Gempa sesuatu yang sulit diprediksi, dan saya yakin gempa yang terjadi baru-baru ini di negeri ini adalah cobaan atau ujian, mungkin saja satu daerah yang sedang menyaksikan terjadinya gempa di daerah lain, masih bisa beraktifitas seperti biasanya, namun begitu kena giliran, akan merasakan bagaimana penderitaan yang dialami dalam suasana seperti itu.
Dan setiap terjadi gempa, di sosial media ada-ada saja pernyataan yang janggal, atau pernyataan yang tidak berdasarkan akal sehat, hanya asumsi dan tuduhan karena kebencian. Misalnya gempa yang terjadi di Lombok, ada-ada saja orang bahlul yang mengaitkannya dengan sikap politik TGB, katanya ini gara-gara TGB mendukung Jokowi. Benar-benar tidak masuk akal.
Tapi bagi mereka masuk akal adalah haram hukumnya, mereka lebih suka masuk ke comberan. Dan apa yang terjadi menimpa sulawesi tengah, ada-ada saja sekelompok orang yang mengaitkannya bahwa ini karena Sugi Nur si pengujar kebencian jadi tersangka. Coba, betapa piciknya cara berpikir seperti itu.
Bencana yang terjadi seharusnya makin membuat manusia itu tersungkur dan penuh harap serta berdoa terus menerus, bahwa apa yang ada di bumi ini hanyalah sementara, Tuhan bisa saja berkehendak mengambil semuanya, kita tak bisa apa-apa lagi, disinilah kelelamahan manusia di hadapan pencipta.
Tapi bagi pengusung tagar ganti presiden dan segala pendukungnya, kata-kata belasungkawa sesuatu yang langka dan mungkin aneh baginya, mereka hanya bisa melontarkan kebencian, dan juga sering kali menuduh pemerintahan Jokowi melakukan pencitraan, jadi apa-apa saja yang dilakukan pemerintah, mulut oposisi seperti Fadli Zon ini hanya bisa berujar “Pencitraan”.
Dan belum saja duka korban agak reda sedikit, Fadli zon dan para kroni-kroninya seperti si Neno Warisman, masih sempat-sempatnya melakukan kampanye tagar ganti presiden. Maka disinilah sangat terlihat dengan jelas, bahwa oposisi ini hanya sibuk dengan ambisinya untuk meraih kekuasaan.
Mereka senantiasa menunggu momen agar pemerintahan lemah sehingga bisa melakukan segala cara atau kesempatan mengobok-obok situasi, pemerintahan Jokowi dengan sigap memantau situasi di Sulawesi tengah, agar keadaan di sana bisa segera pulih dan masyarakat yang masih bisa tertolong segera diberikan penanganan khusus.
Keadaan bencana seperti ini harusnya lebih membuat bangsa ini sibuk urung tangan atau minimal mengirimkan doa-doa yang sangat khidmat, Karena kita yang jauh ini hanya itu yang bisa kita lakukan, sembari mengumpulkan bantuan untuk segera dikirim di sana.
Fadli Zon dan dedengkotnya menggunakan momen ini berkampanye di Padang Sumatra Barat. bertempat di hotel Imelda Kota Padang. artinya jika dilaksanakan di gedung hotel, itu berarti gerakan ini bukan gerakan merakyat, tapi gerakan kaum elit yang punya agenda untuk menggulingkan pemerintahan yang sah,
Dulu mereka sudah mencobanya, tapi ternyata gagal, lalu mencak-mencak menuduh Jokowi anti ulama, menuduh Jokowi menangkap tokoh tanpa alasan yang pasti, dan berbagai macam tuduhan yang sebenarnya ini sudah jelas bahwa mereka hanya ingin meraih puncak kekuasaan.
Untuk membuat acara di hotel-hotel, tentu saja harus bayar, dan gerakan tagar itu pastilah ada donaturnya, sehingga tidak murni adalah gerakan dari rakyat, tapi gerakan yang dideklarasikan oleh orang-orang yang terganggu kepentingannya dari kalangan elit yang membenci Jokowi.
Mereka mungkin sudah tidak leluasa bermain-main anggaran, atau misalnya salah satunya, dikabarkan bahwa ketua GNPF Ulama, Yusuf Martak yang juga sangat tidak menyukai Jokowi, ternyata dia tercatat sebagai Vice Presiden PT Energi Mega Persada yang juga pemilik saham terbesar PT Lapindo Brantas Inc pada sekitar tahun 2007.
Dalam catatan Kantor Berita Antara, nama Yusuf Martak disebut sebagai Direktur PT Wahana Artha Raya. Jadi jelas kan bahwa para pembenci Jokowi dari kalangan elit adalah orang-orang yang terganggu kepentingannya. dan rakyat jelata hanya ikut-ikutan, itu bagi yang tidak mikir dan mudah di provokasi.
Dan di Padang, gerombolan tagar itu telah melakukan pantauan, karena itulah mereka mau melaksanakannya di sana karena sudah mendapat gambaran bahwa di sana masih banyak yang bisa diprovokasi agar membenci Jokowi. Dan ini kembali kepada masyarakat di sana, apakah mereka akan mengikuti provokasi ini, atau melihat dengan terang apa saja kinerja Jokowi?, yang telah membuka pembangunan yang merata.
Musuh dalam selimut itu sangat berbahaya, disaat kita lengah dan lagi sibuk-sibuknya dalam kegentingan, musuh ini bisa menikam dari dalam, sadis kan?, para deklarator dan pengusung ini hanya menggerogoti pemerintah, bukannya malah ikut belangsungkawa dan melakukan sesuatu yang sangat berguna, misalnya dana kampanye untuk tagar itu dialihkan untuk para korban di Sulewesi Tengah.
Mereka berkampanye di saat negeri ini tertimpa musibah, dan ini sangat jauh beda dengan para pemimpin dunia seperti Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in serta Sekjen Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Antonio Guterres, semuanya ini mengucapkan rasa keprihatinannya, sementara para pengusung tagar ganti presiden hanya terus mencari kesempatan agar bisa berkuasa.
Terkutuklah segala ambisi-ambisi yang rakus itu, yang hanya mengingingkan kekuasaan sementara, Allah tidak akan pernah lengah dengan apa yang kalian perbuat. !!!
(Seword/Redaksi-Indonesia/Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email