Pesan Rahbar

Home » » Sejarawan Israel: Israel Berdamai dengan Islam? Tidak Akan Pernah!

Sejarawan Israel: Israel Berdamai dengan Islam? Tidak Akan Pernah!

Written By Unknown on Sunday 17 September 2017 | 01:55:00


Kenali dirimu, kenali musuhmu, dan kenali medan tempurmu. Dan kau akan memenangi seribu pertempuran
– Sun Tzu –

Dalam bahasa lain dari tokoh militer AS, agar bisa memenangi pertempuran, perlu untuk masuk ke dalam pikiran musuh, sehingga bisa merasakan semangat yang sama, keyakinan, dan ketakutan yang menggerakkan mereka. Hal yang sama juga berlaku untuk memimpin dan membimbing sebuah kelompok. Perlu untuk masuk dan menyelami ke pikiran orang-orang yang hendak dipimpin.

Langkah serupa sepertinya sedang ditempuh oleh seorang profesor Yahudi yang juga pakar sejarah. Moshe Sharon namanya. Ia adalah ahli sejarah Islam asal Israel yang sering dijuluki sebagai “ilmuwan tentang Timur Tengah terbesar di Israel”. Ia mencoba menyelami cara pandang Islam terhadap dunia, sebagai langkah untuk mengenali kelompok yang ia anggap musuh. Ia sering mengisi forum-forum kontraterorisme yang diadakan oleh Israel.

Sharon mengatakan bahwa para pejabat Barat gagal untuk memahami bahwa dunia Arab dan Islam melihat pendirian negara Israel sebagai “pembalikan sejarah” dan karenanya tidak pernah menerima hubungan damai dengannya.

Dari perspektif Islam, “Wilayah Islam diambil dari Islam oleh orang-orang Yahudi. Anda tahu sekarang bahwa ini tidak dapat diterima, meski hanya satu meter pun. Jadi setiap orang yang berpikir bahwa Tel Aviv aman, telah membuat kesalahan besar. Wilayah yang pada satu waktu didominasi oleh pemerintahan Islam, kini telah menjadi wilayah non-Muslim. Non-Muslim independen dari pemerintahan Islam, dan Yahudi juga telah menciptakan negara independen mereka sendiri. Lebih buruk lagi, Israel, negara non-Muslim, memerintah umat Islam. Sangat tidak bisa terpikirkan bahwa non-Muslim menguasai Muslim.”

Sharon menganggap bahwa berbagai perjanjian damai yang ditandatangani oleh pejabat Muslim dan Arab selama bertahun-tahun sebagai “potongan kertas, bagian dari taktik dan strategi … tanpa makna.”

Penilaian Sharon difokuskan pada bahaya yang ditimbulkan oleh Iran. Ia mempelajari budaya, sastra, surat kabar, siaran TV dan radio, serta melakukan wawancara dengan tokoh utama rezim Iran. Sharon menyimpulkan bahwa keyakinan yang mendalam akan mesianisme Syiah adalah akar dari proyek nuklir Iran.

“Mereka benar-benar percaya bahwa mesiah Syiah, Imam Keduabelas (juga dikenal sebagai Al-Mahdi), berada di sini (Israel), dan bahwa ia akan mengungkapkan dirinya … Yang menggerakkan pemerintah dan pemimpin Iran hari ini adalah pertama dan terutama keinginan untuk membawa Imam keduabelas.”

Sharon menjelaskan doktrin teologis Syiah bagaimana Al-Mahdinya nanti akan muncul. Sharon menjelaskan: “Bagaimana mereka akan membawanya muncul? Melalui kiamat. Dia (Al Mahdi) membutuhkan perang. Dia tidak bisa datang ke dunia ini tanpa Armageddon. Dia menginginkan Armageddon. Semakin cepat kita memahami ini, semakin baik.” Dan karena itulah, menurut Sharon, program nuklir mencoba direalisasikan oleh Iran.

Baca, disinilah Islam Faktanya: http://angkasa-news.blogspot.com/2017/09/galeri-12-imam-di-masjid-nabawi-simak.html

Baca, belum lagi Munculnya Dajjal Sebenarnya:
http://angkasa-news.blogspot.com/2014/07/dari-saudi-muncul-dajjal.html
http://angkasa-news.blogspot.com/2015/04/fakta-bukti-bahwa-saudi-arabia.html

Sharon di masa lalu bersikeras bahwa dunia Barat telah melakukan kebodohan besar dengan membedakan antara Islam radikal dan Islam moderat. “Tiba-tiba kita melihat bahwa penafsir terbesar Islam adalah politisi di dunia Barat,” tulisnya sinis.

“Mereka tahu lebih baik daripada semua penceramah di masjid-masjid, semua orang yang memberikan khotbah yang mengerikan tentang Kristen atau Yahudi. Politisi Barat ini tahu bahwa ada Islam yang baik dan Islam yang buruk. Mereka bahkan tahu bagaimana membedakan keduanya—Kecuali bahwa tidak satupun dari mereka tahu cara membaca bahasa Arab.”

“Perbedaan antara agama Yahudi, Kristen dan Islam adalah sebagai berikut: Yudaisme berbicara tentang keselamatan nasional—yaitu, bahwa di akhir cerita, ketika dunia menjadi tempat yang lebih baik, Israel akan berada di tanah sendiri, diperintah oleh raja sendiri dan melayani Tuhan. Kristen berbicara tentang gagasan bahwa setiap orang di dunia dapat diselamatkan dari dosa-dosanya, sementara Islam berbicara tentang menguasai dunia. Saya bisa mengutip dalam bahasa Arab, namun tidak ada gunanya mengutip bahasa Arab, jadi izinkan saya mengutip sebuah ayat dalam bahasa Inggris: ‘Allah mengirim Muhammad dengan agama yang benar untuk diunggulkan atas semua agama.’

“Idenya bukanlah bahwa seluruh dunia akan menjadi muslim saat itu, tetapi bahwa seluruh dunia akan ditundukkan di bawah kekuasaan Islam.”

Sharon juga pernah menjelaskan tentang cara pandang Islam terhadap sejarah dan geografi. Sharon menegaskan bahwa dalam perspektif Islam, pada dasarnya, agama di alam semesta ini hanyalah satu. Agama tersebut mengokohkan keesaan Allah dan menegaskan nabi Muhammad sebagai utusan Allah.

“Dari mulai diciptakannya semesta ini, hanya ada satu agama, yaitu Islam,” ujarnya. Sharon menjelaskan lebih lanjut, “Solomon (sulaiman,- red) adalah muslim. David (Daud, – red), Abraham (Ibrahim, – red), Moses (Musa, – red), Yesus (Isa, – red), adalah muslim.

“Inilah yang saya maksudkan dengan islamisasi sejarah. Di seluruh islamisasi sejarah akan ada islamisasi geografi, semua wilayah yang berhubungan dengan tokoh-tokoh tadi adalah wilayah muslim,” tegas Sharon.

Wilayah-wilayah tersebut, jelasnya, terlepas apakah sesudah Nabi Muhamad datang atau belum, harus dibebaskan. “Bukan untuk ditaklukkan. Yang ada adalah untuk dibebaskan,” imbuhnya. Islam muncul di sejarah, pada saat Muhammad, adalah sebagai pembebas. Tidak ada penjajahan dalam Islam. Yang ada adalah pembebasan dalam Islam.

(Seraa-Media/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: