Oleh: Muhammad Zazuli
Sebenarnya sekarang kita ini sedang menyaksikan perang antar partai yang seru-seru lucu. Tiap partai punya agenda sendiri dan saling bersaing untuk memperjuangkan agendanya. Partai nasionalis seperti PDIP, Nasdem dan Golkar tetap pada komitmennya mempertahankan NKRI dan Pancasila sebagai dasar negara. Agenda utama Demokrat sih sepertinya cuma ingin melanggengkan kekuasaan trah Cikeas. Namun belakangan pak Mangkrak sepertinya sudah lebih berhati-hati untuk tidak main api lagi seperti pas Pilkada DKI kemarin. Sudah misinya gagal, anaknya jadi pengangguran karena keluar dari militer, habis dana puluhan milyar, eh belangnya ketahuan juga. Bikin malu dan bikin elektabilitas makin drop saja. Makanya sekarang pak Mangkrak sepertinya mulai ingin mendekati pemerintahan Jokowi.
Kalau Gerindra sudah bukan rahasia lagi kalau cuma jadi alat untuk mencapai ambisi Prabowo untuk jadi presiden. Apapun akan dilakukan demi mencapai tujuan tersebut seperti berkoalisi dengan PKS dan ormas-ormas radikal meskipun memiliki haluan dan ideologi berbeda. Yang penting bagaimana caranya bisa berkuasa. Itu saja, Titik.
Nah kalau PKS memang punya agenda menciptakan NKRI bersyariah bahkan kalau mungkin mengganti dasar negara dan mendirikan Khilafah. Cuma mereka melakukannya melalui jalur demokrasi dan partai politik, bukan melalui pemberontakan secara langsung dan frontal. Untuk mencapai tujuan itu PKS pun rela melakukan segala cara termasuk berkoalisi dengan Gerindra yang meskipun beda ideologi tapi memiliki musuh dan kepentingan yang sama.
Koalisi Gerindra-PKS meski gagal di Pilpres tapi kemudian sukses di Pilkada DKI meskipun menggunakan kampanye dan propaganda yang tidak fair. Meski demikian kemenangan ini belumlah sempurna. Ada kemungkinan PDIP sebagai partai berkuasa yang berhasil menempatkan kadernya sebagai Presiden, Menkumham dan Mendagri bisa saja menganulir Anies-Sandi, apalagi setelah sindikat Saracen terbongkar. Bisa saja Anies-Sandi batal dilantik atau dianulir kemenangannya jika terbukti menggunakan cara-cara curang untuk menang.
Yang bakal seru adalah Pilkada Jabar nanti. Sebelumnya Partai Gerindra dan PKS sudah secara resmi mengusung pasangan Deddy-Ahmad pada 16 Agustus 2017. Namun kemudian Gerindra menarik dukungannya kepada pasangan Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar 2018 karena berdasarkan pertimbangan mereka pasangan ini akan sulit menang. Agenda utama Gerindra adalah memenangkan Jabar setelah berhasil memenangkan Jakarta untuk menuju kemenangan pada Pilpres 2019 sehingga Prabowo bisa menjadi RI 1.
Nah yang kasihan adalah PKS. Meski sudah mati-matian membela Prabowo tapi sebenarnya PKS hanya dimanfaatkan demi kepentingan dan ambisi pribadi Prabowo saja. Apalagi PKS tidak punya kader yang populer dan dicintai rakyat sehingga peluangnya untuk menempatkan kadernya di pusat kekuasaan jadi sangat tipis. Dalam Pilpres 2014 yang dicalonkan sebagai Capres-Cawapres juga tidak ada kader dari PKS. Dalam Pilkada DKI 2017 Cagub-Cawagubnya juga bukan dari PKS. Nah dalam Pilgub Jabar nanti sepertinya mereka juga bakal kesulitan menempatkan kadernya dalam ajang kontestasi karena Gerindra sudah menarik dukungannya pada Ahmad Syaikhu yang adalah kader PKS.
Prabowo sendiri sebenarnya tidak peduli dengan agenda PKS yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara syariah. Prabowo hanya memanfaatkan PKS yang terkenal memiliki jaringan kader dan simpatisannya yang militan dan “berani mati” agar bisa mendukungnya habis-habisan. Belum tentu apabila Prabowo berhasil berkuasa dia akan membantu memuluskan agenda PKS, apalagi latar belakang Prabowo yang berasal dari keluarga yang non muslim dan non pribumi.
Nah mari kita lihat apakah koalisi Gerindra-PKS nanti akan tetap mesra dan kompak ataukah bakal bubar seperti halnya “koalisi permanen” yang dulu pernah mereka gadang-gadang dan mereka bangga-banggakan yang ternyata cuma seumur jagung bahkan akhirnya malah hancur berantakan. Besar kemungkinan koalisi ini akan “hidup segan mati tak mau” karena terlalu dipaksakan meski memiliki ideologi dan haluan yang berbeda. Apakah PKS bakal rela dimanfaatkan terus demi ambisi pribadi sang mantan jenderal atau apakah PKS bakal sadar dan mulai berjuang sendiri demi mencapai agendanya meskipun hanya sebagai partai gurem.
Salam Dua Periode
(suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email