Ilustrasi
Media Australia ABC melaporkan, puluhan masjid di seluruh Indonesia berada di bawah pengawasan karena dituduh mendukung kelompok teroris ISIS. Sebanyak 41 masjid di 16 provinsi diduga menyebarkan ideologi radikal dan merekrut militan untuk pergi ke Suriah.
Dari jumlah tersebut, 16 mesjid di tujuh provinsi telah dikonfirmasi secara resmi sebagai pendukung kelompok ISIS oleh tim peneliti yang secara diam-diam menyusup ke sana.
ABC News melakukan wawancara eksklusif dengan kepala tim peneliti dan Direktur Eksekutif Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi Adhe Bhakti.
Adhe menyebut, pondok pesantren dan kelompok membaca Alquran juga digunakan sebagai tempat untuk menyebarkan ideologi radikal ISIS. "Kami menemukan berbagai bentuk dan fungsi yang berbeda dari masjid," kata Adhe, kepada ABC News.
"Beberapa di antaranya digunakan sebagai tempat penyebaran ideologi, beberapa digunakan sebagai tempat konsolidasi, bahkan pengurus masjid pun akan bertindak sebagai agen perjalanan bagi mereka yang bersedia pergi ke Suriah," jelasnya.
Selama berbulan-bulan, Bhakti dan timnya telah memantau masjid dan kelompok membaca Alquran, kemudian mendokumentasikan diskusi dan khotbahnya.
Adhe mengaku memiliki rekaman audio mengenai penyerbaran ajaran radikal, namun tidak dapat diberikan kepada ABC karena rekaman itu milik Pemerintah Indonesia.
"Kami menjadi anggota kelompok membaca Alquran, kami mengikuti kegiatan mereka, kami melakukan wawancara dengan jamaah, jadi kami mendapatkan informasi dengan berbagai cara," ungkap Adhe.
Pada Februari tahun lalu, ABC menyebut secara eksklusif merekam kegiatan di Masjid As-Syuhada di Jakarta Pusat saat perekrutan militan ISIS sedang berlangsung. Menurut Adhe, mereka banyak beroperasi secara tersembunyi dan kadang-kadang dari rumah pribadi.
"Untuk kelompok radikal, bertatap muka sangat penting bagi mereka karena mereka membangun kepercayaan setelah mereka bertatap muka. Mereka tidak bisa melakukannya secara daring (online), karena secara daring, orang bisa menjadi siapa saja," ujar Adhe.
Di Kota Bogor, ABC mengaku pergi ke masjid Ibnu Mas'ud untuk mengetahui langsung mengenai penyebaran ajaran radikal. Masjid tersebut merupakan salah satu dari 16 masjid yang dinyatakan telah menyebarkan ideologi ISIS.
Tiga pengurus masjid ini ditangkap di Singapura tahun ini dan dideportasi ke Indonesia setelah diduga berusaha mencapai Suriah. Meski demikian, pengurus Masjid Ibnu Mas'ud membantah tuduhan tersebut.
"Orang bisa menuduh kita, tapi di sini kita tidak merekrut atau mengirim orang ke sana (ke Suriah)," kata juru bicara masjid, Jumadi. Jumadi juga mengelola pesantren untuk 250 santri.
"Silakan, orang bisa menuduh kami melakukan sesuatu dan menghubungkan kami dengan apapun, karena mereka semua memiliki kepentingan pribadi. Kapolda datang dan memeriksa tempat ini, kami hanya pesantren biasa," tambah Jumadi.
Namun menurut Adhe, pesantren tersebut telah melatih santri untuk menjadi teroris di masa depan. Di masjid Al Jihad di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, ABC diberitahu bahwa diskusi telah pindah ke rumah pribadi, setelah ada pengurus masjid yang ditangkap karena mengirimkan orang ke Suriah.
"Mereka pindah ke masjid yang lebih kecil atau kelompok membaca Alquran yang lebih kecil, yang kami sebut masjid satelit," kata Adhe.
Australia telah meminta kerja sama Indonesia untuk melakukan aksi melawan ancaman terorisme. Pada akhir pekan ini di Manado di Sulawesi Utara, Jaksa Agung Australia George Brandis menjadi tuan rumah KTT regional untuk membahas upaya untuk melawan ancaman kembalinya militan dari Timur Tengah dan Filipina.
Brandis mengatakan pertempuran berkelanjutan di Kota Marawi, Filipina selatan, merupakan ancaman langsung bagi Indonesia. Pertempuran itu juga menjadi ancaman yang lebih umum ke wilayah Asia Tenggara, termasuk Australia. "Konflik di Marawi mengingatkan kita akan kemungkinan mendesak akan ancaman yang dihadapi oleh kita semua," kata Brandis.
Dalam tiga bulan terakhir, polisi Indonesia telah melakukan penangkapan lebih dari 35 orang terkait terorisme. Salah satunya adalah Ari Jihadi, saudara pembom Kedutaan Besar Australia, Iwan Darmawan, yang dikenal dengan nama Rois.
ABC melacak kediaman istri Ari Jihadi di desa Teluk di Banten. Istrinya, Heni (35 tahun), mengaku tidak mengetahui rencana aksi teror yang dimiliki suaminya. "Awalnya saya sangat terkejut, tentu saja, karena biasanya saya ada bersama suami saya setiap hari, dan dia akan membawa saya ke mana saja bersamanya. Ini benar-benar sulit tapi inilah kenyataannya dan saya harus menghadapinya, saya harus siap," kata Heni, kepada ABC.
Ketika ditanya apakah menurutnya suaminya adalah seorang teroris seperti saudaranya, dia berkata, "Saya tidak berpikir begitu."
(ABC/Republika/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email