Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri pada Jumat (8/9/2017), menangkap seorang wanita bernama Asma Dewi, karena diduga mengunggah konten ujaran kebencian dan penghinaan agama dan ras tertentu di akun media sosialnya.
Asma Dewi yang diduga sebagai salah satu koordinator Tamasya Al-Maidah di Pilkada DKI April 2017 lalu itu, juga disebut menransfer uang sebesar Rp 75 juta ke pengurus inti kelompok Saracen, yang merupakan sindikat penyebar isu SARA dan berita hoax lewat media sosial untuk kepentingan politik.
Seiring bergulirnya kasus tersebut, nama Dewi kemudian dikait-kaitkan dengan rival Ahok – Djarot di Pilkada DKI yakni Anies Baswedan – Sandiaga Uno. Pasalnya, Dewi adalah pendukung pasangan yang dimenangkan oleh Partai Gerindra dan PKS itu.
Dugaan itu kian menjadi setelah beredarnya sejumlah foto kebersamaan Dewi dengan Anies – Sandi, Prabowo Subianto, Fadli Zon, Ahmad Dhani, Buni Yani, dan beberapa tokoh serta politisi lainnya yang kontra Ahok – Djarot.
Hal ini kemudian menjadi sorotan banyak pihak. Salah satunya adalah penggiat media sosial Eko Kuntadhi. Lewat tulisan berjudul ‘Maukah Anies – Sandi Ingat Jasa Asma Dewi?’ Ia mengulik kemenangan pasangan itu di Pilkada DKI, yang tak lepas dari orang-orang yang kini terjerat kasus hukum.
“Kemenangan Anies – Sandi memang banyak berdiri di atas bahu orang-orang yang terkena kasus hukum untuk menyokong pertarungannya saat Pilkada. Selain Buni Yani dan Asma Dewi, ada Rizieq Shihab. Sampai sekarang Rizieq nggak berani pulang ke Indonesia untuk menghindari tatapan mata Firza Husein,” katanya.
Berikut tulisan lengkap Eko Kuntadhi, dikutip Netralnews.com dari akun Facebooknya, Selasa (12/9/2017).
MAUKAH ANIES-SANDI MENGINGAT JASA ASMA DEWI?
Ketika nanti Anies-Sandi dilantik, apakah mereka akan ingat Asma Dewi? Saya tidak tahu.
Yang kita tahu Asma Dewi telah berkorban banyak. Dia ditangkap polisi karena membayar kelompok mafia fitnah Saracen Rp 75 juta, untuk memproduksi konten jahat berisi provokasi, kebencian agama dan fitnah. Asma Dewi sendiri dikenal sebagai pendukung Anies – SAndi yang paling getol.
Jika terbukti dan kasusnya diteruskan, Asma Dewi mungkin akan jadi pesakitan. Untuk Anies – Sandi barangkali dia harus rela di penjara. Mungkin itulah harga yang harus dibayar untuk sebuah pencapaian kekuasan yang diusungnya.
Tampaknya jalan pengorbanan bukan hanya dilakukan oleh Asma Dewi. Kita mengenal aktor penting yang membuat Pilkada Jakarta begitu menjijikkan, yaitu Buni Yani. Aktor ini juga kini sedang degdegan menghadapi keputusan hakim.
Barangkali sebentar lagi dia akan mendekam dalam kamar penjara yang dingin. Buni dipecat sebagai dosen, jualan mug-nya nggak laku, keluarganya kehilangan mata pencarian. Dia hanya mendapat penghargaan gelar pahlawan Islam dari FPI. Pahlawan Islam dari hasil mengedit video.
Kalau untuk memberi gelar-gelaran FPI memang jagonya. Fakhrurozi pernah dilantik sebagai Gubernur KW4 oleh FPI. Untungnya dia senang ‘beronani’ dengan gelar barunya itu, sebagai Gubernur-gunernuran yang berjalan kaki kesana-kemari keliling Jakarta. Gelar lain yang diproduksi FPI adalah Imam Besar yang kini buron karena kasus mesum.
Kemenangan Anies – Sandi memang banyak berdiri di atas bahu orang-orang yang terkena kasus hukum untuk menyokong pertarungannya saat Pilkada. Selain Buni Yani dan Asma Dewi, ada Rizieq Shihab. Sampai sekarang Rizieq nggak berani pulang ke Indonesia untuk menghindari tatapan mata Firza Husein.
Anies – Sandi juga berutang jasa pada Naman, tukang bubur di Kembangan. Dengan gagah dan lugu Naman menghadang kampanye Ahok – Djarot. Lalu ditangkap polisi dan disidangkan. Untung Djarot memaafkan Naman. Selain Naman ada juga ketua FPI Pasar Minggu Haeruddin yang sempat kabur ketika dicari polisi. Kasusnya sama, menghadang proses kampanye.
Kita tentu tidak bisa melupakan jasa pengurus masjid yang berani menolak kewajiban bersama (fardhu khifayah) untuk mensalatkan jenazah sesama muslim. Kali ini yang mereka langgar bukan KUHP tetapi juga hukum agama. Mereka rela menafikkan kewajiban agama demi kemenangan Anies – Sandi.
Saya berharap Anies – Sandi tidak melupakan pengorbanan mereka. Ketika Buni Yani nanti di penjara, maukah mereka mengirimkan bunga tanda simpati?
Ketika Asma Dewi menghadapi kasus hukum, maukah Anies membakar lilin di Balai Kota tanda duka buat pengusung setianya itu?
Atau apakah nanti Gubernur dan wakilnya mau mengirimkan Fitza Hats menggunakan Gojek untuk Novel Bamukmin?
Mungkin nanti akan ada catatan sejarah, bahwa kursi Gubernur Jakarta periode yang akan datang berdiri di atas pundak orang-orang yang menghalalkan segala cara hingga mereka layak di penjara!
Tampaknya Anies harus mulai meniru Aher untuk membela pendukungnya itu. Dia bisa memimpin demo dengan menggelar spanduk meneriakkan : Stop Humanity!
(netralnews/suaraislam)
Post a Comment
mohon gunakan email