Pintu gerbang Tahun Baru Hijriyah 1439 H sudah berada di hadapan mata. Setiap detik yang berlalu adalah harga mahal yang harus ditebus untuk kemajuan bangsa sendiri. Sedikit saja kelalaian, maka pintu keterbelakangan dan kemunduran akan selalu siap mengintai dan menghampiri. Tahun baru hijriyah bukanlah sesuatu yang biasa dalam pandangan kaum muslimin. Ia berangkat dari proses hijriyah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw dari Mekkah ke Medinah, sebuah proses yang penuh dengan perjuangan, yang akhirnya diiringi dengan kemenangan. Inilah yang seharusnya menjadi inti inspirasi, bukan sekadar selebrasi yang menyebabkan hilangnya nilai murni.
Salah satu masalah utama Bangsa Indonesia saat ini adalah Masalah Ujaran Kebencian. Antara satu dengan yang lainnya, saling mencela, menghina, dan merendahkan, hanya karena berbeda pandangan. Jikalau pandangan itu masih ada dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, maka apa salahnya? Dinamika berbeda pandangan dalam bernegara adalah hal yang bisa. Justru kelapangan dada dan kematangan pikiran yang dibutuhkan. Duduklah bersama dan diskusiikan. Itu jauh lebih baik daripada teriak-teriak di dunia maya.
Pentingnya Hijrah Kebangsaan.
Hijrah kebangsaan memang diperlukan di tengah berbagai masalah yang mengelilingi bangsa ini. Untuk itu, hijrah itu sendiri perlu dipahami maknanya dengan baik, agar tidak mengartikannya asal tanpa dasar. Ada dua makna utama yang dikandung hijrah ini, terutama dilihat dari konteks kebangsaan.
– Pertama, hijrah dengan makna al-Harakah (bergerak)
Bangsa ini memang harus terus bergerak maju, bukan bergerak mundur. Masalah ujaran kebencian karena Agama, Suku, Budaya, Pilihan Politik, serta Ras adalah salah satu bentuk kemunduran kita hari ini. Seolah-olah, di saat ini, semua isu-isu yang dahulu begitu sensitif untuk didengar, sekarang mencuat ke permukaan dan mengambang. Maka, jikalau kita ingin maju, masalah-masalah ini harus dikubur lagi dalam-dalam. Jikalau bisa, dihancurkan. Kapan kita akan maju, jikalau antar kita saja tidak bersatu.
– Kedua, hijrah dengan makna Tark al-Maashi (meninggalkan kesalahan/keburukan)
Jikalau kita sudah paham dengan baik bahwa ujaran kebencian adalah suatu keburukan, kenapa kita masih melakukannya? Tinggalkan segara. Indonesia ini tegak bukan hanya di atas pundak suku jawa. Namun juga, Sunda, Malayu, Minangkabau, Dayak, Papua, dan banyak lagi yang lainnya. Indonesia ini tegak bukan saja di atas satu agama, namun ada beberapa agama yang diakui oleh Negara. Jikalau masalah identitas diri saja, kita masih belum beres, maka kapan kita akan melangkah ke depannya?
Tahun 1439 H ini adalah momen baru perubahan. Sebab, makna hijrah itu sendiri adalah bergerak maju menuju kehidupan lebih baik, dan meninggalkan segala bentuk perbuatan buruk menuju perbuatan mulia demi kemajuan bangsa. Kita berharap, suatu hari nanti Indonesia adalah berada di puncak peradaban. Semua syarat sudah kita miliki. Tinggal kitanya, mau maju atau tidak?! Dan itu masalah pokoknya.
Tabik
Denis Arifandi Pakih Sati
(Kumparan/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email