Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menunjukan kartu Oke Otrip yang dia gunakan untuk naik kereta Commuter Line dari Stasiun Kebayoran menuju Stasiun Tanah Abang, 22 Desember 2017. (Foto: Tempo/M JULNIS FIRMANSYAH)
Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Nirwono Joga tak heran jika Gubernur Anies Baswedan menghapus nama program One Karcis One Trip (OK Otrip). Alasannya, OK Otrip merupakan program yang sejak sejak awal dirancang oleh tim Sandiaga Uno saat menjadi wakil gubernur mendampingi Anies.
Sandiaga Uno mengundurkan diri dari jabatan wakil gubernur DKI Jakarta karena maju menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.
“OK Otrip kan program yang dirancang timnya Pak Sandiaga. Karena Pak Sandiaga tidak menjabat wakil gubernur lagi, tak heran nama programnya dihapus,” kata Nirwono saat dihubungi, Selasa, 2 Oktober 2018.
Anies Baswedan mengatakan tak akan ada lagi nama program One Karcis One Trip (OK Otrip) dalam pemerintahannya. Ia menginginkan nama baru yang mencerminkan pelayanan transportasi terintegrasi di ibu kota.
Selain OK Otrip, Nirwono memperkirakan bakal ada program warisan Sandiaga yang bakal dihapus, seperti OK Oce sampai DP nol persen. Sebab, sejumlah program tersebut tidak lagi mempunyai induk yang membuatnya, yakni Sandiaga.
Nirwono melihat program yang ditelurkan Sandiaga seperti OK Otrip, OK OCE sampai DP nol persen pun banyak terkendala, bahkan tidak berhasil. “Ini yang menjadi alasan Anies tidak melanjutkan OK Otrip,” ujarnya.
“Bahkan tidak menutup kemungkinan OK OCE dihentikan, melihat OK OCE Mart ada yang berhenti.”
Pelaksana tugas Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sigit Wijatmoko mengatakan, perubahan OK Otrip bukan sebatas nama tetapi juga konsep. “Semua moda transportasi umum melebur dalam branding tersebut,” kata Sigit.
Menurut Sigit, saat ini perubahan itu masih dirumuskan. Aspek yang dibicarakan antara lain integrasi transportasi umum berbasis jalan dengan rel, jenis kendaraan, dan pelayanan yang terintegrasi.
Pemerintah DKI, akan berkomunikasi dengan instansi terkait, yakni operator kereta mass rapid transit (MRT), light rail transit (LRT), bus transjakarta, dan operator bus kecil. “Pokoknya on progress. Percepatan kami lakukan termasuk komunikasi dengan teman-teman yang lain,” ujar Sigit.
(Tempo/Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email