Didampingi Rais Syuriah PCNU Jepara, KH Ubaidillah Noor Umar (kanan) KH Agus Sunyoto (tengah) mengisi "Bedah Buku Atlas Walisongo" dalam rangka Hari Santri 2017 di Gedung Setda Pemda Kab. Jepara, Rabu (18/10/2017). DutaIslam.Com - Selain Babad Kediri, Serat Pararaton (Kitab Raja-Raja) yang menceritakan adanya raja fiktif Ken Arok dari Singasari, cerita-cerita lain yang hingga saat ini masih diproduksi untuk kebohongan publik adalah Film G 30 S PKI, yang baru-baru ini diperintahkan panglima TNI untuk ditonton.
Padahal, kata antropolog KH. Agus Sunyoto, pada 30 September 1965, tidak ada peristiwa penting yang perlu didokumentasikan dalam sejarah, apalagi dibuat film. Silakan tonton G 30 S PKI, tapi bagi yang kritis, terang Kiai Agus, mereka akan tahu kalau film tersebut hanyalah dongeng.
"Memang ada kejadian apa pada 30 September?" Tanya Agus saat bedah buku "Atlas Walisongo" dalam rangka peringatan Hari Santri 2017 di ruang Setda Gedung Pemda Jepara, Rabu (18/10/2017) siang.
Jenderal-jenderal diculik dan dibunuh bukan pada 30 September 1965, melainkan 1 Oktober pukul lima pagi (subuh). "Silakan dicari di arsip nasional, pusat sejarah TNI, semua 1 Oktober. Termasuk koran-koran yang terbit saat itu, semua menulis 1 Oktober," tutur Kiai Agus yang juga Ketua PP Lesbumi NU.
Anehnya, justru saat para jenderal dibunuh pada 1 Oktober itu malah dijadikan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Ini adalah logika yang merusak pikiran-pikiran dan fakta sejarah. "Saat jenderal dibunuh malah bendera dikibarkan 1 tiang, apa jenderal-jenderal itu dianggap tumbal?" Tandasnya.
Karena itulah, Kiai Agus Sunyoto meminta supaya masyarakat kritis dan jangan mau dibohongi sejarahawan wong didikan sekolah. "Sekolah itu kacamata Belanda (penuh kebohongan dan rekayasa sejarah)," ungkapnya.
(Duta-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email