PARA PAHLAWAN PROTES ANIES BASWEDAN
Karena Anies bilang “di luar Jakarta tidak melihat Belanda” dan Ini PENGINGKARAN terhadap Sejarah BANGSA INDONESIA.
Klarifikasi soal “pribumi” malah blunder baru bagi Anies. Baca ulasan di bawah ini:
Inilah fenomena yang disebut “picek sejarah”, hanya melihat sejarah dari sudut Jakarta saja. Padahal Para Pahlawan itu mayoritas dari luar Jakarta karena jasa mereka melawan Belanda, tapi Anies dengan mudahnya ngomong “di luar Jakarta tidak melihat Belanda”.
Padahal para pahlawan itu menyerahkan semua pengorbanannya, raga, jiwa, harta, kekuasaan dan seluruhnya untuk menghadapi dan melawan Belanda. Mereka bertarung di medan laga, satu lawan satu, pasukan lawan pasukan yang dihadapi adalah pasukan Belanda (Eh kata Anies mereka tidak melihat Belanda).
Apalagi pelosok-pelosok yang di luar Jakarta, yang lagi-lagi dituduh Anies tidak melihat Belanda yang paling merasakan kekejaman Belanda, dari VOC hingga Kerajaan Belanda via Hindia Belanda, misalnya kerja-kerja paksa, sistem rodi di perkebunan-perkebunan yang masuk dalam pelosok hutan, gunung dan lembah, pembangunan-pembangunan irigasi, jembatan, jalan-jalan (misalnya Jalur Anyer-Panarukan sepanjang 1000 KM) dan juga benteng-benteng dan tangsi-tangsi Belanda yang membawa korban jutaan rakyat saat itu.
Ironisnya, Anies yang mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang semestinya mengetahui informasi, pendidikan dan sejarah yang sangat dasar ini malah dengan mudah “di luar Jakarta tidak melihat Belanda.”
Lebih ironis lagi, Anies ini pernah kuliah di Yogyakarta, di UGM, apakah benar-benar lupa dengan memori Perang Diponegoro, Perang Besar, Perang Jawa, ratusan ribu rakyat Jawa dan pengikut Diponegoro yang melawan puluhan ribu tentara Belanda.
Setelah proklamasi Kemerdekaan pun, kehadiran dan Kekejaman Belanda masih dirasakan dan dilawan di luar Jakarta. Arek-Arek Suroboyo, anak-anak bangsa di Jawa Timur, Jawa Tengah, dari Jawa dan lain-lainnya mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia 10 November 1945 dengan melawan tentara sekutu dan Belanda. Yang diperingati sebagai “Hari Pahlawan”, apakah saat Anies menjadi Mendikbud ikut upacaranya? Apakah “Hari Pahlawan” itu terjadi di Batavia/Jakarta?
Atau juga “Pembantaian Westerling” yang merupakan pembantaian ribuan rakyat sipil di Sulawesi Selatan yang dilakukan oleh pasukan Belanda pimpinan Raymond Pierre Paul Westerling yang terjadi pada bulan Desember 1946-Februari 1947.
Bacalah sejarah dan sadarlah Nies!
Pengingkaran terhadap Sejarah Bangsa Indonesia
Lebih dari itu ucapan Anies itu juga merupakan pengingkaran terhadap sejarah terbentuknya Sejarah Bangsa Indonesia.
Karena penjajahan Belanda itu merata ke semua pelosok Nusantara, artinya kekejaman Belanda itu hadir dan nyata, dilihat dengan mata telanjang, dirasakan hingga ke sumsum tulang, maka penduduk yang daerah-daerahnya merasakan penjajahan Belanda yang sama, lahirlah perasaan senasib dan terbangunnya solidaritas kebangsaan yang baru, yakni Bangsa Indonesia, karena merasa pengalaman yang sama, yakni sama-sama dijajah Belanda.
Andai yang dikatakan Anies bahwa “penjajahan Belanda hanya disaksikan oleh penduduk Jakarta saja waktu itu” maka tidak akan pernah lahir “Bangsa Indonesia”. Karena “Bangsa Indonesia” terwujud dari persamaan nasib, persamaan pengalaman, persamaan perjuangan terhadap Penjajah Belanda.
Orang-orang yang pernah dijajah dan melawan Belanda itu kemudiaan memproklamirkan sebagai “Kami Bangsa Indonesia” Sekali lagi “Kami Bangsa Indonesia” (bukan Kami Bangsa Pribumi). Dan daerah-daerah yang pernah dijajah Belanda-yang pada era Belanda disebut Hindia Belanda-menjadi wilayah Republik Indonesia.
Persamaan nasib sama-sama dijajah, sama-sama melawan, sama-sama menginginkan Kemerdekaan, menyambungkan rasa, hasrat, tekad, mimpi dan cita-cita dari Sabang sampai Merauke (bukan hanya fenomena Batavia/Jakarta) yang melahirkan Bangsa Indonesia dan berdirinya Republik Indonesia.
Untuk Anies, minta maaflah pada para pahlawan karena omonganmu “di luar Jakarta tidak melihat Belanda” benar-benar menyakitkan, tak hanya bagi keturunan para pahlawan itu tapi juga anak-anak bangsa di luar Jakarta, dari Sabang Sampai Merauke dari Mianhas sampai Pulau Rote” mereka memiliki sejarah, kebanggaan akan leluhur yang sama-sama merasakan penjajahan Belanda dan melawan Belanda. Tidak hanya Batavia/Jakarta saja!
Semoga Anies mau rendah hati meralat dan meminta maaf atas ucapannya itu.
Mohamad Guntur Romli
sumber: facebook.com/GunRomli
Tonton omongan Anies di sini https://twitter.com/LusiHQ/status/920789346394841088?s=09
Bapak @aniesbaswedan apakah Bandung Lautan Api, Perobekan bendera Belanda di Hotel Orange, Perang Puputan Bali itu sampeyan anggap mitos? pic.twitter.com/cd5HqanU83— #GubernurSaracen (@LusiHQ) 18 Oktober 2017
(Info-Teratas/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email