Belakangan ini kita dilatahkan oleh kelakuan orang-orang idiot yang menyerukan simbol-simbol perlawanan seolah posisi kebenaran di jidad mereka. Demo berjilid-jilid sejak 411, 212, dst sampai besok ada aksi 299. Angka-angka diatas seolah menjadi keramat atas nama pergerakan.
Esensi dalam satu perjuangan harusnya bernafaskan kebenaran dan kebaikan, bukan sebaliknya. Membaca prilaku orang-orang berotak ” tekor ” sangat mudah, prilaku agen-agen demo ini selalu kutubnya pada uang bukan kepada sesuatu yang substansial, karen output dari demo akan dibeli atau sudah dimodali oleh penafsu kekuasaan dan pelaku kejahatan tersistim yang akhirnya membeli Indonesia untuk tujuan ekonomi dan dalam entitas kekuasaan agar bisa mengatur sebuah kejahatan. Dengan bersorban agama, etnis mayoritas, dan tahayul-tahayul yang dimantrakan diawal, dilupakan diakhirnya.
Kawan saya yang ada di Ukraina, seorang pembaca setia kompas via internet mengomentari gerombolan pengacau dengan kendaraan agama sangat membahayakan, bila mereka menang mereka akan kecanduan menekan, bila kalah mereka memakai topeng Tuhan untuk mengambil posisi sebagai satpam Tuhan. Saya tanya bagaimana sebaiknya, cuma satu jawabnya, dihentikan!, dia menyebut lebih halus walau tidak mengatakan ” habisi “.
Prilaku anarkis, bengis, dan plus koplak adalah output dari otak yang terkontaminasi hal-hal yang absurd, selalu membawa nama Tuhan tapi prilakunya tidak konek dengan ketransendenan-Nya. Bagaimana akan merajut keberagaman, idiologi negara dicaci maki bahkan berniat mengganti. Dasar negara yang dikonsep oleh pendiri-pendiri negara yang sejak awal sadar bahwa Indonesia adalah nusantara, nusantara adalah keharmonian suku dan agama, sejak awal tidak bisa ditunggalkan, dan pasti usaha untuk menunggalkan akan menuai kegagalan. Pekerjaan sia-sia dan celaka itu seolah menjadi nutrisi penguat eksistensi mereka, namun tidak disadari image dari aksi mereka menguatkan posisi mereka dimata orang-orang sadar nalar bahwa mereka adalah musuh semuanya, baik negara, agama dan ruh kebersamaan masyarakat Indonesia. karena Kita Indonesia mereka cuma pura-pura Indonesia.
Apakah mereka salah?, bisa iya bisa tidak. Kaum idiot maaf saudara kita itu, sumbunya sebatas pusar dan tenggorokan, perut harus kenyang dan tenggorkan harus kuat untuk aliran suara, melepas cacian dan makian, koor kebencian yang sudah dijuklakkan oleh sang mandor the agent of brutalism, mereka tenaga bayaran harian atau bahkan jam-jaman. Akhirnya bisa disimpulkan yang kasat ini hanya jahat di tempat, dibelakangnya berjibun bangsat sesat penyelaka keharmonisan bernegara dan musuh Pancasila.
299, demo dengan tema menolak perpu pembubaran ormas yang anti pancasila, lha terus mereka ini siapa, orang-orang penting yang memodali mereka sudah seperti cacing kepanasan. Memancing keributan untuk mengambil kekuasan dengan jalan menjatuhkan pemerintah ditengah jalan. RAMPOKLAH TETANGGAMU SAAT RUMAHNYA TERBAKAR, Itu kata prabowo dalam strategi perang, kalau perlu bakarlah rumah tetanggamu, rampok, perkosa dan hilangkan. Itu strategi perang. Sayang kita tidak dalam situasi perang, tapi bisa saja kita dipancing dan disuruh perang, karena perampoknya sudah didepan menunggu pembakaran dilakukan.
411,212,112,229 dst..semua hari-hari baik yang selalu dirahmati Tuhan, sayang telah diisi oleh kegiatan yang isinya kebejatan kemanusiaan. Bak pesta besan-besanan, sayang setannya ikut kondangan.
# Mari berdoa semoga kebakaran bisa dihindari, agar perampoknya gagal lagi.
Incheon, 28917
Judul asli: Hantu-hantu dalam Angka
Iyyas Subiakto
(suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email