Pesan Rahbar

Home » » Soal Pidato Anies, Guntur Romli: Dia Gubernur DKI atau Gubernur Jenderal Hindia Belanda?

Soal Pidato Anies, Guntur Romli: Dia Gubernur DKI atau Gubernur Jenderal Hindia Belanda?

Written By Unknown on Tuesday, 17 October 2017 | 23:26:00

Guntur Romli

Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Mohamad Guntur Romli, turut mengomentari pidato Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menyinggung soal kemerdekaan pribumi dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Menurut Guntur, orang yang berkewarganegaraan Indonesia tidak pernah mengenal istilah pribumi atau nonpribumi. Ia pun menjadikan Anies sebagai contoh.

“WNI tdk kenal istilah pribumi & non pribumi, walaupun anda keturunan Arab bermarga Baswedan & beristri keturunan Arab adalah WNI,” tulis Guntur di akun Twitternya, Senin (16/10/2017).

Bahkan karena pidato Anies yang menyinggung pribumi, tim sukses Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat di Pilkada DKI 2017 itu mempertanyakan kedudukannya sebagai gubernur.

“Memandang warganya berdasarkan keturunan pribumi & nonpri, coba tanyakan: dia Gubernur DKI atau Gubernur Jenderal Hindia Belanda?” ujar Guntur Romli.




Sebelumnya diberitakan, Anies Baswedan saat menyampaikan pidato politik pertamanya dihadapan ribuan warga di Balai Kota Jakarta, usai dilantik dan serah terima jabatan (sertijab) sebagai Gubernur DKI, Senin (16/10/2017) malam, sempat menyinggung soal rakyat pribumi yang menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

“Dalam kehidupan sehari-hari selama berabad-abad lamanya, rakyat pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, kini saatnya kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” kata Anies.

“Jangan sampai Jakarta ini seperti apa yang dituliskan dalam pepatah Madura, Itik se atellor, ayam se ngeremi. Itik yang bertelur, ayam yang mengerami. Kita yang bekerja keras merebut kemerdekaan, kita yang bekerja keras mengusir kolonialisme, kita semua harus merasakan manfaat kemerdekaan di ibukota ini,” tandasnya.

Sekedar informasi, dikutip dari Wikipedia ‘Pribumi Sebagai Kelompok Politis’ menjelaskan bahwa, dalam masa kolonial Belanda, pribumi dipakai sebagai istilah bahasa Melayu untuk Inlanders, salah satu kelompok penduduk Hindia Belanda yang berasal dari suku-suku asli Kepulauan Nusantara.

Oleh karena itu, penduduk Indonesia keturunan Cina, India, Arab (semuanya dimasukkan dalam satu kelompok, Vreemde Oosterlingen), Eropa, maupun campuran sering dikelompokkan sebagai non-pribumi meski telah beberapa generasi dilahirkan di Indonesia.

Pengelompokan ini dalam idea tidak rasistis, karena dapat terjadi perpindahan dari satu kelompok ke kelompok lain, tetapi dalam praktik menjadi rasistis karena terjadi pembedaan penempatan dalam publik, perbedaan pengupahan/penggajian, larangan penggunaan bahasa Belanda untuk kelompok tertentu, dan sebagainya.

(Berantai/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: