Oleh: Palti Hutabarat
Sebuah skenario cantik dibuat oleh Front Pembela Islam (FPI). Dalam acara milad yang mereka lakukan di Stadion Muara Kamal, Penjaringan, Jakarta Utara, FPI mengundang para tokoh lintas agama sebagai tanda bahwa FPI cinta dengan keragaman dan kebhinekaan. Skenario ini memang perlu dilakukan karena sejak terbitnya Perppu Ormas, FPI terancam dibubarkan.
Dalam acara Milad tersebut dibuatlah skenario pemberian mawar merah kepada FPI dari tokoh lintas agama tersebut. Acara milad bertema ‘Merawat Kebhinekaan dalam Bingkai NKRI Bersyariah’ tidak akan lengkap kalau tidak ada adegan pemberian mawar terebut. Ketua DPD FPI Jakarta Selatan, Ustad Abdul Majid mengatakan acara tersebut bertujuan untuk menunjukkan bahwa FPI menghormati lintas agama.
“Milad FPI ke-19 bertepatan dengan HUT RI ke-72 kita ajak dari berbagai macam lintas agama untuk menunjukkan bahwa FPI senantiasa sinergi dengan mereka. Jadi fitnah dari mereka yang enggak tahu terjawab sudah,” kata Abdul Majid di Stadion Muara Kamal, Jakarta Utara, Sabtu (19/8).
“Tokoh ada lintas agama seperti bapak Lius, Rudy dari keuskupan agung, tadi ada gubernur terpilih Anies Baswedan, Tomi Soeharto, Kapolres Jakarta Utara. Aparat pemerintah baik sipil, militer atau TNI Hadir mendukung acara ini,” tambah dia.
Benarkah sebuah fitnah namanya kalau menyebut FPI ini adalah kaum intoleran dan perusak kebhinekaan?? Apakah pencitraan seperti ini berguna sebagai senjata ampuh untuk menyerang tuduhan mereka sebagai perusak kebhinekaan dan menutup semua dosa mereka?? Apakah mereka pikir saat ini semua bisa dibodoh-bodohi oleh kelakuan mereka yang munafik??
Tidak perlu menunggu waktu lama, FPI harus menghadapi kenyataan bahwa apa yang mereka sajikan ini adalah sebuah skenario belaka. Bahwa sebenarnya dukungan kepada mereka itu bukanlah dari lembaga secara resmi memberikan dukungan, melainkan hanya perorangan saja.
Setidaknya, bantahan dilakukan oleh Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) dan juga dari Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). KAJ dan PGI memberikan bantahan bahwa mereka memberikan dukungan kepada FPI secara intitusi. Mereka juga membantah telah mengirimkan utusan.
Bantahan pertama datang dari KAJ yang mengklarifikasi hoax yang disampaikan oleh akun Facebook Muhammad Maksum dan juga oleh pihak panitia yang menyebutkan bahwa ada perwakilan dengan nama kuskupan Katholik. Bantahan pun dilakukan dengan menyebut tidak ada yang namanya keuskupan khatolik.
Bantahan kedua datang dari PGi yang menyebutkan bahwa mereka tidak ada melakukan rekomendasi mengirimkan utusan untuk hadir dalam acara milad FPI. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Umum Majelis Pekerjaan Harian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (MPH PGI) Pdt. Gomar Gultom, MTh.
“PGI tidak ada mengirimkan utusan menghadiri milad FPI,” kata Sekum PGI, Pdt. Gomar Gultom.
“PGI juga tidak pernah setuju, sebaliknya bahkan mengecam, cara-cara dan praktek FPI dalam memberantas apa yang mereka sebut sebagai nahi munkar,” jelasnya lagi
Terakhir dalam pesan singkatnya, Sekum PGI dengan tegas mengatakan bahwa tidak benar 13 tahun lalu, PGI secara lembaga berkunjung untuk menemui pemimpin FPI. Kunjungan itu merupakan inisiatif dari Pdt Supit dan kawan-kawannya dan bukan atas nama kelembagaan PGI.
Sebenarnya FPI tidak perlu repot-repot tampil dengan para tokoh agama di acara milad mereka. Cukup dengan mengubah ideologi mereka saja. Lalu mulailah menjadi ormas yang taat kepada Pancasila dan kebhinekaan. Kalau hanya foto tetapi kegerakannya masih suka memaksakan kehendak dan melakukan aksi anarkis, maka semuanya tidak berguna.
Bahkan citra FPI sebagai perusak kebhinekaan tidak juga berubah otomatis hanya dengan bualan manis ANies Baswedan. Citra itu tidak bisa berubah begitu saja. Apalagi luka dalam kebhinekaan yang dilakukan FPI angatlah dalam. Bahkan sampai sekarang kaum minoritas masih merasakan efek dari kasus Ahok.
Efek yang membuat banyak orang tidak percaya bahwa kaum minoritas bisa jadi Presiden di negeri ini. Sebuah hal yang tentu saja bertentangan dengan semangat kebhinekaan dan NKRI. Negara ini bukan negara agama, tetapi mereka paksakan menjadi NKRI bersyariah tanpa malu-malu.
Jadi, kalau FPI mau jadi penjaga kebhinekaan, mulailah dengan mengijinkan para pegawai pakai topi santa. Mau?? Saya yakin bakalan langsung auto kafir mereka-mereka ini.
Salam Gagal Total Pencintraan
(suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email