Oleh: Muhammad Zazuli
Menurut saya Ahok itu ceroboh, sembrono dan gampang terpeleset jatuh. Sudah tahu musuhnya banyak dan dia dari kalangan minoritas, eh malah ngomongnya to the point tanpa basa basi bikin dia didemo banyak orang. Masuk penjara deh akhirnya. Beda dengan Jokowi. Dia lebih kalem dan hati-hati. Sudah pribumi muslimpun dia masih diserang isu kapir, kristen hingga keturunan PKI. Andai Jokowi emosional dan meledak-ledak kayak Ahok pasti sudah habis dia dikerjain 7 juta umat IQ 50an.
Tapi meski klemar-klemer khas orang Jawa, dia sebenarnya tegas dan gak main-main. Buktinya HTI dibubarkan tanpa perlawanan, pimpinan FPI dituntut atas 12 kasus sampe kabur keluar negeri, bandar narkoba dihukum mati, pencuri ikan ditenggelamkan dan sebagainya. Ini adalah hal yang bahkan tidak berani dilakukan oleh pemimpin sebelumnya yang berasal dari Jendral militer.
Sebenarnya saya berharap Jokowi-Ahok bisa maju pada Pilpres 2019 nanti. Tapi berdasar hitung-hitungan politik sepertinya hal itu mustahil terjadi. Ahok sudah cacat di mata hukum dan elektabilitasnya pasti jatuh di mata sebagian umat Islam yang jadi mayoritas di negeri ini. Dia juga gak punya partai yang bisa mendukungnya di kancah politik nasional.
Jika Jokowi-Ahok bisa memimpin negeri ini saya yakin bangsa ini bakal bisa tinggal landas dan bersih dari korupsi. Keadilan sosial juga pasti bisa lebih merata. Dwi Tunggal Jokowi-Ahok mungkin sebenarnya bisa jadi harapan masa depan bangsa untuk mewujudkan cita-cita bangsa ini menjadi bangsa yang besar. Tapi sekali lagi, tampaknya itu adalah hal yang mustahil. Paling banter mungkin Ahok bakal dipilih jadi Mendagri. Itupun jika Ahok mau terjun di politik lagi karena ada kemungkinan dia trauma dan kapok berpolitik gara-gara kasus yang menjeratnya kemarin.
Yang membuat saya berpikir adalah negeri kita ini memiliki dasar negara Pancasila. Tapi hingga kini sepertinya kita belum pernah memiliki pemimpin yang benar-benar Pancasilais. Sukarno sebagai penggali dan penggagas Pancasila, di akhir pemerintahannya justru terjebak dan cenderung ke paham politik yang “kekiri-kirian”. Suharto sebagai penyelamat Pancasila di masa G 30 S PKI justru menjadikan Pancasila sebagai alat untuk menghantam dan menumpas lawan politiknya sementara kroni dan keluarganya bebas leluasa menikmati kekayaan negeri ini.
Semoga orang-orang seperti Jokowi, Ahok, Tri Risma Harini dan Dedi Mulyadi bisa menjadi pemimpin ideal dan Pancasilais yang teguh membela pluralisme, toleransi dan memperjuangkan kesejahteraan dan keadilan sosial. Semoga semakin banyak orang jujur, bersih dan baik yang tampil menjadi pemimpin bangsa ini sehingga Pancasila bisa menjadi ideologi negara yang bisa dibanggakan, bukan sekedar simbol dan lambang yang tanpa arti.
Salam NKRI
(suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email