Pesan Rahbar

Home » » Imam Husain as Dalam Riwayat Ahlusunnah

Imam Husain as Dalam Riwayat Ahlusunnah

Written By Unknown on Friday, 20 October 2017 | 04:07:00


Dalam kitab-kitab hadits Ahlusunnah terdapat banyak riwayat tentang keutamaan-keutamaan Ahlulbait as dan di artikel ini akan diutarakan beberapa riwayat mengenai keutamaan dan keagungan Imam Husain as.
Rasulullah saw bersabda:[1]

1. Al-Hasan dan al-Husain adalah dua pemimpin pemuda ahli Surga

«الْحَسَنُ وَ الْحُسَینُ سَیِّدا شَبابِ اهْلِ الْجَنَّهِ»

Artinya, “Al-Hasan dan al-Husain adalah dua pemimpin pemuda ahli Surga”

Dalam riwayat lain, Rasulullah saw bersabda:

«وَ انّ حَسَنَاً وَ حُسَیْنَاً سَیِّدا شَبابِ اهْل الْجَنَّه»

Artinya, “Sesungguhnya al-Hasan dan al-Husain adalah dua pemimpin pemuda ahli Surga.”


2. Imam Husain as kekasih Rasulullah saw.

Berdasarkan laporan-laporan riwayat dan sejarah, Rasulullah saw lebih mencintai Ali, Fathimah, Hasan dan Husain, dibanding seluruh manusia dan keluarganya yang lain dan kecintaan beliau bukan sebuah rasa cinta sederhana seperti seorang ayah terhadap anaknya, tapi berdasarkan hubungan cinta dan basis-basis pemikiran dan ruh, kesatuan dan ikatan spiritual yang tak terputuskan. Seperti yang disabdakan oleh Nabi saw sebagai berikut:

«حُسَیْنٌ مِنّى‏ وَ انَا مِنْ حُسَیْنٍ»

Artinya, “Husain dari-ku dan aku dari Husain.”

Demikian pula di tempat lain, Rasulullah saw:[2]

«انَّهُمْ مِنّى‏ وَ انَا مِنْهُمْ»

Artinya, “Sesungguhnya mereka bagian dariku dan aku bagian dari mereka.”

Rasulullah saw juga kembali bersabda:[3]

«انَاا سِلْمٌ لِمَنْ سالَمْتُمْ، وَ حَرْبٌ لِمَنْ حارَبْتُمْ»

Artinya, “Aku berdamai dengan siapa saja yang berdamai dengan kamu dan memerangi siapa saja yang memerangimu.”

Ketika kita menelaah riwayat-riwayat ini dan memahami betapa besar rasa cinta Rasulullah saw terhadap Imam Husain as, kita tidak boleh lupa bahwa pengucap kalimat-kalimat dan lafal-lafal itu adalah Rasulullah saw, yakni seorang manusia yang selama hidupnya memerangi segala bentuk ucapan sia-sia dan perkataan-perkataan yang jauh dari hakikat serta pujian yang tidak pada tempatnya. Dengan kata lain, manusia yang mengucapkan kata-kata itu adalah seorang yang ucapan-ucapan dan perbuatannya merupakan hujjah dan syariat bagi seluruh umat manusia dan apa yang dilontarkan beliau adalah refleksi dari hakikat alam realitas. Allah Swt berfirman dalam surah An-Najm ayat 3 dan 4:

«وَما يَنْطِقُ عَنِ الْهَوى‏ إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحى‏»

Artinya, “Dan dia tidak berbicara menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”


Di tempat lain, Rasulullah saw bersabda tentang Imam Hasan as dan Imam Husain as:

«اللَّهُمَّ انّى‏ احِبُّهُما فَاحِبَّهُما وَ احِّبَّ مَنْ یُحِبُّهُما»

Artinya, “Ya Allah! Sesungguhnya aku mencintai keduanya, maka hendaklah Engkau mencintainya dan juga mencintai orang-orang yang mencintai keduanya.”[4]

Juga diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:

«احَبُّ اهْلِ بَیْتى‏ الَىَّ الْحَسَنُ وَ الحُسَیْنُ»

Artinya, “Yang paling aku cintai dari Ahlulbait-ku adalah Hasan dan Husain.”[5]


3. Imam Husain as adalah bunga Rasulullah saw

Rasulullah saw bersabda:[6]

«انَّ الْحَسَنَ وَ الْحُسَینَ هُما رَیْحانَتاىَ مِنَ الدُّنْیا»

Artinya, “Sesungguhnya Hasan dan Husain adalah dua bungaku dari dunia.”

Di sebagian riwayat disebutkan bahwa Nabi saw bersabda:

«الْوَلَدُ رَیْحانَهٌ وَ رَیْحانَتىّ الحَسَنُ وَ الحُسَینُ»

Artinya, “Anak adalah bunga dan dua bungaku adalah Hasan dan Husain.”

Juga dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda:

«انَّ ابْنىَّ هذَیْنِ رَیْحانَتاىَ مِنَ الدُّنیا»

Artinya, “Sesungguhnya kedua putraku ini, adalah dua bungaku dari dunia.”


4. Imam Husain as adalah Ahlulbait yang paling mirip dengan Rasulullah saw

Bukhari dan Ibnu Atsir telah meriwayatkan bahwa ketika kepala Imam Husain as dibawa ke Ubaidillah bin Ziyad, kepala mulia itu diletakkan di sebuah tempat dan dia (Ubaidillah bin Ziyad) memukul-mukulkan pedang atau kayu yang ada di tangannya ke mata dan hidung kepala suci itu lalu menceritakan keindahan dan ketampanan sang Imam. Pada saat itu Anas berkata, (Husain) adalah Ahlulbait Nabi saw yang paling mirip dengan Rasulullah saw.[7]


5. Semua wajib mencintai Imam Husain as

Telah meriwayatkan dari Ya’la bin Marrah bahwa Imam Hasan as dan Imam Husain as datang kepada Nabi saw, kedua-duanya berlomba-lomba mendatangi kakeknya, salah satu dari keduanya tiba lebih cepat dan Nabi saw mengangkatnya lalu dirangkul di dadanya seraya menciumnya, kemudian anak yang satunya lagi dicium dan bersabda:

«انّى‏ احِبُّهُما فَاحِبُّوهُما»

Artinya, “Sungguh aku mencintai kedua-duanya, maka hendaklah kalian mencintai kedua-duanya.”[8]

Juga Tirmizi dan Ahmad telah meriwayatkan:

«انَّ رسُولَ اللَّه (صلی الله علیه و آله) اخَذَ بِیَدِ حَسَنٍ وَ حُسَیْنٍ فَقَالَ: مَنْ احَبَّنى‏ وَ احَبَّ هذَیْنِ وَ اباهُما وَ امَّهُما کانَ مَعى‏ فى‏ دَرَجَتى‏ یَوْمَ الْقِیامَهِ»

Artinya, “Sesungguhnya Rasulullah saw mengambil tangan Imam Hasan as dan Imam Husain lalu bersabda, “Barangsiapa mencintaiku dan kedua orang ini serta ibu bapak mereka, maka pada hari Kiamat kelak akan bersama saya di tingkat-ku.”[9]


6. Derajat dan kedudukan tinggi Imam Husain as

Ibnu Mardawaih telah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:

«فِىْ الْجَنَّهِ دَرَجَهٌ تُدْعَى‏ الْوَسیلَهُ فَاذا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَسْأَلُوا لِىَ الْوَسیلَهَ قالُوْا: یا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ یَسْکُنْ مَعَکَ فیها؟ قالَ: عَلِىٌّ وَ فاطِمَهُُ وَالْحَسَنُ وَالْحُسَیْنُ.»

Artinya, “Di Surga terdapat sebuah derajat atau tingkatan yang disebut wasilah, apabila kalian meminta kepada Allah Swt maka hendaklah kalian meminta ke wasilah itu. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah! Siapa mereka yang bersama anda dalam derajat atau tingkatan itu? Rasulullah saw bersabda, “Ali, Fathimah, Hasan dan Husain (alaihimussalam).”[10]


7. Imam Husain as satu tempat dengan Nabi saw

Ahmad, Tabrani dan Ibnu Atsir telah meriwayatkan dari Imam Ali as dan juga Hakim dalam al-Mustadrak telah meriwayatkan dari Abi Sa’id bahwa Nabi saw bersabda:

«یا فاطِمَهُ، انّى‏ وَ ایّاک، وَ هذا الرَّاقِدَ یَعْنى‏ عَلِیًّاا وَ الْحَسَنَ وَ الْحُسینَ یَوْمَ القِیامَهِ لَفِى مَکانٍ واحِدٍ».

Artinya, “Wahai Fathimah, saya dan kamu dan orang yang tidur ini (Ali as), Hasan dan Husain, akan berada di satu tempat di hari Kiamat.”[11]


8. Menolong dan membantu Imam Husain as adalah salah satu hal yang wajib.

Anas bin Harits bin Nabih telah meriwayatkan dari ayahnya yang merupakan salah satu ahli shufhah bahwa ia berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah saw pernah bersabda yang ketika itu Imam Husain as berada di pangkuannya:[12]

«انَّ ابْنى‏ هذا یُقْتَلُ فى‏ ارْضٍ یُقالُ لَهَا الْعِراقُ فَمَنْ ادْرَ کَهُ فَلْیَنْصُرْه».

Artinya, “Sesungguhnya putraku ini kelak akan terbunuh di sebuah negeri bernama Irak, jadi siapapun dari kalian yang mendapatinya maka hendaklah ia membantu dan menolongnya.”

Dan juga Suyuti telah meriwayatkan dari Baghawi, Ibnu Sakan, Bawardi, Ibnu Mandah, Ibnu Asakir dari Anas bin Harits:

«انَّ ابْنى‏ هذا یُقْتَلُ بِارْضٍ مِنَ الْعِراقِ یُقالُ لَها کَرْبَلا فَمَنْ شَهِدَ ذلکَ مِنْهُم فَلْیَنصُرْهُ.»

Artinya, “Sesungguhnya putraku ini kelak akan terbunuh di negeri Irak di sebuah wilayah yang bernama Karbala, jadi siapapun dari kalian yang menyaksikannya maka hendaklah ia membantu dan menolongnya.”


9. Imam Zaman as adalah putra keturunan Imam Husain as

Huzaifah telah meriwayatkan dari Rasulullah saw, beliau bersabda:

«لَوْلَمْ یَبْقَ مِنَ الدُّنْیا الّا یَوْمٌ واحِدٌ لَطَوَّلَ اللَّهُ ذلِکَ الْیَومَ حتّى‏ یَبْعَثَ رَجُلًا مِنْ وُلْدِى‏ اسْمُهُ کَاسْمِى فَقالَ سَلْمانُ: مِنْ اىِّ وُلْدِکَ یا رَسُولَ اللَّه؟ قالَ: مِنْ وُلْدى‏ هذا وَ ضَرَبَ بِیَدِهِ عَلَى الْحُسَیْنِ.»

Artinya, “Apabila tidak tersisa lagi dari umur dunia kecuali satu hari, maka sungguh Allah Swt akan membuat hari terakhir itu menjadi panjang sehingga diutus seorang lelaki dari keturunanku yang namanya sama dengan namaku. Salman bertanya, “Orang itu dari keturunanmu yang mana? Rasulullah saw, “Dari keturunan putraku ini, sambil menepukkan tangannya kepada Imam Husain as.”[13]

Perlu disampaikan bahwa Ayatullah Shafi Gulpaigani telah mengumpulkan lebih dari 180 riwayat mengenai hal ini dalam sebuah buku bernama Muntakhab al-Atsar.


10. Imam Zaman as adalah keturunan kesembilan Imam Husain as

Telah diriwayatkan dari Salman, dia berkata, “Saya mendatangi Nabi saw sementara Imam Husain as sedang berada duduk di pangkuan beliau dan Nabi saw menatap al-Husain dan mencium mulutnya lalu bersabda, “Kamu adalah penghulu putra sang penghulu, ayah dari para penghulu, kamu adalah imam putra imam dan ayah para imam, kamu adalah hujjah putra hujjah dan ayah para hujjah yang sembilan yang akan lahir dari sulbimu, yang kesembilan itu adalah Imam Zaman as.”[14]


11. Rasulullah saw telah berdoa untuk Imam Husain as

Tabrani telah meriwayatkan dari Watsilah bahwa Rasulullah saw telah mendoakan Ali, Fathimah, Hasan dan Husain as seperti berikut:

«الَلّهُمَّ انَّکَ جَعَلْتَ صَلَواتِکَ وَ رَحْمَتَکَ وَ مَغْفِرَتَکَ وِ رِضْوانَکَ عَلى‏‏ ابراهیمَ و آلِ إِبْراهیمَ

اللَّهُمَّ انَّهُم مِنّىِ وَ انَا مِنْهُم فَاجْعَلْ صَلَواتِکَ وَ رَحْمَتَکَ وَ مَغْفِرَتَکَ وَ رِضْوانَکَ عَلَىَّ وَ عَلَیْهِم

یَعنِى عَلِیّاً وَ فاطِمَهَ وَ حَسَناً وَ حُسَیناً»

Artinya, “Ya Allah! Sesungguhnya Engkau telah melimpahkan salawat-Mu, rahmat-Mu, ampunan-Mu dan ridha-Mu untuk Ibrahim dan keturunan Ibrahim.” “Ya Allah! Sesungguhnya mereka (Ali, Fathimah, Hasan dan Husain) adalah dariku, dan aku adalah dari mereka, maka kumohon kiranya Engkau limpahkan salawat-Mu, rahmat-Mu, ampunan-Mu dan ridha-Mu, kepadaku dan kepada mereka, yakni Ali, Fathimah, Hasan dan Husain.”[15]


12. Imam Husain as adalah orang yang pertama kali masuk Surga

Hakim dan Ibnu Sa’ad telah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:

«انَّ اوَّلَ مَنْ یَدْخُلُ الْجَنَّهَ انَا وَ انْتَ وَ فاطِمَهُ وَ الْحَسَنُ وَ الْحُسَیْنُ قالَ عَلِىٌّ: فَمُحِبُّونا؟ قالَ: مِنْ وَرَائِکُمْ»

Artinya, “Orang yang pertama masuk Surga adalah saya, kamu, Fathimah, Hasan dan Husain (alaihimussalam).” Ditanya, “Lantas bagaimana dengan para pencinta kami? Rasulullah saw bersabda, “Mereka ikut di belakang kalian.”[16]


Catatan Kaki:

[1] Sunan Ibnu Majah, 1/56; al-Jâmi’ al-Shâghîr, 1/7 dan 152; Shawâ’iq, hal. 185 dan 189; Tirmizi, 13/191 dan 192; Khashâ’ish Nasâ’i, 48; Maqtal Khorazmi, hal. 92.
[2] Ibnu Majah, 1/65; Sunan Tirmizi, 13/2488.
[3] Ibid.
[4] Al-Istî’âb, 1/376.
[5] Tirmizi, 13/194; Mashâbîh al-Sunnah, 2/28.
[6] Bukhari, 2/188; Tirmizi, 13/193; Asad al-Ghâbah, 2/19.
[7] Shahih Bukhari, 2/188.
[8] Dzakhâ’ir al-‘Uqbâ, hal. 123.
[9] Tirmizi, 13/176; Kanz al-‘Ummâl, 6/216; Shawâ’iq, hal. 185.
[10] Kanz al-‘Ummâl, 6/217; Asad al-Ghâbah, 5/523.
[11] Kanz al-‘Ummâl, 6/216.
[12] Kanz al-‘Ummâl, 6/223.
[13] Khâ’ir al-‘Uqbâ, hal. 136.
[14] Maqtal Kharazmi, hal. 146; Yanâbî’ al-Mawaddah, hal. 445.
[15] Kanz al-‘Ummâl, 6/217.
[16] Kanz al-‘Ummâl, 6/216; Shawâ’iq, hal. 1511.

(Shafei-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: