Qatar pernah mencabut kewarganegaraan lebih dari enam ribu orang dari suku Al-Ghufran pada 2005, juga tanpa alasan jelas.
Kepala suku Al-Marri Syekh Talib bin Muhammad bin Lahum bin Syuraim membenarkan pemerintah Qatar telah mencabut status kewarganegaraan dirinya dan 54 anggota keluarganya dan suku Al-Murrah.
Meski begitu, dia mengaku tidak terkejut atas keputusan itu. "Pemerintah Qatar telah menjadi surga bagi teroris dan sponsor mereka, serta menjadi bahasan utama jauh lebih besar ketimbang masalah kebangsaan," kata Syekh Talib dalam wawancara khusus dengan Al-Arabiya. "Itu sebuah serangan besar terhadap Arab Saudi dan negara Arab Teluk lainnya."
Padahal ke-55 orang itu, termasuk 18 perempuan dan anak-anak, memiliki kartu identitas sah sebagai warga negara Qatar. Pencabutan kewarganegaraan terhadap mereka dilakukan tiba-tiba tanpa melalui prooses pengadilan.
National Society for Human Rights (NSHR) mengaku kaget dengan keputusan Doha tersebut. "Ini melanggar semua prinsip hak asasi manusia, membikin mereka menjadi diaspora dan terusir."
Perkembangan terbaru ini merupakan kelanjutan dari penahanan atas penyair Qatar Barik bin Hadi al-Marri sepulang dari berhaji ke tanah suci Makkah dan Madinah. Dia ditangkap karena memuji perlakuan Arab Saudi terhadap semua jamaah haji Qatar, dalam wawancara dengan sejumlah media di negara Kabah itu.
Hubungan kedua negara memburuk sejak Arab Saudi bareng Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik pada 5 Juni lalu. Mereka beralasan negara Arab supertajir itu menyokong terorisme.
Arab Saudi, UEA, dan Bahrain juga memberlakukan blokade darat, laut, dan udara atas Qatar. Blokade berlanjut lantaran Qatar menolak 13 syarat diajukan keempat negara Arab itu untuk menormalisasi hubungan.
Qatar pernah mencabut kewarganegaraan lebih dari enam ribu orang dari suku Al-Ghufran pada 2005, juga tanpa alasan jelas.
(Al-Arabiya/Saudi-Gazette/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Kepala suku Al-Marri Syekh Talib bin Muhammad bin Lahum bin Syuraim. (Foto: Al-Arabiya)
Kepala suku Al-Marri Syekh Talib bin Muhammad bin Lahum bin Syuraim membenarkan pemerintah Qatar telah mencabut status kewarganegaraan dirinya dan 54 anggota keluarganya dan suku Al-Murrah.
Meski begitu, dia mengaku tidak terkejut atas keputusan itu. "Pemerintah Qatar telah menjadi surga bagi teroris dan sponsor mereka, serta menjadi bahasan utama jauh lebih besar ketimbang masalah kebangsaan," kata Syekh Talib dalam wawancara khusus dengan Al-Arabiya. "Itu sebuah serangan besar terhadap Arab Saudi dan negara Arab Teluk lainnya."
Padahal ke-55 orang itu, termasuk 18 perempuan dan anak-anak, memiliki kartu identitas sah sebagai warga negara Qatar. Pencabutan kewarganegaraan terhadap mereka dilakukan tiba-tiba tanpa melalui prooses pengadilan.
National Society for Human Rights (NSHR) mengaku kaget dengan keputusan Doha tersebut. "Ini melanggar semua prinsip hak asasi manusia, membikin mereka menjadi diaspora dan terusir."
Perkembangan terbaru ini merupakan kelanjutan dari penahanan atas penyair Qatar Barik bin Hadi al-Marri sepulang dari berhaji ke tanah suci Makkah dan Madinah. Dia ditangkap karena memuji perlakuan Arab Saudi terhadap semua jamaah haji Qatar, dalam wawancara dengan sejumlah media di negara Kabah itu.
Hubungan kedua negara memburuk sejak Arab Saudi bareng Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik pada 5 Juni lalu. Mereka beralasan negara Arab supertajir itu menyokong terorisme.
Arab Saudi, UEA, dan Bahrain juga memberlakukan blokade darat, laut, dan udara atas Qatar. Blokade berlanjut lantaran Qatar menolak 13 syarat diajukan keempat negara Arab itu untuk menormalisasi hubungan.
Qatar pernah mencabut kewarganegaraan lebih dari enam ribu orang dari suku Al-Ghufran pada 2005, juga tanpa alasan jelas.
(Al-Arabiya/Saudi-Gazette/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email