Pendiri Republik Islam Iran Imam Khomeini meyakini, supaya mampu menjawab kebutuhan setiap bidang kehidupan diperlukan peningkatan pengetahuan dan makrifat agama. Setelah masalah ini tertangani dengan baik, baru giliran ulama Islam yang harus senantiasa bangun dan bangkit. Pada masa kita sekarang ini, Imam Ruhullah Khomeini ra telah berubah menjadi figur bagi seluruh penduduk dunia. Tentunya bagi mereka yang ingin menjadi manusia terbaik dan terunggul dalam kancah percaturan dunia. Untuk itu, sudah selayaknya kita menggali pemikiran dan prinsip-prinsip figur agung sejarah umat manusia ini secara lebih dalam lagi, khususnya dalam rangka menyikapi kebangkitan-kebangkitan yang sekarang sedang merebak di dunia.
Dengan tujuan ini, Kantor Berita Shabestan (KBS) melakukan wawancara khusus dengan Hujjatul Islam wal Muslimin Dzabihullah Na’imiyan salah seorang anggota Dewan Ahli Riset Akidah yang beraktifitas di bawah payung Sekretariat Majelis Khubregan Rahbari (Dewan Ahli Rahbari) beberapa waktu lalu.
Selamat menikmati dan semoga berkenan.
KBS: Bapak Na’imiyan! Menurut Anda, apakah sisi kepribadian Imam Khomeini ra yang hingga kini masih belum banyak disentuh?
Na’imiyan (NMN): Imam Khomeini ra selalu memperhatikan seluruh dimensi kehidupan sosial masyarakat. Ia senantiasa mencermati seluruh masalah individual, rumah tangga, dan masalah-masalah universal masyarakat Islami. Tapi, kita juga sadari bersama, di sabgian sisi, memang hanya sebagian masalah ini yang pernah dilontarkan. Dalam dimensi masalah individual, ia selalu berusaha mencocokkan seluruh kehidupannya dengan ajaran-ajaran Islam. Akan tetapi, jika kita ingin mengupas sisi managemen kehidupan figur agung ini dalam kehidupan sosial masyarakat dan sampai-sampai pengaruhnya dalam kehidupan keluarganya, harus kita akui bahwa Imam Khomeini ra memiliki kriteria-kriteria yang tak tertandingi.
Tujuan asli Imam Khomeini ra adalah membangun jiwa dan meletakkannya di atas jalan taqarub kepada Allah. Mungkin sisi ini banyak dilupakan oleh masyarakat kita dan bahkan mungkin mereka tidak mengenalnya. Alasannya, sisi-sisi kepribadian Imam Khomeini hanya diketahui oleh khalayak umum secara global. Mengenal seluruh sisi ini memerlukan sebuah bentuk hubungan khusus secara kontinyu. Apalagi masih banyak sisi kepribadian Imam Khomeini memang masih disembunyikan, karena ia sendiri tidak menginginkan hal ini diketahui oleh khalayak. Oleh karena itu, masyarakat kita hanya mengenal sisi-sisi kepribadian Imam Khomeini yang terpaksa harus diketahui oleh umum.
Untuk itu, seluruh dimensi kehidupan figur agung ini harus ditelaah secara sempurna. Tapi sekalipun demikian, kepribadian Imam Khomeini masih sulit juga dikenal.
Atas dasar ini, jika kita menginginkan analisa yang pas untuk kepribadian Imam Khomeini ra, kita tidak dapat berharap banyak bahwa masyarakat kita telah mengenalnya secara sempurna. Mungkin satu sisi kehidupannya telah diketahui secara baik.
Tapi sisi-sisi kehidupannya yang lain di bidang sosial, etika, dan nilai masih perlu untuk dikupas secara kongkrit. Memang sangat sulit untuk menganalisa seluruh sisi ini di sepanjang kehidupan Imam Khomeini sehingga layak diajukan sebagai sebuah analisa. Oleh karena itu, analisa teoritis terhadap seluruh sisi ini memang belum pernah dilakukan. Analisa-analisa yang telah dilakukan pun tentu belummencukupi.
Perlu diutarakan di sini, sebagian kepribadian Imam Khomeini ra dalam bentuk karya tulisan memang ada dan tersisa untuk kita sebagai kenangan dari sejak ia masih belia. Sebagai contoh, buku “Syarah 40 Hadis” dan “Syarah Hadis Tentara Akal dan Kebodohan”. Karya-karya tulis Imam Khomeini yang lain mengupas tentang rahasia shalat dan sopan santun beribadah.
Semua karya tulis dapat menghikayatkan kepribadian Imam Khomeini yang telah termanifestasi dalam bentuk sirah dan praktik sehari-hari. Tentu, semua karya ini juga dapat menjadi figur bagi kehidupan individual kita.
Dalam sisi hubungan rumah tangga, Imam Khomeini ra adalah figur kita semua. Sebagian perilakunya dalam sisi ini sudah terekam dalam bentuk kenang-kenangan. Sisi yang lain dapat kita ketahui melalui interview dengan keluarga dan mereka yang memiliki hubungan langsung dengannya.
Dalam sisi mendesain masyarakat sosial, Imam Khomeini memiliki poin-poin yang sangat fundamental. Poin-poin ini pernah disampaikan kepada seluruh tatanan rumah tangga dan anggota rumah tangga. Dalam banyak karya tulis, ia juga memiliki perhatian khusus terhadap masalah ini. Dalam pandangan Imam Khomeini ra, rumah tangga memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Jika kedudukan ini tidak dididik dan tidak memperoleh perhatian secara proporsional, secara alamiah seluruh tatanan rumah tangga dan masyarakat Islami pasti musnah.
KBS: Dalam Wasiat Politik-Ilahi, Imam Khomeini ra berwasiat supaya umat Islam bangkit dan bangun untuk melawan sekte-sekte agama (yang menyeleweng). Tapi, pada masa sekarang, kita masih saja menyaksikan kemunculan sekte-sekte tersebut. Dengan menilik prediksi Imam Khomeini ra kala itu, guna menghapus segala jenis khurafat dan sekte-sekte palsu ini, menurut Anda sebagai seorang aparat, apa yang harus dilakukan?
NMN: Dalam bidang masalah individual, sosial, pembentukan masyarakat dan negara Islami di ranah dunia, dan perwujudan peradaban Islami, Imam Khomeini ra senantiasa memperhatikan dua dimensi: pertama, penentuan arah gerak yang pas, dan kedua, mengenal cela dan kekurangan yang ada.
Di semua bidang, kita telah menyaksikan bagaimana sisi mazhab dan keyakinan agama kita menjadi ajang serangan dan aneka distorsi. Untuk itu, kita menyaksikan kemunculan banyak golongan, mazhab, dan sekte di sepanjang sejarah negara kita dan di tengah masyarakat Islam dunia.
Pada dasarnya, seluruh penyelewengan ini adalah hasil pemikiran-pemikiran menyeleweng yang diciptakan oleh oknum-oknum tertentu atau dibesar-besarkan oleh arus-arus tertentu. Lalu, diusahakan supaya penyelewengan ini mengakar di tengah masyarakat. Tapi akhirnya, ia akan melukai masyarakat, rumah tangga, dan sistem masyarakat Islami itu sendiri. Iya, sebagian sekte ini adalah buah pemikiran kolot dan kebodohan.
Sebagai contoh, aliran Wahabiah. Dalam bidang akidah, aliran ini hanya mementingkan Allah, tapi dengan kesimpulan-kesimpulan yang telah terdistorsi dan berasal dari kantong sendiri. Mereka menebarkan aliran pemikiran ini. Dalam buku Kasyf Al-Asrar, Imam Khomeini mempertanyakan banyak bid’ah yang telah dimunculkan. Pandangan figur sejarah ini kala itu sangat universal. Sekarang, kita saksikan sendiri pandangan dan keyakinan Imam Khomeini sangat implementatif untuk setiap masa dan bangsa.
Sungguh beralasan mengapa Imam Khomeini, di permulaan pembentukan Revolusi Islam Iran, selalu mengingatkan kemunculan pemikiran-pemikiran menyeleweng dalam berbagai bentuk pakaian seperti pemikiran kolot, golongan cenedekiawan, westernisasi, dan kebarat-baratan. Alasannya, setiap hari bahaya selalu mengancam masyarakat Islami dalam berbagai bentuk pakaian.
Imam Khomeini sangat sensitif menanggapi masalah ini, karena pemikiran-pemikiran menyeleweng seperti ini dapat merubah seluruh keyakinan, menjerumuskan masyarakat ke dalam jurang penyelewengan, mengarahkan masyarakat, rumah tangga, dan pemerintah ke arah pemikiran-pemikiran yang menyeleweng, dan merubah masyarakat Islam menjadi masyarakat anti-Islam.
Seluruh sekte dan aliran pemikiran selalu berusaha menarik masyarakat ke arah pemikiran mereka. Imam Khomeini dan seluruh ulama yang lain bangkit untuk melawan usaha mereka ini.
KBS: Dalam kondisi seperti ini, apa yang harus kita lakukan guna menyelamatkan masyarakat kita?
NMN: Banyak hal yang harus kita lakukan. Seluruhnya berhubungan erat dengan peningkatan bashirah dan makrifat keagamaan kita sehingga tak seorang pun dapat menyusupi arena bashirah dan makrifat kita. Mungkin masyarakat kita sangat tersiksa apabila mereka harus berhadapan dengan aneka kekurangan dalam bidang ini.
Atas dasar ini, dalam setiap bidang, jawaban yang paling fundamental adalah peningkatan makrifat keagamaan. Setelah itu, baru tiba giliran ulama. Mereka harus bangun guna menghadapi seluruh jenis penyelewengan ini. Dengan jawaban-jawaban yang sempurna dan komprehensif, mereka harus mencegah penyebaran sekte-sekte dan aliran-aliran menyeleweng ini.
Berikutnya adalah penanganan tegas secara yudikatif. Penanganan seperti ini mungkin diperlukan untuk menghadapi mereka yang diangkat sebagai kepala penyelewengan di tengah masyarakat.
KBS: Imam Khomeini ra sangat memberikan perhatian khusus terhadap kalangan kawula muda. Di masa sekarang, kawula muda menempati jumlah mayoritas negara kita. Apakah program yang harus kita canangkan untuk kalangan ini?
NMN: Kawula muda untuk setiap masyarakat termasuk kalangan penting yang dapat memiliki peran, baik secara aktual maupun secara potensial. Alasannya, pengetahuan dan informasi mereka hari demi hari pasti akan bertambah dan suatau hari kelak akan memegang tanggung jawab penting di dalam tubuh masyarakat kita. Secara otomatis, mereka akan membawa masyarakat ini ke arah yang mereka kehendaki.
Jika remaja dan pemuda kita telah mengenal nilai-nilai transendental dari sejak masa kanak-kanak dan perhatian para aparat negara tertuju penuh kepada mereka, bisa diklaim bahwa masyarakat kita sedang menuju ke arah kemajuan. Akan tetapi, jika pemuda kita diterlantarkan, maka masa depan masyarakat kita juga terlantarkan dan kalangan pemuda kita berada dalam bahaya.
Oleh karena itu, para pemuda kita harus menentukan arah perilaku dan pemikiran mereka dengan cara memperkuat keimanan dan keyakinan mereka. Jika aksi dan pemikiran individual ini telah bergerak sejalan, maka kita akan menyaksikan aksi-aksi komunal yang seragam. Apabila aksi dan pemikiran ini didominasi oleh sistem nilai, niscaya masyarakat kita akan menjadi masyarakat yang meyakini nilai dan bertolok ukur kepadanya.
Mewujudkan cita-cita ini adalah cita-cita fundamental Imam Khomeini ra.
KBS: Imam Khomeini ra menempatkan kaum wanita di sebuah posisi khusus. Jika kita acuh tak acuh terhadap masalah ini, apakah akibat yang akan muncul?
NMN: Kaum wanita memiliki banyak dimensi dalam diri mereka. Salah satu dimensi ini kembali kepada peran mendidik dan sebagai ibu bagi masyarakat. Mereka bukan hanya sekadar ibu untuk seorang anak. Tapi pada hakikatnya, kaum wanita adalah ibu bagi masyarakat masa depan kita. Jelas, posisi ini sangat penting sekali.
Imam Khomeini ra selalu memberikan perhatian terhadap peran mendidik yang dimiliki oleh kaum wanita ini. Ia selalu berusaha meningkatkan peran dan mengarahkannya ke arah yang positif. Untuk itu, ia memaparkan kriteria-kriteria khusus untuk kaum wanita dan mengarahkannya ke arah sistem nilai.
Di samping peran ini, Imam Khomeini juga meyakini bahwa kaum wanita juga berperan sebagai penyerta bagi kaum pria. Ia memandang bahwa kaum wanita harus berjalan seirama dengan kaum pria. Hal ini adalah figur ideal untuk sebuah kehidupan komunal. Jika mereka tidak bergerak searah dan sejalan, masyarakat kita akan menghadapi perpecahan yang serius.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email