Pesan Rahbar

Home » » Alumni 212 Urusin Korban First Travel Saja, Rohingya Sudah Diurus Jokowi. Simak!

Alumni 212 Urusin Korban First Travel Saja, Rohingya Sudah Diurus Jokowi. Simak!

Written By Unknown on Monday 4 September 2017 | 14:01:00


Oleh: Erika Ebener

Heran deh sama alumnus Universitas Sehari 212 nih. Ribut saja Rohingya kemana-mana. Minta organisasi lintas Asia Tenggara, ASEAN, memberikan sanksi tegas kepada Myanmar. Mendesak PBB mencabut nobel perdamaian yang diterima aktivis kemanusiaan Aung San Suu Kyi. Mendesak PBB melakukan embargo untuk menghentikan aksi dari junta militer Myanmar. Meminta umat Islam bersatu untuk membantu etnis Rohingya. Juga meminta Dubes Myanmar untuk Indonesia segera diusir dan menutup kedutaanya.

Teriak…teriak…teriak… tapi Apa Slamet, Sang rektor Universitas Sehari 212, paham politik luar negeri Indonesia? Paham hukum Internasional? Paham sejarah Rohingya? Tidak! Mereka cuma paham kalau isu ini bisa digoreng untuk menggoyang Istana. Cuma itu! Apa mereka tahu agama Islam apa yang dianut oleh rakyat Rohingya? Tidak! Di Indonesia saja, umat yang sama-sama Islam masih mereka serang. Apa sebenarnya peduli pada Rakyat Rohingya? Juga tidak!

Bagaimana alumnusnya akan paham semua yang saya tanyakan, kalau rektornya saja tidak paham. Kalau dia, minimal rektornya saja yang paham tentang Hukum Internasional, tidak akan mereka teriak-teriak di jalan. Mereka akan menempuh cara yang lebih elegan untuk “melobi” Myanmar ketibang hanya teriak di jalan. Sekarang, silahkan bayangkan, seandainya satu dari sekian tuntutan Alumnus Universitas Sehari 212 dikabulkan, misalnya oleh PBB melakukan embargo terhadap Myanmar, apa yang pemerintah Myanmar lakukan kemudian terhadap rakyat Rohingya?

Terus saya dengar mereka juga merencanakan menggalang dana untuk membantu rakyat Rohingya? Aduh please deh. Kenapa harus susah-susah menolong orang yang begitu jauh dan susah untuk dibantu? Tidak gampang menembus barikade yang dipasang oleh pemerintah Myanmar.

Just for the record, saya mengutip catatan dari Dina Sulaeman, seorang cendekiawan dan pengamat masalah-masalah Timur-Tengah dan dunia Islam pada umumnya menuturkan :Tak banyak yang tahu, junta militer Myanmar yang tadinya mengisolasi diri dari dunia internasional, akhirnya mau melakukan proses-proses demokratisasi adalah berkat KITA, pemerintah Indonesia. Masa 10 tahun SBY, Kementerian Luar Negeri kita sangat aktif mendorong Myanmar untuk lebih terbuka, dan berhasil. Pemerintah Indonesia banyak dipuji atas prestasinya ini. Sayangnya, setelah Myanmar menjadi terbuka dan investasi asing terus meningkat, Indonesia justru hampir tidak kebagian apa-apa. Menurut Myanmar Investment Commission, Indonesia ada di ranking 21 dari 30 negara yang berinvestasi di Myanmar.

Menlu Retno bahkan sudah blusukan ke berbagai kamp pengungsi Rohingya, termasuk yang di Bangladesh. Pada 29 Desember 2016, Indonesia mengirim 10 kontainer bantuan untuk Rohingya. Bantuan itu dilepas langsung oleh Presiden Jokowi di pelabuhan Tanjung Priok, tentu gak pake nangis-nangisan kayak istri Erdogan. Kesimpulannya, Indonesia sebenarnya sudah berbuat sangat banyak dan melampaui kewajibannya (istilahnya: sudah ‘extramile’) untuk Rohingya selama ini (mengevaluasinya tidak bisa sebatas 3 tahun terakhir saja).

Jadi, itu para alumnus Universitas Sehari 212, tidak usah sok cari muka dengan berteriak-teriak segala soal Rohingya. Toh ditanya, mau dengan cara bagaimana menolong mereka pun, saya yakin jawabannya, “Ya terserah. Silahkan saja!” Dan “Terserah” bukan jawaban kalau akhirnya pertanyaan dikembalikan pada pemerintah Indonesia. Isu Rohingya bukan isu yang bisa digoreng untuk mengguncang Istana, karena Presiden kita sudah tahu apa yang harus dilakukan. Dia hanya tidak ribut saja dengan semua bantuan yang sudah diberikan pada Rohingya di Myanmar.

Lebih baik, Presidium Alumni 212 membantu korban penipuan First Travel saja. Kasihan, mereka juga muslim yang ingin diberangkatkan ke mekkah. Silahkan kumpulkan dana, berapapun hasilnya, paling tidak bisa memberangkatkan 1 atau 2 jemaah. Dan kalau itu terlaksana, bantuan kalian akan terlhat nyata! Apalagi kalau bisa memberangkatkan 10 orang atau 100 orang. Nama Presidium Alumni 212 sebagai kelompok pembela umat Islam akan terbukti benar. Atau kalau tidak bisa membantu para korban, bantu mendukung mendesak hakim dan pengadilan untuk memeberikan hukuman yang seberat-beratnya pada pasangan suami istri yang telah menipu dan memakan uang puluhan ribu jemaah.

Rasanya ingin saya melihat satu kali saja, kelompok Alumnus Universitas Sehari 212 terlihat bermanfaat untuk bangsa dan negara ini. Selama ini apa yang mereka lakukan hanya menggoreng isu-isu yang bertentangan dengan pendapat rakyat banyak. Apa ini karena mereka semua tinggal dan hidup di Bumi Datar?

(Seword/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: