Pesan Rahbar

Home » » Persatuan dan Empati, Dua Sikap Yang Diajarkan Islam

Persatuan dan Empati, Dua Sikap Yang Diajarkan Islam

Written By Unknown on Sunday, 29 October 2017 | 04:10:00


Pimpinan Hauzah Ilmiyah Ahlusunnah Khatam al-Anbiya’ kota Faraghi, “Persatuan dan empati merupakan dua sikap yang diajarkan oleh agama Islam.”

Pimpinan Hauzah Ilmiyah Ahlusunnah Khatam al-Anbiya’ kota Faraghi Kalalah berkata, “Agama Islam telah membawa ajaran berupa sikap persatuan dan empati yang merupakan nikmat terbaik yang dipersembahkan untuk seluruh umat manusia.”

Menurut lamporan kantor berita Shafei-News yang dinukil dari kantor berita Taqrîb dari kota Gulestan, Akhund Ahmad Qurban Pur dalam peringatan pertama kelas tafsir al-Qur’an di Hauzah Ilmiyah Runaq al-Islam kawasan Garkaz Aqqala (sebuah kawasan di Iran) mengungkapkan, “Islam suatu agama yang keseluruhannya adalah cahaya dan rahmat, ia mengajak dan menyeru umat manusia kepada persaudaraan dan di akhir mengajak kepada kebahagiaan abadi.”

Menurut pernyataan beliau, Islam bukan merupakan agama yang mengajarkan Rahbaniyah dan sikap ekstrim (baik ekstrim kanan atau ekstrim kiri), moderat dan sikap tengah-tengah adalah metode sebenarnya ajaran agama dan syariat terakhir ini (baca: Islam).

Imam jumat Ahlusunnah kota Faraghi dengan menjelaskan bahwa terdapat sebuah komunitas atau kelompok yang hendak memperkenalkan Islam dan kaum Muslimin sebagai penebar kebencian dan kekerasan di tengah-tengah umat manusia, menuturkan, “Disayangkan sekali ada sebuah kelompok dan komunitas dengan berdasar pada kejahilan dan kebodohan modern, berusaha menyuburkan sikap kebenciaan dan kekerasan yang terorganisir di tengah-tengah kaum Muslimin.”

Beliau menambahkan, “Para penguasa dunia melalui kaki tangan dan anasir-anasirnya, telah mengorganisir berbagai bentuk kejahatan dan kekerasan dalam Islam lalu digunakan untuk merusak citra ajaran Islam sehingga wajah Islam di mata dunia terlihat buruk.”

Menurut beliau, kejahatan dan kekerasan dalam kacamata Islam adalah sesuatu yang tidak diperbolehkan dan ia senantiasa mengajak serta menyeru kepada menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan menjauhi segala bentuk kejahatan dan kekerasan dalam kaitannya dengan interaksi sosial.”

Akhund Qurban Pur berpandangan bahwa Muslim hakiki adalah muslim yang meyakini dan mengamalkan sikap persatuan dan sikap solidaritas Islam, ia berkata, “Persatuan dan kesatuan seluruh elemen masyarakat merupakan tujuan dan cita-cita seluruh nabi dan utusan Allah Swt, tujuan dan cita-cita kaum Mukminin dan orang-orang yang meyakini risalah yang Allah Swt turunkan.” Beliau menambahkan, “Merupakan hal yang cukup darurat bagi mereka yang memiliki perhatian besar terhadap masalah kebersamaan dan solidaritas umat manusia untuk mengambil langkah-langkah mempersatukan umat dan menciptakan solidaritas antara sesama bangsa.”

Menurut beliau, penguasa zalim dunia sebagai musuh bersama seluruh kaum Muslimin, musuh kita saat ini telah merusak pikiran generasi muda melalui teknologi modern, musuh kita hari ini turun dengan memerangi pemikiran-pemikiran dan agama dan sudah seharusnya bagi umat Islam bangkit melakukan perlawanan dengan betul-betul mengenal serta mengetahui musuh yang satu.”

Pimpinan Hauzah Ilmiyah Ahlusunnah Khatam al-Anbiya’ kota Faraghi dengan mengingatkan akan hal jika manusia bergerak dengan cara menunaikan penghambaan kepada Allah Swt yang memang merupakan tujuan mendasar dan utama kehidupan dan penciptaan maka akan mencapai kebahagiaan, menuturkan, “Allah Swt menyatakan bahwa, barang Siapa yang beriman di dunia ini dan hidup berdasarkan keyakinan-keyakinan agama maka Kami (Allah Swt) akan anugerahkan kepadanya kehidupan yang baik (Hayâtan Thayibah).”

Selanjutnya beliau menuturkan, “Kaum Muslimin memiliki kiblat, al-Qur’an dan Nabi saw yang sama, dan dalam masalah ijtihad pun kendati berbeda dan beragam namun tujuannya sama.”

Menurut beliau, “Sayang sekali kaum Muslimin kendati mengklaim diri sebagai agamawan dan menganggap bahwa untuk sampai kepada kebahagiaan abadi hanya bisa ditempu dengan cara tetap konsisten dan istiqamah memegang agama, namun realitas antara iman dan amal masih sangat berjauhan.”

(Shafei-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: