Perwalian Haram Suci Razavi mengatakan, setiap kali kita tersenyum kepada Amerika Serikat, saat itu juga kita akan menerima pukulan dari negara itu.
Astan News melaporkan, Hujatulislam Sayid Ebrahim Raisi, Perwalian Haram Suci Razavi di hadapan mahasiwa dari sejumlah universitas di kota Mashhad, menyinggung pidato dan sikap permusuhan presiden dan pemerintah Amerika.
Raisi menuturkan, retorika Donald Trump, Presiden Amerika, juga pernah dipakai di masa George W. Bush. Ia menyebut rakyat Iran sebagai poros kejahatan, padahal saat itu tidak seperti sekarang, pemerintah Iran kala itu tidak tersenyum kepada Amerika saat berunding dan berbicara dengan memecahkan kebekuan rasa tidak percaya dan mengeluarkan slogan desensitisasi sebanyak-banyaknya.
Perwalian Haram Suci Razavi menjelaskan, setiap kali kita tersenyum kepada Amerika, pasti kita menerima pukulan.
Ia menambahkan, Amerika tidak ingin merobek kesepakatan nuklir Iran atau Rencana Aksi Bersama Komprehensif, JCPOA, tapi ingin memperluas model JCPOA ini ke ranah lain seperti keamanan dan kemampuan pertahanan Iran, dan dengan menurunkan kekuatan nasional Iran, Washington berkhayal bisa mengubah Iran menjadi seperti Irak atau Libya.
Raisi menegaskan, saat ini ketika suara Amerika semakin lantang, beberapa kalangan mengatakan, kita harus berlindung pada kekuatan Eropa, sebagaimana ketika mereka melihat Amerika tersenyum, berkata, Amerika adalah segalanya dan kita harus menyerahkan semua urusan kepada "Ketua" (Amerika).
Ia melanjutkan, rencana mereka adalah agar Amerika menggunakan tekanan, ancaman dan penghinaan, dan Eropa maju dengan bersandar pada ancaman-ancaman ini untuk meraih keunggulan dan menggelar perundingan, sama seperti yang terjadi di awal kasus nuklir Iran. Namun disayangkan, pasca JCPOA tekanan terhadap Iran justru semakin besar.
Anggota Dewan Ahli Kepemimpinan Iran itu menjelaskan, tidak ada seorangpun yang menentang interaksi dengan negara-negara Eropa. Akan tetapi, katanya, apakah ada negara kuat di dunia ini yang membiarkan pihak asing mendiktenya terutama di bidang-bidang sensitif seperti pertahanan dan keamanan, dengan kedok perundingan dan dialog ? Hari ini, Amerika dan tiga negara Eropa sedang berusaha mewujudkan ancaman ini, ancaman yang menargetkan keamanan nasional dan kepentingan rakyat Iran.
Raisi menerangkan, dalam pandangan Amerika, Iran pasca JCPOA harus berubah menjadi entitas yang terkendalikan dan mau tunduk, akan tetapi dalam prakteknya terjadi hal sebaliknya, dan seluruh mimpi dan harapan Amerika bersama rezim Zionis Israel di kawasan, sirna.
Hujatulislam Raisi mengungkapkan, ketika musuh sudah putus asa dengan tekanan ekonomi atas sebuah bangsa, maka kita sebagai pejabat negara yang bertanggung jawab menjamin ketenangan dan kesejahteraan masyarakat dengan kerja keras di bidang ekonomi, tidak akan membiarkan masalah ekonomi dan kehidupan masyarakat terhambat oleh senyuman hari ini atau penyesalan esok pihak asing.
Menurut Raisi, sikap koordinatif pejabat dengan kelompok intelektual terhadap kesombongan Presiden Amerika adalah hal urgen dan menuturkan, salah satu tujuan Amerika dengan menekan Iran adalah menciptakan konflik internal.
Anggota Dewan Penentu Kebijakan Negara Iran menegaskan, kepatuhan kita pejabat pemerintah atas arahan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, dan upaya menjamin kepentingan nasional dapat menggagalkan musuh dalam mencapai tujuannya. Dengan syarat tidak hanya sekedar kata, tapi direalisasikan dalam praktek.
(Astan-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email