Partai-partai di Jerman memiliki pandangan yang berbeda dalam menghadapi lembaga-lembaga Islam yang eksis di negara ini.
Seperti dilansir oleh jaringan al-Jazirah hari ini, Benjamin Idris, kepala Asosiasi Islam Eropa, menilai bahwa memberikan suara untuk pemilu Jerman adalah tugas setiap warga muslim, karena memberikan suara untuk pemilu parlemen ini berarti partisipasi dalam pemilu pemerintah baru.
Menurut Idris, enggan berpartisipasi dalam pemilu berarti memperkuat para penentang Islam dan merupakan sebuah kelalaian terhadap hak kebebasan dan demokrasi.
Burhan Kesici, kepala Dewan Islam Jerman, juga menilai bahwa enggan berpartisipasi dalam pemilu merupakan sebuah kesalahan besar. “Hanya para partai radikal dan penentang Islam yang akan beruntung dari tindakan ini,” ujarnya.
42 partai politik, termasuk partai sayap kanan radikal “Alternative für Deutschland” (AfD) yang dikenal memiliki orientasi anti Islam dan para imigran muslim saling bersaing dalam pemilu parlemen Jerman hari ini.
Sikap partai-partai politik Jerman terhadap lembaga-lembaga Islam tidak sama. Partai Demokrati Kristen Jerman menghimbau supaya dwi kewarganegaraan hanya diberlakukan untuk kondisi-kondisi darurat. Sementara itu, Partai Demokrat Bebas Jerman mengkritik habis seluruh lembaga Islam dan bahwa lembaga-lembaga ini memperoleh suntikan dana dari pihak asing. Lain lagi dengan Partai kanan Jerman yang menuntut supaya hari-hari libur warga muslim harus diauki oleh pemerintah.
(Al-Jazeera/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email