmah?" Dia berkata, "Pada keduanya tidak ada adzân dan tidak ada iqâmah, tetapi diserukan: Ash-Shalâh, Ash-Shalâh tiga kali, dan pada keduanya tidak ada minbar, minbar itu tidak dipindahkan dari tempatnya, tetapi dibuatkan untuk imam seperti minbar dari tanah, maka dia berdiri di atasnya lalu khotbah kepada manusia, kemudian turun."


Mengingatkan kepada Kebangkitan

1. Shalat ‘îdain itu adalah gambaran yang mengingatkan ummat manusia kepada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya dan kita mesti menghayatinya. Pada saat kita keluar dari tempat-tempat tinggal kita masing-masing, seakan-akan hal itu waktu kebangkitan kita dari kubur-kubur kita, lantas kita menuju ke lapangan atau tem-pat shalat ‘îdain.

2. Tempat shalat ‘îdain itu seolah-olah ‘arshah (gurun yang tandus lagi panas) yang di sana kita akan menunggu keputusan Allah ‘azza wa jalla, apakah kita akan dihisab dengan hisab yang ringan ataukah dengan hisab yang buruk. Dan sebelum dihisab, terlebih dulu kita akan dibagi kitab, apakah kita akan menerimanya dari sebelah kanan yang nantinya akan dihisab dengan hisab yang ringan ataukah kita akan menerimanya dari sebelah kiri yang nantinya akan dihisab dengan hisab yang berat.

3. Pulang dari tempat shalat bermakna kita pergi ke tempat lain setelah perhitungan dan hukuman diputuskan oleh Tuhan yang memiliki hari pembalasan. Ketika pulang dari tempat shalat mengambil jalan lain, maknanya yaitu setelah dihisab di lima puluh mahkamah yang pada setiap mahkamahnya, apabila dihisab dengan hisab yang sangat buruk akan memakan waktu seribu tahun dikalikan lima puluh menjadi lima puluh ribu tahun (hari kiamat), kemudian setelah itu amal-amal akan ditimbang, kemudian setelah itu kita menyeberang Al-Shirâth, dan selanjutnya kita akan hidup kekal, apakah sengsara dan menderita di dalam neraka yang sangat panas, ataukah senang dan bahagia di dalam surga yang maha luas.

4. Mengenakan pakaian yang bagus adalah sebagai simbol dan harapan bahwa kita berharap nanti setelah bangkit dari kubur dengan telanjang, diberi busana yang bagus, bukan pakaian dari api neraka yang busuk atau qathirân (pakaian yang terbuat dari aspal panas).

5. Imam shalat ‘îdain dianjurkan setelah membaca Fâtihatul Kitâb, membaca sûrah Al-A‘lâ, Al-Syams atau sûrah Al-Ghâsyiyah. Sûrah-sûrah tersebut mengingatkan kita kepada hari kiamat, maka selayaknya khotbah ‘îdain itu juga mengingatkan ummat manusia kepada hari tersebut dan kepada kebesaran Allah ‘azza wa jalla serta menyadarkan orang-orang dari dosa-dosa yang banyak. Memang selayaknya setelah menunaikan shalat hari raya itu, kita merenung dan sedih, apakah ibadah shaum kita itu diterima ataukah ditolak?


Terjemah Khotbah ‘Îdul Fithri Imam ‘Ali as 

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan seluruh langit dan bumi, dan Dia yang menjadikan segenap kegelapan dan cahaya, kemudian orang-orang yang kâfir kepada Tuhannya itu berpaling. Kita tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah, dan kita tidak mengangkat wali (pemimpin) selain Dia, dan segala puji bagi Allah yang milik-Nya segala yang ada di seluruh langit dan bumi, dan punya-Nya segala puji di dunia dan akhirat, dan Dia maha bijaksana lagi maha melihat.

Dia mengetahui segala yang masuk ke dalam bumi dan yang keluar darinya, yang turun dari langit dan yang naik kepadanya, dan Dia maha penyayang lagi maha pengampun, begitulah Allah tidak ada tuhan selain Dia, dan kepada-Nya tempat kembali. Dan segala puji bagi Allah yang menahan langit hingga tidak jatuh ke bumi kecuali dengan izin-Nya, sesungguhnya Allah maha penyayang lagi maha pengasih kepada manusia.

Ya Allah, sayangilah kami dengan kasih-sayang-Mu, dan liputilah kami dengan ampunan-Mu, sungguh Engkau maha tinggi lagi maha agung. Dan segala puji bagi Allah yang tidak boleh merasa putus asa dari rahmat-Nya, karena tidak pernah sunyi dari karunia-Nya, dan tidak boleh putus harapan dari pertolongan-Nya, dan tidak boleh enggan dari mengabdi kepada-Nya, yang dengan kalimat-Nya seluruh langit yang tujuh tegak, bumi yang terhampar jadi menetap, gunung-gunung menjulang tinggi dengan kokoh, angin bertiup mengawinkan pepohonan, awan berjalan di angkasa langit, dan lautan tetap di atas batasan-batasan-Nya, dan Dia adalah Tuhannya yang maha perkasa.
Merendah kepada-Nya orang-orang yang berlagak perkasa, tunduk terhina kepada-Nya orang-orang berlaku angkuh, dan patuh kepada-Nya alam semesta, baik dalam keadaan suka rela maupun secara terpaksa.

Kita memuji-Nya sebagaimana Dia telah memuji diri-Nya dan sebagaimana Dia adalah ahlinya, kita memohon pertolongan-Nya, meminta ampunan-Nya, dan meminta petunjuk-Nya. Dan kita bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah sendiri tiada sekutu bagi-Nya. Dia mengetahui apa yang disembunyikan oleh hati, dan apa yang ditutupi oleh lautan dan kegelapan.

Tidak ada satu pun yang gaib bagi-Nya, tidak ada sehelai daun pun yang jatuh dari pohon, dan tidak ada satu biji pun yang berada di dalam kegelapan bumi melainkan Dia mengetahuinya, tidak ada tuhan selain Dia. Dan tidak yang basah dan tidak pula yang kering melainkan tertera dalam kitab yang nyata. Dia mengetahui apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang bekerja, di tempat berjalan yang mana mereka berjalan, dan ke tempat kembali yang mana mereka akan kembali. Dan kita memohon kepada Allah dengan hidâyah.

Dan kita bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya, nabi-Nya, utusan-Nya kepada makhluk-Nya, dan kepercayaan-Nya atas wahyu-Nya. Dan bahwa dia telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, berjihad di jalan Allah memerangi orang-orang yang berpaling dari-Nya dan dia telah mengabdi kepada Allah hingga datang kepada-nya kematian—Allah mencurahkan shalawât kepadanya dan kepada keluarganya.

Aku berwasiat kepada kalian dengan taqwâ kepada Allah wahai hamba-hamba Allah, tidak berhenti kenikmatan dari-Nya, tidak habis kasih-sayang dari-Nya, tidak merasa cukup seluruh hamba dari-Nya dan semua amal tidak bisa membalas karunia-Nya.
Dia yang telah memerintahkan taqwâ, yang menyuruh zuhud di dunia, dan Dia yang memperingatkan segala kemaksiatan. Dia maha agung dengan kekekalan, dan Dia menundukkan makhluk-Nya dengan kematian serta kehancuran. Kematian itu tujuan akhir (dunia) bagi seluruh makhluk, merupakan jalan bagi alam semesta, dan diikatlah ubun-ubun makhluk yang masih hidup.

Dia tidak dilemahkan oleh mereka yang melarikan diri dari kematian, dan ketika terjadinya Dia tahan para pengikut hawa nafsu. Kematian itu menghancurkan setiap kelezatan, menghilangkan setiap kenikmatan dan memutuskan setiap kegembiraan.
Dunia adalah negeri yang Allah telah tuliskan kehancuran ba-ginya, dan untuk ahlinya diharuskan berpindah darinya, namun kebanyakan manusia ingin kekal padanya dan ingin besar rumahnya.
Dunia itu terlihatnya manis dan menawan, ia segerakan bagi orang-orang yang menuntutnya, ia berbaur dengan hati orang-orang yang memandangnya sehingga orang-orang yang kaya yang lemah (pikirannya) menjadi kikir, dan orang-orang yang ketakutan (oleh bahaya dunia) menjadi benci kepadanya hingga mereka menjauh darinya.

Semoga Allah merahmati kalian dengan sebaik-baik dunia yang ada pada kalian. Janganlah kalian mencari lebih banyak darinya, janganlah kalian meminta darinya melebihi dari kecukupan, tetapi hendaknya kalian rela dengan dunia yang sedikit.

Janganlah kalian arahkan pandangan mata kepada kekayaan yang telah diberikan kepada orang-orang yang melewati batas, hendaklah kalian merasa rendah dengannya, dan janganlah kalian berbenah diri dengannya, tetapi rasakanlah bahayanya oleh diri-diri kalian padanya. Janganlah kalian bersenang-senang, bermain-main dan bergembira-ria dengannya, sebab sesungguhnya pada yang demikian itu mengandung kelalaian dan tipuan.

Ketahuilah! Sesungguhnya dunia itu telah mengingkari, ia berpaling dan berlalu, dan bahkan dunia itu telah mengumumkan perpisahannya dengan kalian. Ketahuilah! Sesungguhnya akhirat itu telah mendekat, ia menghadap dan menyambut, dan bahkan ia telah mengumumkan pertemuannya dengan kalian. Ketahuilah! Apa yang tersembunyi hari ini akan terbuka jelas esok hari. Ketahuilah! Orang-orang yang bergegas dengan kebaikan adalah surga tempat tinggalnya, sedangkan orang-orang yang berdosa akhir perjalanannya adalah neraka. Ketahuilah! Maka mengapakah manusia itu tidak mau bertobat dari kesalahannya sebelum hari kematiannya? Ketahuilah! Hendaklah manusia itu beramal saleh untuk dirinya sebelum hari susahnya dan hari sengsaranya (tiba). Semoga Allah menjadikan kita di antara orang-orang yang takut kepada-Nya dan mengharapkan pahala-Nya.

Ketahuilah! Sesungguhnya hari ini adalah hari yang Allah telah menjadikannya bagi kamu sebagai hari raya, dan Dia menjadikan kamu sebagai ahlinya, maka ingatlah kamu kepada Allah, niscaya Dia ingat kepada kalian, berdoalah kalian kepada-Nya pasti Dia kabulkan doa kalian, tunaikanlah zakat fithrah kalian, sebab ia itu sunnah Nabi kalian dan farîdhah yang wajib dari Tuhan kalian, maka hendaklah setiap orang dari kalian mengeluarkannya atas namanya dan atas nama orang-orang yang menjadi tanggungannya, baik lelaki mereka, perempuan mereka, anak-anak mereka, orang tua mereka, orang-orang merdeka mereka dan budak-budak mereka. Dan keluarkanlah dari setiap orang satu shâ‘ gandum, satu shâ‘ kurma atau satu shâ‘ sya‘îr (jewawut, jelai atau jenis gandum).

Taatlah kalian kepada Allah dalam hal yang Allah wajibkan atas kalian, dan yang Dia perintahkan kalian dengannya seperti mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, menunaikan ibadat haji, shaum pada bulan Ramadhân, menyuruh (orang lain) dengan kebaikan, mencegah (nya) dari keburukan, dan berbuat baiklah kepada kaum perempuan kalian dan kepada budak-budak kamu.
Dan taatlah kalian kepada Allah dalam perkara yang Dia larang kalian darinya seperti menuduh perempuan yang baik-baik berbuat zina, melakukan perbuatan keji, meminum arak, mengurangi takaran dan timbangan, memberikan kesaksian palsu dan melarikan diri dari perang. Semoga Allah menjaga kita dengan taqwâ dan menjadikan akhirat untuk kita lebih baik dari dunia.

Sungguh sebaik-baik perkataan dan seindah-indah pelajaran untuk orang-orang yang ber-taqwâ adalah Kitab Allah yang maha perkasa lagi maha bijaksana. Aku berlindung kepada Allah dari syaithân yang terkutuk. Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Katakanlah: Dialah Allah yang satu. Allah yang kepada-Nya bergantung segala sesuatu. Dia tidak melahirkan dan tidak dilahirkan. Dan tidak ada satu pun yang setara dengan-Nya.

Kemudian beliau as duduk sebentar, lantas berdiri lagi untuk menyampaikan khotbah yang kedua sebagaimana telah disebutkan pada khotbah yang terakhir dari khotbah Jumat.


Terjemah Khothbah ‘Îdul Adhhâ Imam ‘Ali as 

Allâhu akbar, allâhu akbar, allâhu akbar (Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar) seberat ‘arasy-Nya, serela diri-Nya, sejumlah tetesan air hujan dari langit-Nya, dan sebanyak volume air di laut-Nya. Kepunyaan-Nya nama-nama yang baik dan segala puji bagi Allah hingga Dia rela dan Dia maha perkasa lagi maha pengampun. Allâhu akbaru kabîran mutakabbirâ (Allah maha besar sungguh terlalu agung untuk disifati), Tuhan yang maha agung, maha penyayang lagi maha pengasih. Dia memaafkan setelah berkuasa dan tidak ada yang putus asa dari kasih-Nya selain orang-orang yang sesat. Allâhu akbaru kabîrâ, walâ ilâha illallâhu katsîrâ, wa subhâ-nallâhi hannânan qadîrâ.

Segala puji kepunyaan Allah, kita memuji-Nya, kita memohon pertolongan-Nya, kita meminta ampunan-Nya, dan kita memohon petunjuk-Nya. Kita bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Dia dan bahwa Muhammad hamba-Nya dan utusan-Nya.

Siapa yang patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesung-guhnya dia telah mendapat hidâyah dan mendapat keuntungan yang besar. Dan Siapa yang tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dengan kesesatan yang jauh, dan dia rugi dengan kerugian yang nyata.

Wahai hamba-hamba Allah, aku wasiatkan kepadamu dengan taqwâ kepada Allah, sering mengingat kematian, berlaku zuhud di dunia yang orang-orang yang sebelum kamu tidak mendapatkan kesenangan (yang sesungguhnya) dengannya, dan dunia tidak akan kekal untuk seseorang setelah kamu, dan jalan kamu padanya sebagaimana jalan orang-orang yang berlalu.

Tidakkah kamu perhatikan bahwa dunia ini akan segera ber-akhir dan ia telah memberitakan kepergiannya, telah mengingkari kebaikannya dan berlalu dengan sangat cepat, maka ia mengkabarkan kehancurannya sementara penghuninya sedang melangkah menuju kepada kematian, maka sesungguhnya dunia itu akan dirasakan sangat pahit setelah ia dirasakannya manis, akibat dunia, (hati) akan menjadi keruh setelah bening, maka tidak tersisa darinya selain sedikit air untuk bersuci dan seteguk air buat diminum.

Mencicipi dunia itu ibarat orang yang sedang sangat kehausan meminum seteguk air, tetapi tidak bermanfaat sebab saking dahaganya, maka kumpulkan (bekal) wahai hamba-hamba Allah, untuk berangkat dari negeri ini yang ditakdirkan sirna atas penghuninya, yang tercegah hidup atas ahlinya dan dihinakan diri-diri manusia dengan kematian, dan setiap kali ada orang yang ingin tetap hidup, maka akan ditun-dukkannya oleh kematian, janganlah sekali-kali kamu dikalahkan oleh angan-angan, jangan sampai masa (hidup di dunia) memberi harapan panjang kepadamu, dan jangan sampai kamu ditipu oleh cita-cita padanya dalam mengabdi kepada Allah selama hidup.

Demi Allah, seandainya kamu diseru dengan seruan yang cepat (kepada kematian), tentu kamu akan berdoa dan berteriak ketakutan, dan kamu pun akan keluar menuju Allah dengan meninggalkan harta-benda dan anak-anak (kamu) demi mencari kedekatan kepada-Nya dan ketinggian derajat di sisi-Nya, atau demi mendapatkan pengampunan dosa yang telah dihitung, dicatat dan dijaga oleh para malaikat utusan-Nya, sungguh (kesadaran seperti itu) sedikit pahalanya, dan yang aku khawatirkan adalah siksa-Nya yang amat pedih menimpa kamu.

Demi Allah, seandainya hati-hati kamu mencair dan mata-mata kamu mengalirkan air mata darah karena cinta kepada-Nya dan takut dari-Nya, kemudian kamu bergelimang dengan dunia, niscaya dunia itu akan musnah dan tidak tersisa, sedangkan amal-amal kamu tidak mencukupi walaupun kamu tidak menyisakan sedikit semangat kamu untuk meraih karunia-Nya yang besar dan dan petunjuk-Nya kepada keimanan, tentu kamu tidak akan berhak sepanjang masa untuk mendapatkan surga-Nya dan rahmat-Nya dengan amal-amal kamu itu, namun dengan rahmat-Nya kamu dikasihi, dengan petunjuk-Nya kamu mendapat petunjuk dan dengan keduanya kamu menuju ke dalam surga-Nya. Semoga Allah menjadikan kita dari kalangan orang-orang yang bertobat lagi mengabdi.

Sesungguhnya hari ini adalah hari yang kehormatannya besar, berkahnya diharapkan, dan maghfirah-Nya padanya didambakan, maka perbanyaklah mengingat Allah yang maha tinggi, minta ampunlah dan bertobatlah kamu kepada-Nya, karena sesungguhnya Dialah yang menerima tobat lagi maha penyayang.

Siapa yang berkorban dengan kambing yang belum masuk tahun kedua, maka tidak mencukupi darinya, namun dengan domba bisa mencukupi. Dan di antara kesempurnaan berkurban adalah tidak cacat mata dan telinganya. Dan jika tanduknya pecah atau kakinya pincang, maka tidak mencukupi ibadah kurbannya.

Apabila kamu memotong hewan kurban, maka boleh kamu makan darinya, berilah makan (orang lain dengannya) dan hadiahkan. Dan pujilah Allah atas rezeki dari hewan ternak yang Dia karuniakan kepadamu. Dan dirikanlah shalat, keluarkanlah zakat, baguskanlah pengabdian, tegakkanlah kesaksian, dan harapkanlah apa yang telah dicatatkan dan diwajibkan atas kamu seperti jihad, haji dan shiyâm, sebab pahalanya itu besar dan tidak akan habis sedangkan meninggalkannya adalah bencana yang berkepanjangan.

Suruhlah (orang lain) dengan yang benar, cegahlah (mereka) dari yang mungkar, tegakkanlah keadilan atas orang yang zalim dan belalah orang yang teraniaya, tahanlah tangan orang yang ragu dalam ‘aqîdah, lakukanlah kebaikan kepada kaum perempuan dan budak-budakmu, jujurlah dalam berbicara, tunaikanlah amanat dan jadilah kamu para penegak kebenaran. Janganlah kamu tertipu oleh kehidupan dunia dan janganlah sekali-kali kamu tertipu oleh tipuan-tipuan yang memalingkan kamu dari Allah.

Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah dzikrullâh, dan seindah-indah pelajaran bagi orang-orang yang ber-taqwâ adalah Kitâbullâh. Aku berlindung kepada Allah. Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Katakan olehmu: Dialah Allah yang satu. Allah yang kepada-Nya bergantung segala sesuatu. Dia tidak melahirkan dan Dia tidak dilahirkan. Dan tidak ada satu pun yang setara dengan-Nya.

Kemudian beliau duduk sejenak, lalu beliau berdiri lagi untuk menyampaikan khotbah yang kedua.

Takbîr ‘Îdul Fithri 

وَ لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya kepadamu dan agar kamu bersyukur.
Takbîr ‘Îdul Fithri dibaca setelah 4 (empat) shalat: Yang pertamanya setelah shalat maghrib pada malam ‘îd, setelah shalat ‘isya, setelah shalat shubuh dan keempatnya setelah shalat ‘Îdul Fithri.

Kalimat Takbîrnya

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ, لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِِ الْحَمْدُ, اللهُ أَكْبَرُ عَلَى مَا هَدَانَا, وَ الْحَمْدُ ِللهِ عَلَى مَا أَبْلاَنَا

Allâhu akbaru allâhu akbar, lâ ilâha illallâhu wallâhu akbar, allâhu akbaru wa lillâhil hamd, allâhu akbaru ‘alâ mâ hadânâ, walhamdu lillâhi ‘alâ mâ ablânâ.

Allah Maha besar, Allah Maha besar. Tidak ada tuhan selain Allah dan Allah Maha besar, Allah Maha besar dan bagi-Nya segala puji, Allah Maha besar atas petunjuk-Nya kepada kami, dan segala puji bagi Allah atas cobaan yang Dia berikan kepada kami.

Takbîr ‘Îdul Adhhâ

Takbîr yang berkenaan dengan ‘Îdul Adhhâ dibaca di belakang sepuluh (10) shalat fardhu, dimulai dari setelah shalat zhuhur (pada hari raya) dan berakhir setelah shalat shubuh pada 12 Dzulhijjah, tetapi bagi orang yang wuquf di Mina, membaca takbîr itu setelah lima belas (15) kali shalat; yang pertamanya setelah zhuhur pada hari raya dan yang kelima belasnya setelah shalat shubuh pada 13 Dzulhijjah.

Kalimat Takbîrnya

اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ, لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ, اَللهُ أَكْبَرُ عَلَى مَا هَدَانَا, وَ اللهُ أَكْبَرُ عَلَى مَا رَزَقَنَا مِنْ بَهِيْمَةِ اْلأَنْعَامِ, وَ الْحَمْدُ ِللهِ عَلَى مَا أَبْلاَنَا

Allâhu akbaru allâhu akbar, lâ ilâha illallâhu wallâhu akbar, allâhu akbaru walillâhil hamd, allâhu akbaru ‘alâ mâ hadânâ, wallâhu akbaru ‘alâ mâ razaqanâ min bahîmatil an‘âm, walhamdu lillâhi ‘alâ mâ ablânâ.

Allah Maha besar, Allah Maha besar, tidak ada tuhan selain Allah dan Allah Maha besar, Allah Maha besar dan segala puji bagi Allah, Allah Maha besar atas petunjuk-Nya kepada kami, Allah Maha besar atas rezeki-Nya kepada kami dari hewan ternak, dan segala puji bagi Allah atas bala-Nya kepada kami.

(Abu-Zahra/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: