Oleh: Ahmad Hifni
KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah meramalkan bahwa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akan menjadi Gubernur, bahkan pemimpin bangsa. Menurut Gus Dur, Ahok yang berasal dari suku dan keyakinan minoritas di Indonesia kelak akan menjadi gubernur di suatu wilayah.
Ramalan Jadi Nyata
Dalam sejarahnya, ramalan Gus Dur acap kali menjadi nyata. Beliau dikenal sebagai tokoh yang mampu melihat jauh ke depan melampaui orang-orang pada zamannya. Meskipun sikap, ucapan dan kebijakan Gus Dur kerap disalahpahami orang lain, bahkan oleh sebagian warga Nahdliyin (NU) sendiri, namun sikap dan ucapannya yang dianggap tidak masuk akal ternyata terbukti benar.
Hal itu terbukti ketika Gus Dur berkunjung ke Vatikan sebagai ketua Umum PBNU. Beliau bergurau akan datang kembali ke Vatikan tidak sebagai Ketum PBNU, melainkan sebagai Presiden. Ucapan Gus Dur itu dianggap sekadar gurauan. Namun ternyata benar. Beberapa tahun kemudian Gus Dur datang kembali ke Vatikan dengan kapasitas sebagai Presiden. Karena itulah para tokoh Vatikan menjuluki Gus Dur sebagai “Santo”.
Saat Gus Dur diminta pertanggungjawaban oleh DPR, dengan lantang beliau mengatakan bahwa DPR seperti Taman Kanak-Kanak (TK). Belakangan benar, bahwa anggota DPR tak ubahnya seperti anak-anak TK yang senang jalan-jalan, tidur ketika sidang/rapat dan berebut proyek.
Gus Dur juga pernah berkata pada ajudannya, Sutarman, bahwa kelak ia akan menjadi Kapolda Metro lalu menjadi Kapolri. Pak Sutarman hanya tertawa menganggap semua itu gurauan. Namun, pada 23 Oktober 2013, benar apa yang disampaikan Gus Dur, Sutarman resmi dilantik menjadi Kapolri.
Gus Dur juga pernah berkunjung ke rumah dinas Walikota Solo dalam pertemuan dengan tokoh-tokoh agama. Saat itu Gus Dur berkata, siapa pun yang dikehendaki rakyat, termasuk Pak Jokowi, kalau jadi Wali Kota yang bagus, kelak akan jadi presiden. Benar ramalan Gus Dur, pada tahun 2014, Pak Jokowi resmi menjadi presiden.
Gus Dur juga pernah meminta KH. Said Aqil Siroj untuk membacakan kitab Ihya’ Ulumiddin. Kemudian Gus Dur berkata, “Sampean akan menjadi Ketua Umum PBNU di atas usia 55 tahun.” Benar apa yang disampaikan Gus Dur, di usianya yang ke-56 Kiai Said menjadi Ketua Umum PBNU.
Beberapa hari sebelum wafat, Gus Dur berkata di ruang ICCU kepada Prof. Suhardi (Guru Besar UGM) bahwa ia menitipkan bangsa Indonesia kepadanya dan besok akan pulang ke Tebu Ireng dengan diantar banyak orang dan sudah ditunggu ayah ayahnya. Tak lama setelah itu, Beliau wafat.
Meramal Ahok
Gus Dur juga pernah meramalkan Ahok jadi Gubernur. Sebagai orang yang berasal dari kelompok minoritas, tentu sulit bagi Ahok untuk mendapatkan dukungan di tengah kelompok mayoritas yang masyarakatnya adalah Muslim. Namun, Gus Dur tetap meramal bahwa Ahok kelak akan jadi gubernur.
Menurut Gus Dur, orang turunan Tionghoa bisa jadi gubernur, bahkan menjadi presiden. Meski banyak masyarakat menentang keras dan mendiskriminasi Ahok karena dianggap kafir, namun Gus dur tetap membela dan meminta Ahok tak memedulikan hal itu.
Dukungan Gus Dur terhadap Ahok adalah hal menarik, mengingat belum banyak warga Tionghoa yang berani maju sebagai pejabat publik. Gus Dur kerap memotivasi Ahok untuk konsisten dalam melayani kepentingan rakyat, meski berbagai kritik dan penolakan terus berdatangan dari mereka yang berpikir sempit.
Ada dua alasan kenapa Gus Dur mendukung Ahok. Pertama, Gus Dur tertarik dengan keberanian Ahok, yaitu seorang minoritas yang tampil berani untuk merebut posisi kelompok yang sudah dominan. Hal ini merupakan pembelajaran untuk menegakkan konstitusi dan prinsip kebhinekaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara .
Kedua, Ahok memiliki kepribadian sebagai seorang pemimpin yang patut dicontoh. Menurut Gus Dur, Ahok adalah sosok yang bersih, jujur dan terbuka. Gus Dur mendukung ahok agar terus berjuang sebagai politisi yang mampu memberikan kontribusi positif bagi negeri ini.
Dukungan Gus Dur terhadap Ahok juga merupakan sikap konsistensinya membela kalangan minoritas. Demi menggapai cita-cita bangsa dan nilai-nilai keindonesiaan, bagi Gus Dur harmoni antar elemen bangsa merupakan barang mahal yang harus dijaga tanpa berlaku diskriminatif terhadap minoritas.
Pesan dari ramalan dan dukungan Gus Dur ini semua tidak hanya bisa kita maknai sebagai dukungan politik, namun juga dukungan moral untuk memberi ruang bagi kaum minoritas dalam memperjuangkan hak-hak politiknya. Beliau menegaskan bahwa bangsa Indonesia harus siap menjadi bangsa yang besar dengan memberi ruang pada minoritas. Pertanyaannya, bisakah kita meneruskan perjuangan Gus Dur ini?
(Qureta/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email