Pada hakikatnya shalat ini merupakan kode wilayat Amirul Mukminin Ali as, dimana bagi orang-orang yang tidak fanatik maka menerima wilayat Imam Ali as pada 18 Dzulhijjah nanti akan menjadi mudah dan bisa difahami.
Shabestan News Agency melaporkan dari Isfahan, Hujjatul Islam Hasan San’atkar dalam sebuah kajiannya menjelaskan bahwa sepuluh hari pertama malam bulan Dzulhijjah sangat dianjurkan untuk melakukan shalat sunnah dua rakaat atau yang dikenal dengan nama “shalat wawa’adna” yang dilakukan di antara shalat Maghrib dan Isya’, namun apa sebenarnya falsafah di balik shalat ini tidak banyak yang tahu.
Pada hakikatnya shalat ini merupakan kode wilayat Amirul Mukminin Ali as, dimana bagi orang-orang yang tidak fanatik maka menerima wilayat Imam Ali as pada 18 Dzulhijjah nanti akan menjadi mudah dan bisa difahami, terangnya.
Ia menambahkan, dan hadits al-Manzilah “engkau di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa as…” untuk menjelaskan ayat “Dan telah Kami janjikan kepada Musa ( memberikan Taurat ) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh ( malam lagi ), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun:" Gantikanlah aku dalam ( memimpin ) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang- orang yang membuat kerusakan."
Dimana tafsiran ayat di atas ialah bahwa jika kita tidak mengikuti Imam Ali as dan para Imam keturunannya, maka nasib kita akan seperti nasib kaum nabi Musa as, demikian jelasnya.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email