"Selamat datang di Korea Utara," sahut pengguna Twitter lainnya.
Pemerintah Arab Saudi mengancam memburu siapa saja penentang rezim Bani Saud di Twitter. Hal ini diumumkan Saud al-Qahtani, menteri sekaligus penasihat raja melalui akun Twitternya Kamis pekan lalu.
Mereka yang diburu termasuk para pengguna Twitter bersimpati terhadap Qatar, negara tengah diboikot Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir. Keempat negara ini memutus hubungan diplomatik dengan Qatar sejak 5 Juni lalu, dengan alasan negara Arab supertajir itu menyokong terorisme.
Arab saudi, UEA, dan Bahrain juga menerapkan blokade darat, laut, dan udara atas Qatar. Boikot berlanjut karena Qatar menolak 13 tuntutan mereka sebagai syarat menormalisasi hubungan.
Qahtani meminta para pengguna Twitter memasukkan akun-akun para pengkritik pemerintah Saudi ke dalam tanda pagar #Daftar hitam. "Mereka bakal dikelompokkan. Mereka akan diburu dari sekarang," tulis Qahtani di akun @Saudq1978.
Dia bilang siapa saja bersekongkol menentang Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir tidak akan lolos dari proses hukum.
Dia mengaku perburuan terhadap para penentang rezim Bani Saud itu merupakan perintah dari Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz dan Putera Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman. Qahtani bahkan memastikan akun Twitter pengkritik rezim Bani Saud menggunakan nama samaran juga menjadi buruan.
Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargasy termasuk salah satu pendukung langkah dilakukan Qahtani itu. "Saud al-Qahtani adalah sebuah suara penting...dan cuitannya soal daftar hitam benar-benar penting."
UEA memang telah melarang siapa saja bersimpati terhadap Qatar dalam bentuk verbal atau non-verbal melalui media apa saja. Negara Arab Teluk ini mengancam pelakunya dengan hukuman penjara hingga 15 tahun.
Seorang warga Kuwait berakun @Kuwait_okk meminta Twitter menghapus akun milik Qahtani. Dia menyebut perburuan dilakukan Saudi melalui Twitter tersebut melanggar hak asasi soal kebebasan berpendapat.
"Selamat datang di Korea Utara," sahut pengguna Twitter lainnya.
(Al-Bawaba/Gulf-Times/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Saud al-Qahtani, menteri sekaligus penasihat raja Arab Saudi urusan media. (Foto: Twitter)
Pemerintah Arab Saudi mengancam memburu siapa saja penentang rezim Bani Saud di Twitter. Hal ini diumumkan Saud al-Qahtani, menteri sekaligus penasihat raja melalui akun Twitternya Kamis pekan lalu.
Mereka yang diburu termasuk para pengguna Twitter bersimpati terhadap Qatar, negara tengah diboikot Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir. Keempat negara ini memutus hubungan diplomatik dengan Qatar sejak 5 Juni lalu, dengan alasan negara Arab supertajir itu menyokong terorisme.
Arab saudi, UEA, dan Bahrain juga menerapkan blokade darat, laut, dan udara atas Qatar. Boikot berlanjut karena Qatar menolak 13 tuntutan mereka sebagai syarat menormalisasi hubungan.
Qahtani meminta para pengguna Twitter memasukkan akun-akun para pengkritik pemerintah Saudi ke dalam tanda pagar #Daftar hitam. "Mereka bakal dikelompokkan. Mereka akan diburu dari sekarang," tulis Qahtani di akun @Saudq1978.
Dia bilang siapa saja bersekongkol menentang Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir tidak akan lolos dari proses hukum.
Dia mengaku perburuan terhadap para penentang rezim Bani Saud itu merupakan perintah dari Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz dan Putera Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman. Qahtani bahkan memastikan akun Twitter pengkritik rezim Bani Saud menggunakan nama samaran juga menjadi buruan.
Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargasy termasuk salah satu pendukung langkah dilakukan Qahtani itu. "Saud al-Qahtani adalah sebuah suara penting...dan cuitannya soal daftar hitam benar-benar penting."
UEA memang telah melarang siapa saja bersimpati terhadap Qatar dalam bentuk verbal atau non-verbal melalui media apa saja. Negara Arab Teluk ini mengancam pelakunya dengan hukuman penjara hingga 15 tahun.
Seorang warga Kuwait berakun @Kuwait_okk meminta Twitter menghapus akun milik Qahtani. Dia menyebut perburuan dilakukan Saudi melalui Twitter tersebut melanggar hak asasi soal kebebasan berpendapat.
"Selamat datang di Korea Utara," sahut pengguna Twitter lainnya.
(Al-Bawaba/Gulf-Times/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email