Rahasia Raja Arab Saudi Abdullah bin Abd Al-Aziz dibocorkan Wikileaks. Website spesialis pembocor dokumen rahasia itu mengungkapkan, Raja Abdullah merengek minta Amerika Serikat (AS) segera menyerang Iran.
Menurut data yang bocor itu, Raja
Abdullah bin Abd Al-Aziz memanggil Duta Besar AS untuk Irak Ryan
Crocker dan Panglima Militer AS di Irak David Petraeus April 2008.
“Dia (Raja Abdullah) meminta AS memenggal kepala ular (maksudnya Iran-red),” ujar
Duta Besar Arab Saudi di Washington, Adel al-Jubeir. Demikian memo
dari Departemen Luar Negeri AS. Ular yang dimaksud adalah Iran.
Bocoran dokumen ini juga menunjukkan
pemimpin Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Mesir, menyebut Iran sebagai
setan, ancaman nyata, dan kekuatan yang akan membawa perang.
“Raja, Menteri Luar Negeri, Pangeran
Muqrin, dan Pangeran Nayif setuju bahwa Kerajaan perlu bekerja sama
dengan AS untuk menentang dan menggulingkan pengaruh Iran dan
subversinya di Irak,” demikian isi memo itu.
Bocornya memo tersebut dapat
membuat malu pemerintahan Arab Saudi, yang saat ini khawatir akan
adanya dugaan ambisi senjata nuklir Iran. Arab Saudi hingga saat ini
tidak terang-terangan meminta bantuan negara Barat bertindak terhadap
negara tetangganya itu.
Atas bocornya dokumen ini, penasihat
pemerintahan Saudi mengatakan, hal itu sangat negatif. Tidak baik untuk
membangun kepercayaan diri. “Riyadh sebelumnya sudah
diperingatkan Washington mengenai bocornya dokumen itu. Tetapi mereka
(AS) masih belum tahu apa yang akan terjadi,” ujar penasihat yang tidak mau menyebutkan namanya.
Raja Abdullah hanyalah satu bahasan dari
251.287 dokumen yang dirilis Wilikileaks, Minggu (28/11). Total 15.652
di antara dokumen dalam rentang 28 Desember 1996 hingga 28 Februari
2010 ini berstatus rahasia.
Rilis dokumen ini akan dilakukan secara
bertahap. Publikasi Wikileaks ini tujuh kali lebih banyak dibanding
dokumen tentang Perang Irak (Iraq War Logs) dan Afghanistan yang mereka
publikasi sebelumnya.
Juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs
mengatakan, laporan Wikileaks adalah candid (apa adanya) seperti di
lapangan. Bukan informasi yang komplet. Bukan gambaran kebijakan akhir.
“Namun, saat substansi percakapan
pribadi dicetak di halaman depan surat kabar di seluruh dunia, tidak
hanya berdampak mendalam kepada kepentingan kebijakan luar negeri AS
tapi juga sekutu-sekutu kita di dunia,” jelas Gibbs
Bekas pejabat kontraterorisme dan cyber
AS Roger Cressey mengatakan, pembocoran dokumen ini akan berpotensi
merusak hubungan diplomatik dan peperangan melawan Al Qaeda.
“Esensi kebijakan luar negeri kita adalah
kemampuan berbicara terus terang dan jujur dengan mitra luar negeri.
Pembocoran besar-besaran ini membuat diplomasi kita sedang diuji,”
ujar Cressey.
“Pikirkan hubungan dengan Arab Saudi,
Yaman, dan Afghanistan, negara yang berkerja sama dengan kita dalam
memerangi Al Qaeda. Pembocoran ini akan mengganggu kemampuan kita
mempengaruhi negara lain mendukung prioritas kontraterorisme kita di
masa depan,” lanjut Cressey.
Komunikasi Kedutaan AS di Jakarta juga
ikut dibongkar. Namun, data-data komunikasi ini tidak menjadi bagian
yang dirilis, Minggu. Menurut Wikileaks, dokumen-dokumen ini akan
memberi wawasan kepada seluruh orang di dunia tentang aktivitas luar
negeri AS dan membongkar kontradiksi antara penampilan AS di hadapan
publik dengan apa yang terjadi di belakang pintu.
Beberapa dokumen menunjukkan deskripsi
tentang sejumlah pemimpin dunia. Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim
Jong-il dikatakan menderita epilepsi. Presiden Iran Mahmoud
Ahmadinejad dibandingkan dengan Adolf Hitler. Presiden Prancis
Nicolas Sarkaozy dikatakan sebagai ‘kaisar tanpa busana’. Kanselir
Jerman Angela Merkel digambarkan sebagai orang yang suka permusuhan.
Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin disebut ‘alpha man’. Presiden
Hamid Karzai dijuluki ‘kena penyakit jiwa (paranoia)’.
Sedangkan Presiden Rusia Dmitry Medvedev
disebut orang yang ragu-ragu. PM Italia Silvio Berlusconi disebut
terkenal dengan sisi liarnya. Presiden Libya Muammar Gaddafi disebut
memilih wanita pirang cantik sebagai perawatnya. Bahkan, Presiden AS
sendiri, Barack Obama, dinyatakan lebih melihat Timur dibanding Barat
dan tidak memiliki hubungan emosional dengan Eropa.
Bocoran Wikileaks juga menunjukkan
pejabat AS diminta memata-matai kepemimpinan PBB dan mendapat informasi
tentang Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon. Selain itu, perwakilan
anggota tetap Dewan Keamanan PBB dari China, Rusia, Prancis dan
Inggris, dimata-matai. [RAMOL]
Wikileaks mengakui baru mempublikasikan 200 dari 251.287 data yang mereka peroleh dari sumber tertentu. Berikut topik sejumlah bocoran data laporan lainnya dari kawat diplomatik AS yang dipublikasikan Wikileaks, seperti yang dikutip laman stasiun televisi BBC:
- Upaya Iran untuk mencontoh roket-roket Korea Utara untuk rudal jarak jauh.
- Korupsi di tubuh pemerintahan Afganistan, yang terbukti kian parah saat seorang pejabat senior ditemukan membawa uang tunai sebesar US$50 juta saat dinas ke luar negeri.
- Upaya untuk mengosongkan kamp penjara di Teluk Guantanamo. Salah satunya adalah permintaan kepada diplomat Slovenia agar bersedia memungut seorang napi bila mereka ingin bertemu dengan Presiden AS, Barack Obama.
- Jerman pada 2007 diberi peringatan agar tidak menangkap sejumlah agen Dinas Intelijen CIA yang terlibat dalam suatu operasi, dimana seorang warga Jerman yang tidak bersalah ditangkap karena bernama sama dengan seorang tersangka militer. Warga itu ditangkap dan ditahan di Afganistan.
- Instruksi dari Menteri Luar Negeri Hillary Clinton kepada pejabat AS agar memata-matai kepemimpinan Perserikatan Bangsa-bangsa.
- Dugaan hubungan antara pemerintah Rusia dengan kriminal yang terorganisir.
- Percakapan Presiden Yaman kepada Panglima Militer AS saat itu, Jenderal David Petraeus, mengenai serangan atas basis-basis al-Qaida di negaranya. “Kami akan terus bilang bahwa bom-bom itu milik kami, bukan punya kalian,” kata presiden Yaman.
- Upaya AS untuk mencegah Suriah mengirim senjata kepada kelompok Hisbullah di Lebanon.
Wikileaks juga membocorkan laporan mengenai kekhawatiran diplomat atas materi nuklir Pakistan yang bisa digunakan sebagai bom atom. Para diplomat pun mengeluhkan maraknya praktik peretasan jaringan komputer, yang diduga didukung oleh pemerintah China.
Ahmadinejad Tuding AS Lakukan Propaganda yang Terorganisir.
Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad
menyebut bocoran pesan teleks para diplomat Amerika yang mengatakan
negara-negara Arab mendesak Washington agar menghancurkan fasilitas
nuklir Iran sebagai propaganda.
Ahmadinejad mengatakan penerbitan bocoran dokumen rahasia di situs Wikileaks itu hanyalah perang psikologis melawan Iran.
Dalam konferensi pers di televisi dia
mengatakan seharusnya orang-orang tidak membuang-buang waktu membaca
informasi seperti itu. “Kami tidak menganggap informasi ini dibocorkan,” kata Presiden Ahmadinejad.
“Kami beranggapan penerbitan itu diorganisir agar diterbitkan secara rutin untuk mencapai tujuan politik.”
Terasing.
Dia menambahkan bocoran itu tidak akan mempengaruhi hubungan Iran dengan negara-negara lain. Di satu sisi penerbitan dokumen-dokumen di Wikileaks itu bisa berdampak sangat merusak terhadap Iran, kata wartawan BBC di Iran, James Reynolds.
Untuk pertama kalinya -hitam di atas
putih- ada bukti bahwa negara-negara Arab secara aktif mendorong Amerika
agar menyerang Iran, kata Reynolds, dan dari dokumen-dokumen itu Iran
tampak terasingkan dan terancam, tambahnya.
Bila hal ini memang membuat khawatir
pemerintah Iran, pemerintah tidak akan mengungkapkannya kepada umum.
Sebaliknya, menurut James Reynolds, tanggapan Ahmadinejad itu tampaknya
sesuai dengan pandangan Iran selama ini, bahwa segala tindakan Amerika
sangat terorganisir dan bermaksud menimbulkan keretakan di antara
negara-negara Muslim.
Amerika Serikat mengatakan pembocoran
dokumen rahasia itu “sembrono” dan membahayakan jiwa banyak diplomat.
Namun pendiri Wikileaks, Julian Assange, mengatakan pihak berwenang
Amerika takut harus bertanggung jawab.
(RIMANEWS/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email