Pesan Rahbar

Home » » Dokumen Rahasia Bocor, Arab Saudi Merengek Minta AS Serang Iran

Dokumen Rahasia Bocor, Arab Saudi Merengek Minta AS Serang Iran

Written By Unknown on Friday, 1 August 2014 | 03:25:00


Rahasia Raja Arab Saudi Abdullah bin Abd Al-Aziz dibocorkan Wikileaks. Website spesialis pembocor dokumen rahasia itu mengungkapkan, Raja Abdullah merengek minta Amerika Serikat (AS) segera menyerang Iran.
 
Menurut data yang bocor itu, Raja Abdullah bin Abd Al-Aziz memanggil Duta Besar AS untuk Irak Ryan Crocker dan Panglima Militer AS di Irak David Pet­raeus April 2008. 

“Dia (Raja Abdullah) meminta AS memenggal kepala ular (mak­sudnya Iran-red),” ujar Duta Besar Arab Saudi di Wa­shington, Adel al-Jubeir. Demi­kian memo dari Departemen Luar Negeri AS. Ular yang dimaksud adalah Iran.

Bo­coran dokumen ini juga me­nun­jukkan pemimpin Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Mesir, me­nyebut Iran sebagai setan, an­caman nyata, dan kekuatan yang akan membawa perang.

“Raja, Menteri Luar Negeri, Pa­­ngeran Muqrin, dan Pangeran Nayif setuju bahwa Kerajaan per­lu bekerja sama dengan AS untuk menentang dan menggulingkan pengaruh Iran dan subversinya di Irak,” demikian isi memo itu.

Bocornya memo tersebut dapat membuat malu pemerintahan Arab Saudi, yang saat ini kha­watir akan adanya dugaan ambisi senjata nuklir Iran. Arab Saudi hingga saat ini tidak terang-te­rangan meminta bantuan negara Barat bertindak terhadap negara tetangganya itu.

Atas bocornya dokumen ini, penasihat pemerintahan Saudi mengatakan, hal itu sangat nega­tif. Tidak baik untuk membangun kepercayaan diri. “Riyadh sebe­lum­nya sudah diperingatkan Wa­s­hington mengenai bocornya do­kumen itu. Tetapi mereka (AS) ma­sih belum tahu apa yang akan terjadi,” ujar penasihat yang tidak mau menyebutkan namanya.

Raja Abdullah hanyalah satu bahasan dari 251.287 dokumen yang dirilis Wilikileaks, Minggu (28/11). Total 15.652 di antara do­kumen dalam rentang 28 De­sem­ber 1996 hingga 28 Februari 2010 ini berstatus rahasia.
Rilis dokumen ini akan dila­kukan secara bertahap. Publikasi Wikileaks ini tujuh kali lebih ba­nyak dibanding dokumen ten­tang Perang Irak (Iraq War Logs) dan Afghanistan yang mereka pub­likasi sebelumnya.

Juru bicara Gedung Putih Ro­bert Gibbs mengatakan, la­poran Wikileaks adalah candid (apa adanya) seperti di lapangan. Bu­kan informasi yang komplet. Bukan gambaran kebijakan akhir.

“Namun, saat substansi per­cakapan pribadi dicetak di ha­laman depan surat kabar di se­luruh dunia, tidak hanya ber­dam­pak mendalam kepada kepen­tingan kebijakan luar negeri AS tapi juga sekutu-sekutu kita di dunia,” jelas Gibbs

Bekas pejabat kontraterorisme dan cyber AS Roger Cressey mengatakan, pembocoran doku­men ini akan berpotensi merusak hubu­ngan diplomatik dan pepe­rangan melawan Al Qaeda.

“Esensi kebijakan luar negeri kita adalah kemampuan berbicara terus terang dan jujur dengan mi­tra luar negeri. Pembocoran be­sar-besaran ini membuat diplo­masi kita sedang diuji,” ujar Cressey.

“Pikirkan hubungan dengan Arab Saudi, Yaman, dan Af­gha­nistan, negara yang berkerja sama dengan kita dalam memerangi Al Qaeda. Pembocoran ini akan me­ng­ganggu kemampuan kita mem­pe­ngaruhi negara lain men­du­kung prioritas kontraterorisme kita di masa depan,” lanjut Cressey.

Komunikasi Kedutaan AS di Jakarta juga ikut dibongkar. Na­mun, data-data komunikasi ini tidak menjadi bagian yang dirilis, Minggu. Menurut Wikileaks, do­kumen-dokumen ini akan mem­beri wawasan kepada selu­ruh orang di dunia tentang ak­tivitas luar negeri AS dan mem­bongkar kontradiksi antara pe­nampilan AS di hadapan publik dengan apa yang terjadi di bela­kang pintu.

Beberapa dokumen menun­juk­kan deskripsi tentang se­jumlah pe­mimpin dunia. Pe­mimpin Ko­rea Utara (Korut) Kim Jong-il dika­takan menderita epilepsi. Presiden Iran Mahmoud Ah­ma­dinejad di­bandingkan de­ngan Adolf Hitler. Presiden Prancis Nicolas Sar­kaozy dika­takan seba­gai ‘kaisar tanpa bu­sana’. Kanselir Jerman Angela Merkel digam­barkan se­bagai orang yang suka per­mu­suhan. Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin disebut ‘alpha man’. Pre­siden Hamid Karzai dijuluki ‘kena penyakit jiwa (paranoia)’.

Sedangkan Presiden Rusia Dmitry Med­vedev disebut orang yang ragu-ragu. PM Italia Silvio Berlusconi disebut terkenal de­ngan sisi liarnya. Presiden Libya Muam­mar Gaddafi disebut me­milih wanita pirang cantik seba­gai perawatnya. Bahkan, Presi­den AS sendiri, Barack Obama, di­nya­takan lebih melihat Timur dibanding Barat dan tidak me­miliki hu­bungan emosional de­ngan Eropa.

Bocoran Wikileaks juga me­nun­jukkan pejabat AS diminta memata-matai kepemimpinan PBB dan mendapat informasi tentang Se­kretaris Jenderal Ban Ki-moon. Se­lain itu, perwakilan anggota te­tap Dewan Keamanan PBB dari China, Rusia, Prancis dan Inggris, dimata-matai. [RAMOL]
Wikileaks mengakui baru mempublikasikan 200 dari 251.287 data yang mereka peroleh dari sumber tertentu. Berikut topik sejumlah bocoran data laporan lainnya dari kawat diplomatik AS yang dipublikasikan Wikileaks, seperti yang dikutip laman stasiun televisi BBC:
  • Upaya Iran untuk mencontoh roket-roket Korea Utara untuk rudal jarak jauh.
  • Korupsi di tubuh pemerintahan Afganistan, yang terbukti kian parah saat seorang pejabat senior ditemukan membawa uang tunai sebesar US$50 juta saat dinas ke luar negeri.
  • Upaya untuk mengosongkan kamp penjara di Teluk Guantanamo. Salah satunya adalah permintaan kepada diplomat Slovenia agar bersedia memungut seorang napi bila mereka ingin bertemu dengan Presiden AS, Barack Obama.
  • Jerman pada 2007 diberi peringatan agar tidak menangkap sejumlah agen Dinas Intelijen CIA yang terlibat dalam suatu operasi, dimana seorang warga Jerman yang tidak bersalah ditangkap karena bernama sama dengan seorang tersangka militer. Warga itu ditangkap dan ditahan di Afganistan.
  • Instruksi dari Menteri Luar Negeri Hillary Clinton kepada pejabat AS agar memata-matai kepemimpinan Perserikatan Bangsa-bangsa.
  • Dugaan hubungan antara pemerintah Rusia dengan kriminal yang terorganisir.
  • Percakapan Presiden Yaman kepada Panglima Militer AS saat itu, Jenderal David Petraeus, mengenai serangan atas basis-basis al-Qaida di negaranya. “Kami akan terus bilang bahwa bom-bom itu milik kami, bukan punya kalian,” kata presiden Yaman.
  • Upaya AS untuk mencegah Suriah mengirim senjata kepada kelompok Hisbullah di Lebanon.
Wikileaks juga membocorkan laporan mengenai kekhawatiran diplomat atas materi nuklir Pakistan yang bisa digunakan sebagai bom atom. Para diplomat pun mengeluhkan maraknya praktik peretasan jaringan komputer, yang diduga didukung oleh pemerintah China.

Ahmadinejad Tuding AS Lakukan Propaganda yang Terorganisir.

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menyebut bocoran pesan teleks para diplomat Amerika yang mengatakan negara-negara Arab mendesak Washington agar menghancurkan fasilitas nuklir Iran sebagai propaganda.

Ahmadinejad mengatakan penerbitan bocoran dokumen rahasia di situs Wikileaks itu hanyalah perang psikologis melawan Iran.

Dalam konferensi pers di televisi dia mengatakan seharusnya orang-orang tidak membuang-buang waktu membaca informasi seperti itu. “Kami tidak menganggap informasi ini dibocorkan,” kata Presiden Ahmadinejad.

“Kami beranggapan penerbitan itu diorganisir agar diterbitkan secara rutin untuk mencapai tujuan politik.”
Terasing.

Dia menambahkan bocoran itu tidak akan mempengaruhi hubungan Iran dengan negara-negara lain. Di satu sisi penerbitan dokumen-dokumen di Wikileaks itu bisa berdampak sangat merusak terhadap Iran, kata wartawan BBC di Iran, James Reynolds.

Untuk pertama kalinya -hitam di atas putih- ada bukti bahwa negara-negara Arab secara aktif mendorong Amerika agar menyerang Iran, kata Reynolds, dan dari dokumen-dokumen itu Iran tampak terasingkan dan terancam, tambahnya.

Bila hal ini memang membuat khawatir pemerintah Iran, pemerintah tidak akan mengungkapkannya kepada umum. Sebaliknya, menurut James Reynolds, tanggapan Ahmadinejad itu tampaknya sesuai dengan pandangan Iran selama ini, bahwa segala tindakan Amerika sangat terorganisir dan bermaksud menimbulkan keretakan di antara negara-negara Muslim.

Amerika Serikat mengatakan pembocoran dokumen rahasia itu “sembrono” dan membahayakan jiwa banyak diplomat. Namun pendiri Wikileaks, Julian Assange, mengatakan pihak berwenang Amerika takut harus bertanggung jawab.  

(RIMANEWS/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: