Konon sanad hadis-hadis para maksum tidak bersambung kepada Rasulullah Saw? Apakah benar demikian adanya? Tolong beri penjelasan.
Syiah memandang para imam (khalifah Rasulullah Saw) sebagai maksum dan atas dasar ini sebagaimana sabda dan ucapan Rasulullah Saw, ucapan dan sabda para Imam Maksum As memiliki hujjiyah (dapat dipertanggungjawabkan) dan tidak perlu penyandaran kepada Rasulullah Saw. Hadis-hadis yang disampaikan oleh para Imam Maksum As terbagi menjadi dua.
Pertama riwayat-riwayat yang dijelaskan dalam bentuk sanad; artinya silsilah sanadnya juga disebutkan. Setiap imam menukil langsung dari ayah mereka sehingga riwayat semacam ini bermuara sanadnya kepada Rasulullah Saw. Karena itu, riwayat-riwayat semacam ini dari sudut pandang sanad menduduki posisi tertinggi dari sisi keabsahan.
Kedua, riwayat-riwayat yang dijelaskan tanpa penjelasan sanad. Riwayat-riwayat semacam ini, apakah dinukil dari Nabi Saw dengan perantara akan tetapi tidak menyertakan sanadnya dengan demikian riwayat-riwayat semacam ini kendati silsilah sanadnya tidak dijelaskan dan secara lahir tergolong sebagai riwayat-riwayat mursal akan tetapi dengan memperhatikan bahwa para maksum tergolong sebagai orang-orang amin (terpercaya) dan jujur (shadiq) dimana apabila Rasulullah Saw tidak menyampaikan sebuah hadis, maka mereka tidak akan menjelaskannya sebagai sebuah hukum Ilahi atau disandarkan kepada Rasulullah Saw.
Sebagai contoh, silahkan Anda simak hadis berikut ini: "Ali bin Muhammad 'an Sahli bin Ziyad 'an Al-Naufali 'an al-Sakuni 'an Abi 'Abdillah As qala qala Rasulullah Saw." Yang dinukil dalam jumlah ribuan pada sumber-sumber Syiah dan ratusan pada Kutub al-Arba'ah Syiah (Al-Kâfi, Man La Yahdhur al-Faqih, Tahdzib al-Ahkâm dan al-Istibshâr) dengan titel seperti ini. Atau dinukil dari kitab Jâme'e, Mushaf Fatimah, Jufr dan sebagainya yang memiliki sanad dan merupakan hujjah bagi seluruh kaum Muslimin.
Karena itu, dengan memperhatikan beberapa hal yang dijelaskan di atas, hadis-hadis yang dinukil dari para Imam Maksum As adalah memiliki sanad dan memiliki konsideran yang cukup serta tidak ada keraguan secuil pun di dalamnya.
Mengingat bahwa pembahasan ini merupakan salah satu pembahasan internal agama karena itu kami akan menjawab pertanyaan ini dengan menggunakan perspektif Syiah.
Dari sudut pandang Syiah, para imam adalah orang-orang maksum dan diproklamirkan oleh Allah Swt melalui Rasulullah Saw sebagai khalifah dan penggantinya. Atas dasar ini, mereka adalah para hujjah Tuhan atas seluruh ciptaan dan makhluk-Nya di alam semesta. Sabda-sabda dan ucapan-ucapannya laksana sabda dan ucapan Rasulullah Saw yang memiliki hujjiyah nafsi dan tidak memerlukan penyandaran sanad (isnad).
Dengan kata lain, Syiah meyakini bahwa sebagaimana jika Rasulullah Saw bersabda tidak memerlukan penyandaran dan tiada seorang pun yang menuntut sanad darinya serta tiada keraguan bahwa sabda dan ucapannya merupakan hujjah demikian juga hal ini berlaku bagi para Imam Maksum As. Ucapan dan sabda para Imam Maksum tidak memerlukan sanad dan tiada keraguan bahwa ucapan dan sabda mereka adalah hujjah.
Di sebutkan bahwa hadis-hadis yang dinukil dari para Imam Maksum As diklasifikasikan menjadi dua bagian:
1. Sebagian riwayat yang dijelaskan dalam bentuk bersanad; artinya silsilah sanadnya disebutkan dimana setiap imam menukil dari ayah mereka hingga sanad riwayatnya bermuara sampai pada Rasulullah Saw. Karena itu, tidak hanya dalam hadis-hadis ini tidak disebutkan sanadnya dan tiada masalah sanad pun di dalamnya tetapi juga dari sudut pandang sanad, riwayat-riwayat semacam ini memiliki tingkat standar dan konsideran yang tinggi.
Jenis riwayat-riwayat semacam ini juga terbagi menjadi dua bagian:
A. Pertama bahwa nama-nama ayah dan datuk mereka di jelaskan satu dengan yang lain; seperti Abul Hasan al-Ridha As berkata aku mendengar dari ayahku Musa bin Ja'far berkata Aku mendengar dari ayahku Ja'far bin Muhammad berkata Aku mendengar ayahku Muhammad bin 'Ali berkata Aku mendengar dari ayahku berkata 'Ali bin Husain berkata Aku mendengar dari ayahku al-Husain bin 'Ali berkata Aku mendengar dari ayahku Amirul Mukminin 'Ali bin Abi Thalib As berkata Aku mendengar Rasulullah Saw berkata Aku mendengar Jibril berkata Allah Swt berfirman: "La ilaha illaLah adalah benteng-Ku barangsiapa yang masuk dalam benteng-Ku aman dari azab-Ku." (Namun) dengan syarat-syaratnya. Dan aku salah satu syaratnya."[1]
(Zamakhsyari menukil dari Yahya bin Husain Husaini dalam kitab Rabi' al-Abrar tentang sanad-sanad Shahifa al-Ridha: Apabila hadis ini didengarkan oleh seorang gila maka ia akan menjadi orang yang waras."[2]
B. Kedua, riwayat-riwayat dengan redaksi "'an abâihi (dari ayah-ayahnya)" dihapus mengingat kejelasan nama-nama). Dalam keseluruhan kitab riwayat Syiah kurang-lebih terdapat 6671 hadis dinukil dari para Imam Maksum As dalam bentuk bersanad dengan redaksi "'an abâihi (dari ayah-ayahnya=dari Rasulullah Saw) dimana dari bilangan ini disebutkan 278 dalam Kutub Arba'ah Syiah (60 hadis dalam kitab al-Kâfi, 46 dalam Man La Yahdur al-Faqih, 128 dalam kitab Tahdzib al-Ahkâm, dan 34 dalam kitab al-Ishtibshâr). Sebagai contoh di sini kami akan sampaikan satu hadis mu'an'an (dari-dari) dan mustanad (bersandar): "Ali bin Muhammad 'an Sahli bin Ziyad 'an Al-Naufali 'an al-Sakuni 'an Abaihi qala qala Rasulullah Saw." (Ali bin Muhammad dari Sahl bin Ziyad dari al-Naufali dari al-Sakuni dari ayah-ayahnya berkata [bahwa] Rasulullah Saw bersabda).[3]
Jelas bahwa apabila sebuah hadis dinukil dengan jenis sanad seperti ini maka ia termasuk sebaik-baik sanad. Atas dasar ini, kelompok riwayat bagian pertama di sebut sebagai hadis "silsilatu al-Dzahab."[4] Karena meski berdasarkan pendapat Syiah bahwa seluruh Imam Maksum adalah para hujjah Tuhan di muka bumi dan dari sudut pandang mereka sebagai hujjah, tidak terdapat perbedaan antara mereka dan Rasulullah Saw. Akan tetapi dari sudut pandang non-Syiah mereka adalah sebaik-baik orang dan tergolong dari orang-orang yang dapat diandalkan kebenaran dan kejujurannya."[5]
2. Kelompok riwayat-riwayat lainnya yang dijelaskan tanpa sanad:
Riwayat-riwayat semacam ini juga terbagi menjadi dua bagian:
A. Riwayat yang dinukil dari Rasulullah Saw dengan perantara akan tidak menyebutkan sanadnya. Sebagai contoh Anda perhatikan hadis berikut ini: ): "Ali bin Muhammad 'an Sahli bin Ziyad 'an Al-Naufali 'an al-Sakuni 'an Abi 'Abdillah As qala qala Rasulullah Saw." (Ali bin Muhammad dari Sahl bin Ziyad dari al-Naufali dari al-Sakuni dari Abi Abdillah berkata (bahwa) Rasulullah Saw bersabda).[6]
Dalam kitab-kitab standar Syiah dinukil sebanyak ribuan dan pada Kutub al-Arba'ah (Al-Kâfi, Man La Yahdhur al-Faqih, Tahdzib al-Ahkâm dan al-Istibshâr)
Hadis-hadis semacam ini juga kendati silsilah sanadnya tidak dijelaskan dan secara lahir terkategorikan sebagai hadis mursal akan tetapi mengingat bahwa para maksum, bahkan dari sudut pandang Ahlusunnah, adalah orang-orang terpercaya (umana) dan orang-orang lurus. Karena itu, harus diterima bahwa mereka apabila sebuah hadis tidak disabdakan oleh Rasulullah Saw mereka tidak akan sampaikan sebagai hukum Ilahi atau menyandarkannya kepada Rasulullah Saw. Imam Shadiq As bersabda: "Hadisku adalah hadis ayahku (Imam Baqir) dan hadis ayahku adalah hadis datukku (Imam Zainal Abidin). Hadis datukku adalah hadis (Imam) Husain dan hadis (Imam) Husain adalah hadis (Imam) Hasan. Hadis (Imam) Hasan adalah hadis Amirulmukminin As dan hadis Amirulmukminin adalah hadis Rasulullah Saw. Hadis Rasulullah Saw adalah firman Allah Swt."[7]
B. Riwayat-riwayat yang dinukil dari kitab Jâme'e, Mushaf Fatimah, Jufr dan sebagainya yang bagaimana pun adalah riwayat-riwayat yang memiliki sanad dan hujjah bagi seluruh kaum Muslimin.[8]
Karena itu, hadis-hadis ini yang dinukil dari para Imam Maksum As adalah hadis-hadis yang bersanad dan merupakan hadis-hadis standar serta tiada keraguan di dalamnya.
Patut untuk disebutkan bahwa masalah ini telah menjadi persoalan semenjak dulu kala dan dari satu sisi bahwa terdapat orang-orang yang tidak meyakini ucapan-ucapan para maksum sebagai memiliki hujjiyah dzati banyak menuai kritikan sehingga dicarikan banyak jalan untuk memecahkan persoalan ini.
Jabir bin Yazid berkata kepada Imam Baqir As: "Apabila Anda menyampaikan sebuah hadis untukku tolong Anda juga sampaikan sanadnya." Imam Baqir As bersabda: "Ayahku dari datukku dari Rasulullah Saw dari Jibril As dari Allah Swt berkata hadis kepadaku. Dan setiap hadis yang aku sampaikan untukmu maka sanadnya demikian adanya."[9]
Pada sebuah riwayat yang lain disebutkan: Muhammad bin Ali (Imam Baqir) pergi ke hadapan Jabir karena penghormatannya kepada Jabir yang dulu sering hadir di majelis Rasulullah Saw. Orang-orang Madinah berkata: Kami tidak melihat yang lebih kurang ajar dari hal ini (karena berkata-kata hadis dari sisi Tuhan). Karena melihat mereka berkata-kata demikian, ia menyampaikan hadis dari Rasulullah Saw. Orang-orang Madinah berkata: Kami tidak melihat orang yang paling pendusta melebihi orang ini (Imam Baqir), menyampaikan kepada kami hadis seseorang yang tidak pernah ia lihat. Karena melihat orang-orang berkata demikian Jabir bin Abdullah menyampaikan hadis dari Rasulullah, kemudian mereka membenarkannya (hadis yang disampaikan Jabir). Padahal Jabir datang kepadanya dan belajar darinya (Imam Baqir As).[10]
Kesimpulan:
Sabda-sabda para Imam Maksum memiliki hujjiyah dzati dan sabda-sabda mereka adalah sabda Rasulullah Saw dan firman Allah Swt meski secara lahir bersanad atau tidak bersanad.
Catatan Kaki:
[1].Syaikh Shaduq, A^mali Shadûq, hal. 235, Intisyarat-e Kitab Khane Islami, 1362 S.
[2]. Bihâr al-Anwâr, jil. 1, hal. 30.
[3]. Kulaini, al-Kâfi, jil. 1, hal. 33, hadis 7, Dar al-Kitab al-Islamiyah, Teheran, 1365 S
عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ زِيَادٍ عَنِ النَّوْفَلِيِّ عَنِ السَّكُونِيِّ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ (ع) عَنْ آبَائِهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ (ص).
[4]. Tsawab al-'Amâl, terjemahan Ghaffari, hal. 23. Orang-orang yang menyampaikan hadis silsilah al-dzahab adalah para maksum dan termasuk sebagai salah satu hadis qudsiyah mengingat yang menyampaikan firman ini adalah Allah Swt.
[5]. Misalnya Sayid Muhammad Rasyid Ridha yang merupakan orang fanatik Ahlusunnah dalam tafsir al-Manar tatkala ingin menukil riwayat dari Imam Shadiq As berkata, "Ruwiya 'an Jaddina al-Imam Ja'far al-Shadiq Ra (Dinukil dari datuk kami, Imam Ja'far Shadiq Ra)" Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur'an al-Hakim (Tafsir al-Manâr), jil. 9, hal. 538, Dar al-Ma'rifah, Beirut, Libanon, cetakan kedua.
[6]. Kulaini, al-Kâfi, jil. 3, hal. 269, hadis 8.
: عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ زِيَادٍ عَنِ النَّوْفَلِيِّ عَنِ السَّكُونِيِّ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ (ع) قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ (ص)
[7]. Kulaini, al-Kâfi, jil. 1, hal. 53.
[8]. Silahkan lihat, Kulaini, Al-Kâfi, jil. 1, hal. 239, Terjemahan Mustafawi, hal. 345.
[9]. Mufid, Amali, hal. 42, cetakan Kongre Syaikh Mufid Qum, 1413 Q. Dengan memanfaatkan terjemahan Ustaduwali, hal. 54.
[10]. Kulaini, al-Kafi, jil. 1, hal. 429, dengan memanfaatkan terjemahan Ushul Kafi, penerjamah Mustafawi, jil. 2, hal. 374.
Post a Comment
mohon gunakan email