Nabi muhammad SAW.
Insan mulia,kekasih allahMuhammad namanya,dia lahir pada tahun gajah,tepatnya pada tahun 570 M,dia adalah nabi terakhir,dia adalah pribadi mulia nan agung,terhormat,baik ,jujur,terpercaya,dan dapat di andalkan,kapanpun kita mengucapkan atau mendengar nama suci ini,segala sosok kualitas manusia yang mulia muncul dalam pikiran kita.
Saat nabi Muhammad lahir ke dunia ini,ayah beliau abdillah sudah meninggal,Abdullah meninggal pada usia 25 tahun.tak lama setelah itu atau tepatnya saat nabi berusia 5 tahun,aminah binti wahab meninggal dunia juga.kehilangan kedua orang tua pada masa kecil merupakan pukulan bagi nabi Muhammad yang terus teringat seumur hidup.kemudian beliau di asuh oleh kakeknya yaitu abdul mutholib.setelah sekian lama, abdul mutholib meninggal dunia dan nabi pun di asuh oleh anak dari abdul mutholib yaitu abu tholib.
Saat nabi beranjak dewasa yaitu pada usia 25 tahun,ia menikahi wanita terhormat yang di juluki “ ratu arab” yaitu sayyidah khodijah. Khodijah adalah istri nabi yang mulia,dia meinfaqkan semua hartanya untuk islam. Muhammad diangkat menjadi nabi dan rasul pada usia 40 tahun.
Banyak peristiwa luar biasa yang di alami oleh nabi yaitu peristiwa isra’ mi’raj, peletakan hajar aswad, mempersaudarakan kaum anshar dan kaum muhajirin, hijrah ke madinah, sampai-sampai nabi pun menghilangkan tradisi-tradisi jahiliyah yang sangat buruk. Dan masih banyak lagi kejadian yang di lakukan oleh nabi. Dan juga beberapa peperangan yang di pimpin oleh nabi,sehingga pasukan muslim tak terkalahkan dan menjadi pasukan yang luar biasa,itu adalah keistimewaan nabi Muhammad.dan masih ada banyak riwayat tentang kemulian dan keberanian rasul.
Rasul yang agung telah memenuhi panggilan tuhannya pada tanggal 28 safar,tahun 11 hijriah.setelah beliau menyempurnakan penyampain risalah,yaitu dengan mengangkat imam ali sebagai pemimipin sepeninggal beliau untuk umat islam.demikianlah kehidupan singkat insan mulia ini,merupakan contoh terbaik dalam ketaatan kepada allah SWT.beliau telah menyampaikan perintah allah secara baik dan menyempurnakan hujjah secara indah.
Pemberitahuan Rasul Tentang pemimpin Setelahnya.
- Hadist Manzilah.Hadist manzilah adalah hadist yang di sampaikan oleh rasul kepada imam ali as. Hadist ini menunjukkan bahwa imam Ali lah yang di sebut-sebut sebagai pengganti setelah Rasul. Hadist ini berbunyi :
“ Wahai Ali kedudukanmu di sisiku bagaikan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi setelahku. “ (kitab shohih bukhori. Tahun 1312 H).
Hadist ini jelas sekali dan di riwayatkan oleh mazhab sunnih dan syiah. Bahwa Rasul mengatakan kedudukan Ali di sisi Rasul bagaikan Harun di sisi Musa. Ini telah jelas bahwa jika seandainya ada nabi setelah nabi Muhammad, maka pasti imam ali yang akan menjadi nabinya,bukan yang lain. Akan tetapi nabi adalah nabi terakhir,maka imam Ali menjadi imam dan kholifah.
- Hadist Safinah.
Nabi bersabda : “ perumpamaan ahlul baytku laksana bahtera Nuh as. Barang siapa yang menaikinya akan selamat dan barang siapa yang meniggalkanya maka akan celaka” (kitab mustadrok hakim : 3/351).
Hadist ini di terima di kalangan syiah maupun ahlu sunnah. Hadist ini merupakan hadist sohih yang berasal dari Rasul SAW. Hadist ini menjelaskan bahwasannya ahlul bayt Rasul haruslah di taati. Karena ahlul bayt Rasul laksana bahtera Nuh yang apabila ada seseorang yang tidak menaiki bahtera tersebut, maka ia pasti tidak akan selamat. Tapi jika ia menaiki bahtera Nuh, maka ia pasti akan selamat. Begitu juga dengan Ahlul Bayt. Apabila ada seseorang yang berbaiat, berpegang teguh, berwilayah kepada Ahlul Bayt, dan mencintainya, maka ia pasti akan selamat dunia akherat. Dan apabila ada orang yang membencinya, maka ia pasti tidak akan selamat dan akan sengasara di dunia maupun akherat.
- Hadist Tsaqolain.
“ Sesungguhnya aku (nabi Muhammad) telah meninggalkan dua pusaka yang berharga kepada kalian. Yakni berupa kitabullah dan itrahku. Selama kalian berpegang teguh pada keduanya, maka kalian akan selamat. Dan dua pusaka tersebut tidak akan berpisah selamanya hingga keduanya menemuiku di telaga haudh (Al-Kautsar).” (kitab sohih muslim. 7:122).
Hadist ini di riwayatkan oleh Rasulullah. Yang mana hadist ini telah di sepakati oleh mazhab Ahlu Sunnah dan Syiah. Dalam hadist ini Rasul menjelaskan bahwa dia meninggalkan dua pusaka yaitu Al-Qur’an dan Ahlul Baytnya. Dan siapa yang berpegang teguh kepada keduanya, maka kalian tidak akan tersesat. Dalam hadist di atas Rasul mengatakan kata-kata “لن “yang berarti dalam istilah nahwu adalah tidak akan selama-lamanya. Berarti barang siapa yang mengimani keduanya, maka dia akan selamat dunia dan akherat.
Hadis Al-Ghadir dan Macam-Macam Redaksinya.
Hadis Al-Ghadir adalah hadis yang disampaikan oleh Rasulullah saw di Ghadir Khum, setelah haji wada’, di hadapan kurang lebih 150.000 sahabat, di bawah terik matahari yang sangat panas, sambil memegang tangan Imam Ali bin Abi Thalib (as). Hadis Al-Ghadir adalah hadis yang paling mutawatir, tidak ada satupun hadis Nabi saw yang melebihi kemutawatiran hadis Al-Ghadir.من كنت مولاه فعـلي مولاه، اللهمّ وال من والاه وعاد من عاداه
“Barangsiapa yang menjadikan aku pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya. Ya Allah, cintailah orang yang mencintainya, dan musuhi orang yang memusuhinya.”من كنت مولاه فإنّ عليّاً مولاه، اللهمّ عاد من عاداه ووال من والاه
“Barangsiapa yang menjadikan aku pemimpinnya, maka sesungguhnya Ali adalah pemimpinnya. Ya Allah, musuhi orang yang memusuhinya, dan cintai orang yang mencintainya.”Zaid bin Arqam juga mengatakan bahwa Rasulullah saw:
من كنت وليّه فهذا وليّه، اللهمّ وال من والاه وعاد من عاداه
“Sesungguhnya Allah adalah pemimpinku dan aku adalah pemimpin setiap mukmin.” Kemudian beliau memegang tangan Ali (as) seraya bersabda: “Barangsiapa yang menjadikan pemimpinnya, maka ini adalah pemimpinnya. Ya Allah, cintailah orang yang mencintainya, dan musuhi orang yang memusuhinya.”من كنت مولاه فهذا عليّ مولاه
“Barangsiapa yang menjadikan aku pemimpin, maka ini Ali adalah pemimpinnya.”Hadis-hadis tersebut terdapat di dalam:
1. Shahih Muslim, jilid 4/1873, Dar Fikr, Bairut.
2. Shahih Tirmidzi, jilid 5, halaman 297, hadis ke 3797.
3. Sunan Ibnu Majah, jilid 1, halaman 45, hadis ke 121.
4. Musnad Ahmad jilid 5, halaman 501, hadis ke18838, halaman 498, no: 18815, cet Bairut.
5. Musnad Ahmad, jilid 4, halaman 368 dan 372.
6. Musnad Ahmad bin Hamnbal, jilid 1, halaman 88, cet.pertama; jilid 2, halaman 672, dengan sanad yang shahih; jilid 4, halaman 372. cet. Pertama.
7. Khashaish Amirul mu’minin (as), halaman 96, cet Kuwait 1406 H.
8. Fadhilah ash-Shahabah, halaman 15, Dar kutub ilmiyah, Bairut.
9. Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 533, Dar fikr, Bairut 1398 H.
10. Majma’ az-Zawaid, jilid 9, halaman 104-105, Dar kitab Al-Arabi, Bairut 1402 H.
11. Tarjamah Al-Imam Ali bin Abi Thalib, dalam Tarikh Damsyiq, oleh Ibnu Asakir Asy-Syafi’I, jilid 1, halaman 213, hadis ke: 271,277,278,279,281,460,461 dan 465; jilid 2, halaman 14, hadis ke: 509,510,519,520,524,525,529,530,531,533,534,536,537,538,540,541,542,551,554,555,556,557,563,564,574,575,577,578,579 dan 587,cet. Pertama, Bairut.
12. Majma’uz Zawaid, oleh Al-Haitsami Asy-Syafi’I, jilid 9, halaman: 103,105,106,107 dan 108.
13. Kanzul ‘Ummal jilid 15, halaman: 91,92,120,135,143,147 dan 150, cetakan. Kedua.
14. Khashaish Amirul Mu’minin, oleh An-Nasa’I Asy-Syafi’I, halaman 94,95 dan 50, cet. Al-Haidariyah.
15. Al-Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 110.
16. Hilyatul Awliya’, oleh Abu Na’Imam Muhammad Al-Baqir (as), jilid 5, halaman 26.
17. Usdul Ghabah, oleh Ibnu Atsir, jilid 5, halaman 369; jilid3, halaman 274; jilid 5, halaman 208.
18. Jami’ul Ushul, oleh Ibnu Atsir, jilid 9, halaman 468.
19. Al-Manaqib, oleh Al-Khawarizmi Al-Hanafi, halaman 79,94 dan 95.
20. Ad-Durrul Mantsur, oleh As-Suyuthi, jilid 5, halaman 182.
21. Nizham Durar As-Samthin, oleh Az-Zarnadi Al-Hanafi, halaman 112.
22. Manaqib Ali bin Abi Thalib, oleh Ibnu Al-Maghazili Asy-Syafi’I, halaman 19, hadis ke: 24,23,30,31,32,34 dan 36.
23. Al-Hawi, oleh As-Suyuthi, jilid 1, halaman 122.
24. Al-jarh wat-Ta’dil, oleh Abi Hatim, jilid 4, halaman 431, cet. Haidar Abad.
25. Yanabi’ul Mawaddah, oleh Al-Qundusi Al-Hanafi, halaman: 31,33,36,37,38,181,187,274.
26. Dzakhairul ‘Uqba, halaman 67.
27. Al-Ishabah, jilid 1, halaman 305,372 dan 567; jilid 2, halaman 257,382,408 dan 509; jilid 3, halaman 542; jilid 4, halaman 80.
28. Al-Aghani, oleh Abil Farj Al-Isfahan, jilid 8, halaman 307.
29. Tarikh Al-Khulafa’, oleh As-Suyuthi Asy-Syafi’I, halaman 169, cet. As-Sa’adah, Mesir; halaman 65, cet Al-Maimaniyah, Mesir.
30. Mashabih As-Sunnah, oleh Al-Baghawi Asy-Syafi’i, jilid 2, halaman 275.
31. Kifayah Ath-Thalib, oleh Al-Kanji Asy-Syafi’I, halaman: 58,60,62 dan 286, cet. Al-Ghira.
32. Al-Imamah was Siyasah, oleh Ibnu Qataibah, jilid 1, halaman 101.
33. Syawahidut Tanzil, oleh Al-Haskani Al-Hanafi, jilid 1, halaman 157, hadis ke: 210,212 dan 213.
34. Sirr Al-‘Alamin, oleh Al-Ghazali, halaman 21.
35. Misykat Al-Mashabih, oleh Al-Umari, jilid 3, halaman 243.
36. Ar-Riyadh An-Nadharah, jilid 2, halaman 222,223 dan 224.
37. At-Tarikh Al-Kabir, oleh Al-Bukhari, jilid 1, halaman 375, cet. Turki.
38. Faraid As-Samthin, jilid 1, halaman 63 dan 66.
39. Ihqaqul Haqq, jilid 6, halaman 228.
40. Al-Bidayah wan-Nihayah, jilid 5, halaman: 211,212,213 dan 214; jilid 7, halaman: 338,348,448 dan 334.
41. Al-Manaqib, oleh Abdullah Asy-Syafi’I, halaman 106.
42. Wafaul Wafa’, oleh Abdullah Asy-Syafi’I, halaman 106.
43. Miftahun Naja, oleh Al-Badkhasyi, halaman 58.
44. Taysirul Wushul, oleh Ibnu Ar-Rabi,, jilid 2, halaman 147.
45. Tarikh Baghdad, oleh Al-Khatib Al-Baghadi, jilid 8, halaman 290.
46. Al-Kina wal- Asma’, oleh Ad-Dawlabi, jilid 1, halaman 160, cet. Haidar Abad.
47. Nizham An-Nazhirin, halaman 39.
48. Al-Jarh wat-Ta’dil, oleh Ibnu Mundzir, jilid 4, halaman 431.
49. Asy-Syadzarat Adz-dzahabiyah, halaman 54.
50. Akhbar Ad-Duwal, oleh Al-Qurmani, halaman 102.
51. Dzakhair Al-Mawarits, oleh An-Nabilis, jilid 1, halaman 213.
52. Kunuzul Haqaiq, oleh Al-Mannawi, huruf Mim, cet. Bulaq.
53. Arjah Al-Mathalib, oleh Syaikh Abidillah Al-Hanafi, halaman: 564,568,570,471,448,581,36 dan 579.
54. Muntakhab min shahih Bukhari wa Muslim, oleh Muhammad bin Utsman Al-Baghdadi, halaman 217.
55. Fathul Bayan, oleh Haasan Khan Al-Hanafi, jilid 7, halaman 251, cet, Bulaq
56. Al-Arba’in, oleh Ibnu Abil Fawaris, halaman 39.
57. Al-I’tiqad ‘Ala Madzhab As-Salaf, oleh Al-Baihaqi, halaman 182.
58. Al-Mu’tashar minal Mukhtashar, jilid 2, halaman 332, cet. Haidar Abad.
59. MawdhihAwhamil Jam’I Wat-Tafriq, oleh Al-Khatib Al-Baghdadi, jilid 1, halaman 91.
60. At-Tahdzib, oleh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani Asy-Syafi’I, jilid 1, halaman 337.
61. Al-Bayan Wat-Ta’rif, oleh Ibnu Hamzah, jilid 2, halaman 230.
62. Al-Adhdad, halaman 25 dan 180.
63. Al-‘Utsmaniyah, oleh Al-Jahizh, halaman 134 dan 144.
64. Mukhtalib Al-Ahadist, oleh Ibnu Qutaibah, halaman 52.
65. An-Nihayah, oleh Ibnu Atsir Al-Jazari, jilid 4, halaman 346, cet. Al-Muniriyah, Mesir.
66. Ar-Riyadh An-Nadharah, oleh Muhibuddin Ath-Thabari Asy-Syafi’i, jilid 2, halaman 244, cet. Al-Kaniji, Mesir.
67. Duwal Al-Islam, jilid 1, halaman 20.
68. Tadzkirah Al-Huffazh, oleh Adz-Dzahabi, jilid 1, halaman 10.
69. Al-Mawaqif, oleh Al-Iji, jilid 2, halaman 611.
70. Syarah Al-Maqashid, oleh At-Taftajani, jilid 2, halaman 219.
71. Muntakhab Kanzul ‘Ummal (catatan pinggir) Musnad Ahmad, jilid 5, halaman 30.
72. Faydhul Qadir, oleh Al-Mannawi Asy-Syafi’I, jilid 1, halaman 57.
73. Atsna Al-Mathalib fi Ahadits Mukhtalif Al-Maratib, halaman 221.
74. Ar-Rawdh Al-Azhar, oleh Al-Qandar Al-Hindi, halaman 94.
75. Al-Jami’ Ash-Shaghir, oleh As-Suyuthi, hadis ke 900.
76. Al-Mu’jam Al-Kabir, oleh Ath-Thabrani, jilid 1, halaman 149 dan 205.
77. Al-Fadhail, oleh Ahmad bin Hambal, hadis ke: 91,822 dan 139.
78. Al-Kamil, oleh Ibnu ‘Adi, jilid 2, halaman 20.
79. Asy-Syaraf Al-Muabbad Li-Ali Muhammad, oleh An-Nabhani Al-Bairuti, halaman 111.
80. Maqashid Ath-Thalib, oleh Al-Barzanji, halaman 11.
81. Al-Fathu Ar-Rabbani, jilid 21, halaman 312.
Perawi hadis Al-Ghadir:
1. Muhammad bin Ishaq, shahibus Sirah.
2. Mu’ammar bin Rasyid
3. Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i (Imam Syafi’i).
4. Abdur Razzaq bin Hammam Ash-Shan’ani, guru Bukhari.
5. Said bin Manshur, shahibul Musnad.
6. Ahmad bin Hanbal (Imam Hanbali), shahibul Musnad.
7. Ibnu Majah Al-Qazwini.
8. At-Turmidzi, shahibush Shahih.
9. Abu Bakar Al-Bazzar, shahibul Musnad.
10. An-Nasa’i.
11. Abu Ya’la Al-Mawshili, shahibul Musnad.
12. Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, penulis Tafsir dan Tarikh.
13. Abu Hatim Ibnu Hibban, shahibush Shahih.
14. Abul Qasim Ath-Thabrani, penulis Mu’jam.
15. Abul Hasan Ad-Daruqudni.
16. Al-Hakim An-Naisaburi, shahibul Mustadrak.
17. Ibnu Abd Al-Birr, penulis Al-Isti’ab.
18. Khathib Al-Baghdadi, penulis Tarikh Baghdad.
19. Abu Na’im Al-Isfahani, penulis Hilyatul Awliya’ dan Dalailun Nubuwwah.
20. Abu Bakar Al-Baihaqi, penulis Sunan Al-Kubra.
21. Al-Baghawi, penulis Mashabih As-Sunnah.
22. Jarullah Az-Zamakhsyari, penulis tafsir Al-Kasysyaf.
23. Fakhrur Razi, mufassir.
24. Ibnu Asakir Ad-Damsyiqi, penulis tarikh Damsyiq.
25. Adh-Dhiya’ Al-Muqaddasi, shahibul Mukhtarah.
26. Ibnu Atsir, penulis Usdul Ghabah.
27. Abu Bakar Al-Haitsami, hafizh besar, penulis Majmauz zawaid.
28. Al-Hafizh Al-Muzzi, penulis Tahdzibul kamal.
29. Al-Hafizh Adz-Dzahabi, penulis Talkhish al-Mustadrak.
30. Al-Hafizh Al-Khathib At-Tabrizi, penulis Misykatul Mashabih.
31. Nizhamuddin An-Naisaburi, mufassir terkenal.
32. Ibnu Katsir, mufassir. Mengakui kemutawatiran hadis Al-Ghadir (lihat: Al-Bidayah wan-Nihayah 5/213).
33. Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, penulis syarah Bukhari (Fathul Bari).
34. Al-Ayni Al-Hanafi, penulis Umdatul Qari fi syarh shahih Bukhari.
35. Al-Hafizh Jalaluddin As-Suyuthi.
36. Ibnu Hajar Al-Makki, penulis Ash-Shawaiqul Muhriqah.
37. Syeikh Ali Al-Muttaqi Al-Hindi, penulis Kanzul Ummal.
38. Syeikh Nuruddin Al-Halabi, penulis Sirah Al-Halabi.
39. Syah Waliyullah Ad-Dahlawi, penulis banyak kitab, masyhur dengan julukan Allamah Al-Hindi.
40. Syihabuddin Al-Khafaji, pensyarah Asy-Syifa’ dan penta’liq tafsir Al-Baidhawi.
41. Az-Zubaidi, penulis Tajul ‘Arus.
42. Ahmad Zaini Dahlan, penulis Sirah Ad-Dahlaniyah.
43. Syeikh Muhammad Abduh, mufassir dan pensyarah Nahjul Balaghah.
Kemutawatiran Hadis Al-Ghadir:
Hadis Al-Ghadir Kemutawatirannya diakui oleh jalaluddin As-Suyuthi, di dalam:
1. Al-Faraid Al-Mutaksirah fil Akhbar Al-Mutawatirah.
2. Al-Azhar Al-Mutanatsirah fil Akhbar Al-Mutawatirah.
Pernyataan As-Suyuthi tentang kemutawatiran hadis Al-Ghadir ini dikutip oleh:
1. Allamah Al-Mannawi, di dalam At-Taysir fi Syarhi Al-jami’ Ash-Shaghir, jilid 2, halaman 442.
2. Allamah Al-‘Azizi, dalam Syarah Al-Jami’ Ash-Shaghir, jilid 3, halaman 360.
3. Al-Mala Ali Al-Qari Al-Hanafi, di dalam Al-Mirqat Syarhul Misykat, jilid 5, halaman 568.
4. Jamaluddin ‘Athaullah bin Fathlullah Asy-Syirazi, dalam kitabnya Al-Arba’ina; dan rujuk pula: Khulashah Abqat Al-Anwar, jilid 6, halaman 123.
5. Al-Mannawi Asy-Syafi’I, di dalam kitabnya At-Taysir fi-Syarhi Al-Jami’ Ash-Shaghir, jilid 2, halaman 123.
6. Mirza Makhdum bin Mir Abdul Baqi, di dalam An-Nawaqish ‘Ala Ar-Rawafidh; dan rujuk: Khulashah Abqat Al-Anwar, jilid 6, halaman 121.
7. Muhammad bin Ismail Al-Yamani Ash-Shina’ani, di dalam kitab Ar-Rawdhah An-nadiyah. Rujuk: Ihqaqul Haqq, jilid 6, halaman 294; dan Khulashah Abqat Al-Anwar, jilid 6, halaman 127.
8. Muhammad Shadr ‘Alim, dalam kitab Ma’arij Al-‘Ali fi Manaqib Al-Murtadha; silahkan rujuk: Ihqaqul Haqq, jilid 6, halaman 294; dan Khulashah Abqat Al-Anwar, jilid 6, halaman 127.
9. Syaikh Abdullah Asy-Syafi’I, di dalam kitabnya Al-Ar-Ba’in.
10. Syaikh Dhiyauddin Al-Muqbili, di dalam kitabnya Al-Abhats Al-Musaddadah fil Funun Al-Muta’addidah; dan rujuk: Khulashah Abqat Al-Anwar, jilid 6, halaman 125.
11. Ibnu Katsir Ad-Damsyiqi, di dalam Tarikhnya, dalam Tarjamah Muhammad bin Jarir Ath-thabari.
12. Abu Abdillah Al-Hafizh Adz-Dzahabi. Pernyataannya tentang Kemutawatiran hadis Al-ghadir dikutip oleh Ibnu Katsir, dalam Tarikhnya, jilid 5, halaman 213-214.
13. Al-Hafizh Al-Jazari. Ia menyebutkan kemutawatiran Hadis ini dalam kitabnya Asna Al-Mathalib fi Manaqib Ali bin Abi Thalib, halaman 48.
14. Syaikh Hisamuddin Al-Muttaqi, ia menyebukan kemutawatiran hadis ini dalam kitabnya Mukhtashar Qithful Azhar Al-Mutanatsirah.
15. Muhammad Mubin Al-Kahnawi, di dalam kitab Wasilah An-najah fi Fadhail As-Sadat, halaman 104.
Jumlah Sahabat yang bersama Nabi saw di Ghadir Khum:
Ulama berbeda pendapat tentang jumlah sahabat yang menyertai Nabi saw di Ghadir Khum:
Sebagian pendapat mengatakan: 90.000 sahabat.
Sebagian pendapat mengatakan: 114.000 sahabat.
Ada yang mengatakan: 120.000 sahabat.
Dan ada juga yang menyatakan: 124.000 sahabat.
Pernyataan tersebut terdapat dalam:
1. Tadzkirah Al-Khawwash, oleh As-Sabth bin Al-Jauzi Al-Hanafi, halaman 30.
2. As-Sirah Al-Halabiyah, jilid 3, halaman 257.
3. As-Sirah An-Nabawiyah oleh Zaini Dahlan (catatan pinggir) As-Sirah Al-Halabiyah, jilid 3, halaman 3.
4. Al-Ghadir, oleh Al-Amini, jilid 1, halaman 9.
Perawi Hadis Al-Ghadir dari kalangan sahabat nabi saw:
Seratus sepuluh sahabat Nabi saw yang meriwayatkan hadis Al-Ghadir, mereka adalah:
1. Abu Hurairah, wafat pada tahun 57/58/59 H.Silahkan rujuk : Tarikh Baghdad, oleh Al-Khatib Al-Baghdadi, jilid 8, halaman 290 ; Tahdzibut Tahdzib, jilid 7, halaman 327 ; Al-Manaqib, oleh Al-Khawarizmi, halaman 130 ; Asna Al-Mathalib, halaman 3 ; Ad-Durrul Mantsur, oleh As-Suyuthi, jilid 2, halaman 259 ; Tarikh Al-Khulafa’, halaman 114 ; Kanzul ‘Ummal, oleh Al-Muttaqi Al-Hindi, jilid 6, halaman 153; Al-Isti’ab, oleh Ibnu Abd Al-Birr, jilid 2, halaman 473; Al-Bidayah wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir Ad-Damsyiqi, jilid 5, halaman 214.
2. Abu Layli Al-Anshari, ia terbunuh pada perang shiffin tahun 37 H. Silahkan rujuk: Al-Manaqib, oleh Khawarizmi, halaman 35; Tarikh Al-Khulafa’, halaman 114.
3. Abu Zainab bin ‘Auf Al-Anshari. Silahkan rujuk: Usdul Ghabah, jilid 3, halaman 307/jilid 5, halaman 205; Al-Ishabah, jilid 3, halaman 408.
4. Abu Fudhalah Al-Anshari, terbunuh pada perang shiffin. Silahkan rujuk: Usdul Ghabah, jilid 3, halaman 307/jilid 5, halaman 205; Tarikh Ali Muhammad, oleh Al-Qadhi, halaman 67.
5. Abu Qudamah Al-Anshari. Silahkan rujuk: Usdul Ghabah, jilid 5, halaman 276.
6. Abu ‘Amrah bin ‘Amr bin Muhshin Al-Anshari. Silahkan rujuk: Usdul Ghabah, jilid 3, halaman 307.
7. Abu Al-Haitsami At-Tihan, terbunuh pada perang shiffin; silahkan rujuk: Nakhbul Manaqib, oleh Al-Ju’abi; Maqtal Al-Husain, oleh Al-Khawarizmi.
8. Abu Rafi’ Al-Qibthi. Silahkan rujuk : Maqtal Al-Husain, oleh Al-Khawarizmi.
9. Abu Dzuwaib Khawailid bin Khalid bin Mahrats, wafat pada masa pemerintahan Utsman bin Affan. Silahkan rujuk: Maqtal Al-Husain.
10. Abu Bakar bin Quhafah, wafat tahun 13 H. Silahkan rujuk: An-Nakhbul Manaqib, oleh Abu Bakar Al-Ju’abi; hadis Al-Ghadir, oleh Al-Manshur Ar-Razi; Asna Al-Mathalib, oleh Syamsuddin Al-Jazari, halaman 3.
11. Usamah bin Zaid bin Haritsah, wafat tahun 54 H. Silahkan rujuk: Usdul Ghabah, tentang Hadis Wilayah, jilid 5, halaman 205; Nakhbul Manaqib.
12. Ubay bin Ka’b Al-khazraji, wafat tahun 30/31 H. Silahkan rujuk: Nakhbul Manaqib.
13. As-ad bin Zurarah Al-Anshari. Silahkan rujuk: An-Nakhbu, oleh Abu Bakar Al-Ju’abi; Al-Wilayah, oleh Abu Said Mas’ud As-Sijistani; Asna Ath-Thalib, oleh Syamsuddin Al-Jazari, oleh Ibnu ‘Uqdah.
14. Asma’ binti ‘Amis Al-Khats’amiyah. Rujuk: Kitab Al-Wilayah, oleh Ibnu ‘Uqdah.
15. Ummu Salamah istri Nabi saw. Rujuk: Kitab Al-Wilayah, oleh Ibnu ‘Uqdah; Yanabi’ul Mawaddah, halaman 40. Wasilah Al-Maal, oleh Syaikh Ahmad bin Fadhl bin Muhammad Al-Makki Asy-Syafi’i.
Peristiwa Saqifah Bani Saidah.
- Wafatnya Rasul dan amukan Umar.Rasul wafat di hari senin selepas dhuhur. Pada tanggal 12 Rabiul awal, tahun 11 H. atau tepatnya tanggal 8 juni 632 M. Umar dan Mughirah bin syu’bah di perkenankan masuk ke kamar untuk melihat jenazah Rasul. Kedua orang ini termasuk prajurit dalam pasukan Usamah. Dan Umar membuka tutup wajah Rasul dan mengatakan bahwa Rasul hanya pingsan.
Tatkala meninggalakan kamar itu Mughirah berkata kepada Umar “ tetapi anda mengetahui bahwa Rasul telah wafat.” Umar menjawab “ anda bohong, Nabi tidak akan wafat sebelum memusnahkan orang munafiq.” Umar lalu mengancam akan membunuh siapa saja yang menagatakan Rasul telah wafat.
Melihat Umar, Ibn Umm Maktum membacakan ayat Al-Qur’an. “ Muhammad hanyalah seorang Rasul. Sebelumnya telah berlalu Rasul-Rasul. Apabila ia wafat atau terbunuh apakah kamu akan bebalik murtad ? tetapi barang siapa berbalik murtad, sedikit pun tiada ia merugikan Allah SWT. Allah SWT memberikan pahala kepada orang-orang yang bersyukur. (QS.Ali-Imran : 144).
Kemudian setelah Ibn Umm Maktum membacakan ayat kepada Umar, Umar masih terlihat marah-marah, sambil mengancam akan membunuh siapa saja yang mengatakan Rasul telah wafat. Kemudian Salim bin Ubaid pergi kepada Abu Bakar yang tinggal di Sunh, sekitar satu kilometer ke arah barat masjid Nabi. Ia menceritakan apa yang terjadi. Tatkala Abu Bakar tiba, Umar juga masih marah-marah. Setelah itu Umar diam dan menunggu Abu Bakar keluar dari kamar Rasul. Kemudian setelah Abu Bakar keluar dari kamar Rasui, ia mengatakan “barang siapa yang menyembah Allah, sesungguhnya Allah hidup. Tetapi barang siapa menyembah Muhammad, sesungguhnya ia telah wafat.” Setelah itu Abu Bakar membacakan yat yag tadi di bacakan oleh Maktum. Umar lalu bertanya kepada Abu Bakar “ Apakah itunayat Al-Qur’an ? ” Abu Bakar kemudian menjawab “ ya”.
Kembali kepada perangai Umar yang ganjil, yang menperagakan keraguannya tentang wafatnya Rasul, ia menjadi cemas tentang masalah yang menyangkut pengganti Rasul. Ia takut dan cemas apabila orang Anshar dan yang lain (yaitu keluarga Rasul) mengambil kekuasaan, maka ia menciptakan keraguan dan memperagakan sikap enggan menerima kenyataan bahwa Rasul telah wafat, untuk melindungi agama,sambil menunggu kedatangan Abu Bakar. Ada beberapa faktor bahwa peragakan Umar adalah sebuah drama yang tidak rasional. Berikut adalah bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Rasul telah wafat. Dan Umar pun mengetahui hal tersebut.
- Pada hari kamis, 4 hari sebelum Rasul wafat. Rasul telah meminta kertas dan tinta untuk mendiktekan wasiatnya,yang kemudian di halang-halangi oleh Umar bin Khotthob.
- Rasul pada akhir hayatnya mendatangi rumah Sayyidah Fatimah dan berbisik kepadanya bahwa akan segera wafat. Dan kemudian Fatimah bersedih mendengar hal itu. Kemudian Rasul berbisik kepada fatimah untuk yang kedualinya “ Engkau adalah anggota Ahlul Bayt yang pertama kali menemui ku. “ kemudian fatimah tersenyum. Ini telah menunjukkan bahwa Rasul segera wafat, mana mungkin Umar tidak mengetahui hal ini.
- Pengepungan Rumah Fatimah.
Perdebatan di Saqifah bani Saidah yang berakhir dengan terpilihnya Abu Bakar berekor panjang. Petang hari itu juga, setelah selesai pembaiatan, rombongan yang dipimpin oleh Abu bakar dan Umar beramai-ramai datang ke masjid Madinah. Dan beberapa puluh meter dari masjid, dirumah Fathimah, Ali dan Abbas sedang mengurus jenazah Rasul. Pada saat itu ada beberapa sahabat yang berada di rumah tersebut. Seperti Abu dzar, Miqdad, Salman, Ammar bin yasir dan lain-lain.
Abu bakar dan Umar menyadari sepenuhnya akan tuntutan Ali bin abi Thalib, yang sepanjang hidup Rasul di anggapa sebagai saudara Rasul dalam pengertian yang luas, yang mana Ali adalah wasyi Rasul, pemimpin setelah Rasul yang kedudukan Imam Ali disisi Rasul bagaikan Harun disisi Musa. Dan kemudian Abu bakar dan Umar menyuruh serombongan sahabat untuk memanggil Imam Ali dan membaiat Abu bakar di masjid. Setelah Imam Ali menolak, Umar menasehati Abu bakar untuk segera bertindak agar tidak terlambat, kemudian Umar mengepung rumah Imam Ali dan Sayyidah Fathimah dengan serombongan orang bersenjata dan mengancam akan membakar rumah itu. Cerita ini diriwayatkan di kitab Tarikh jilid 2 halaman 126.
Umar dan Khalid bin walid mendekat kerumah Fathimah. Umar masuk kedalam rumah, dan Khalid berdiri di dekat pintu. Kemudian Zubair, sepupu Rasul, memegang pedang, Umar berkata kepada Zubair “untuk apa pedang ini” Zubair menjawab “untuk membaiat Ali”. kemudian Umar merampas pedang Zubair dan mematahkannya dan melemparkannya ke batu. Zubair pun dikeluarkan dari rumah dan diserahkan kepada Khalid. Kemudian Umar berkata kepada Imam Ali “Hai Ali baiatlah Abu bakar!” Imam Ali tidak mau membaiat Abu bakar, maka Ali kemudian diseret dandiserahkan kepada Kholid kemudian Imam Ali berkata kepada Umar “engkau sedang memerah susu untuk Abu bakar dan dirimu sendiri, engkau bekerja untuknya hari ini, dan besok dia akan mengangkatmu menjadi penggantinya.”.
Maka orang-orang pun berkumpul untuk menonton, dan jalan-jalan madinah pun menjadi ramai. Setelah sayyidah Fathimah melihat apa yang diperbuat oleh Umar, Ia menjerit, sehingga seakan-akan keramaian menjadi sepi sejenak. Fathimah lalu keluar dari pintu dan berseru. “ Hai Abu bakar! Alangkah cepatnya anda menyerang keluarga Rasul. Demi Allah, saya tidak berbicara dengan Umar sampai say menemui Allah. Kalian mengetahui bahwa jenazah Rasul belumlah terkubur dan masih berada di dalam rumah ini. Kalian telah mengambil keputusan antar kalian sendiri, tanpa bermusyawarah dengan kami dan tanpa menghoramati hak-hak kami. Demi Allah aku katakan keluarlah kalian dari sini segera! Maka rombongan itu pun membubarkan diri dan tanpa mendapat bait dari Imam Ali.
Dampak Negatif Dari Peristiwa Saqifah.
- Adanya rencana menggulingkan Ali As.Dengan memperhatikan beberapa poin di bawah ini, dapat di mengerti bahwa ada rencana yang matang untuk menggulingkan Imam Ali dari kekholifahan :
Kehadiran mereka yang terus-menerus di sisi Nabi dan berusaha untuk mengagalkanupaya Nabi untuk menyokong kepemimpinan Ali. hal itu dapat di temukan pada fitnah yang terjadi di kediaman Nabi dengan semboyan yang di lontarkan Umar, bahwa kita cukup dengan Al-Qur’an saja. Kemudian ia menambahkan bahwa apa yang ingin di ucapkan Nabi sudah tidak ada kesadaranya lagi. Nabi mengigau akibat sakit yang di deritanya. Oleh karenanya, ketika Nabi berkata : “ bawakan aku alat tulis dan kertas “, malah terjadi keributan karena ucapan Umar, yang pada akhirnya membuat banyak orang termakan dengan isu yang di buatnya. Tujuan penting dari ucapan Umar adalah timbulnya keragu-raguan dari orang-orangdi sekeliling Nabi dan mencegah Nabi untuk tidak menuliskan wasiat.
- Setelah terbentuknya pemerintahan pasca peristiwa Saqifah dan Abu Bakar menjadi kholifah, Abu ubaidah menjabat sebagai mentri keuangan dan Umar sebagai ketua mahkamah agung. Ke 3 posisi ini sangat vital dalam sebuah pemerintahan di negara. Kombinasi ini tidak mungkin muncul begitu saja tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu.
- Abu Bakar tahu akan keutamaan Imam Ali dan haknya atas kekhilafahan. Dan Allah memilih untuk Nabinya seorang wakil, kemudian Nabi menyempurnakan janji Allah SWT dengan mengangkat Imam Ali sebagai kholifah setelahnya, dan semua argumentasi telah di keluarkan untuk menetapkan hingga ajal menjemputnya, Abu Bakar dan Umar adalah orang pertama yang merampas hak Ali dan menentang perintah Nabi. Abu Bakar dan Umar telah bersepakat sebelumnya. Kemudian keduanya meminta baiat dari Ali. Ali hanya menundukkan kepala sebagai tanda ke engganannya membaiat keduanya. Hal ini menyebabkan Abu Bakar dan Umar seakan di landa masalah besarhingga berpikir untuk merekayasa kejadian yang lebih besar terhadap Ali.
- Sikap Ali terhadap Saqifah.
Ali bin Abi Tholib tidak rakus untuk menjadi kholifah, juga tidak berusaha untuk mendapatkanya seperti yang di lakukan oleh Abu Bakar dan Umar di Saqifah. Keinginan Imam Ali hanya satu, yaitu menguatkan sendi-sendi islam, menyebarkan agama, membuat islam dan pengikutnya menjadi mulia, menjelaskan keagungan dan kebesaran Nabi Muhammad, dan mengungkapkan sejarah kehidupan Rasul dan mengajak manusia mengikuti cara hidupnya. Sayangnya, kebanyakan kaum muslim memasukkan pikiran-pikiran dalam hati mereka yang berbeda dengan apa yang di wasiatkan nabi di perang Uhud dan Hunain. Mereka rakus akan kekuasaan tanpa dasar. Mereka meninggalkan Nabi sebelum di kuburkan sebagaimana meninggalkan Nabi semasa hidupnya, ketika menghadapi kesulitan dan mara bahaya.
- Hasil-hasil Saqifah.
Abu bakar dan kelompoknya telah menjadi pemenang dalam menghadapi Anshar dan Bani Umayyah. Kekholifahan telah jatuh di tangan mereka. Namun, kemenangan ini tidak sesederhana yang di bayangkan. Karena setelah itu, muncul masalah yang lebih besar tentang pertikaian. Tentunyaini bermula dari argumentasi mereka untuk meraih kursi kepemimpinan yang bertumpu pada kesukuan dan kekerabatan dengan Rasul. Atas dasar inilah tidak salah bila pasca Saqifah banyak muncul mazhab-mazhab Rasialis dan keturunan dalam kepemipinan agama.
Keberadaan Bani Hasyim sebagai kelompok yang menentang proses Saqifah mampu membalikkan situasi. Mereka berargumentasi dalam menghadapi kelompok Saqifah dengan alasan yang sama, yang di pakai Abu Bakar dan kelompoknya ketika menghadapi kaum Anshar, argumentasi itu demikian : “ bila qurays merasa lebih layak dan dekat dengan Rasul dari sekian kabilah-kabilah Arab.”, Maka Bani Hasyim lebih tepat dan layak untuk memegang tampuk ke pemimpinan di banding dengan kelompok qurays lainnya.
Munculnya Dua Mazhab.
Peristiwa Saqifah telah memunculkan dua aliran ke permukaan bumi, yang satu mengikuti tradisi ketiga kholifah, meskipun Ali di masukkan ke dalam khulafa’ar Rasyidin, tetapi buah pikiran Ali yang bagaimanapun berlandaskan agama secara murni, sekurang-kurangnya menurut keyakinan Ali dan para pengikutnya. Buah pikirannya dalam sosial politik maupun fiqih ini tidak dapat tempat di kalangan ini. Kalaupun ada orang-orang mengemukakan pendapat Ali, maka ini sekedar menunjukkan kerukunannya dengan ke 3 kholifah. Dan usaha Umar secara teratur untuk menyingkirkan Imam Ali dari arena politik. Kutukan terhadapnya dalam setiap khotbah jum’at selama lebih dari 80 tahun oleh kekuatan politik yang menyusul kemudian, serta permusuhan dan penindasan terhadap para pengikut Ali, hampir menghilangkan buah pikiran Ali dalam aliran ini. Aliran ini makin melembaga dan kemudian di kenal sebagai Ahlu Sunnah.Aliran lainnya mengikuti Ali yang di kenal sebagai Syiah, yang sebenarnya telah ada di zaman Rasul. Salman Al- Farisi, Abu Dzarr, Miqdad, dan Ammar bin Yatsir di sebut sebagai 4 tonggak Syiah.
Sahabat dan para pengikut Ali berpendapat bahwa Ali bin Abi Tholib adalah pemimpin sesudah Rasul. Ali di anggap paling dekat dengan Rasul SAW. Dalam darah, keimanan, ilmu, kesabaran, zuhud, berani, ia mengikuti Al-Qur’an dan sunnah Rasul secara utuh dalam perkataan maupun perbuatan, ia di anggap telah di tunjuk Allah dan Rasulnya sebagai imam kaum muslimin yang masih dalam masa “ bayi” yang sedang berkembang pesat. Dengan demikian reaksi dari para pengikutnya sehubungan dengan peristiwa Saqifah bukanlah masalah politik yang menuntut kekuasaan. Bagi mereka itu adalah masalah agama semata-mata sebagai reaksi wajar atas “penyimpangan” yang sebenarnya dapat di pahami dengan melihat catatan sejarah dari kalangan Sunni sendiri.
Pengangkatan Umar dan Utsman.
- Pengangkatan Umar.Setelah menjabat kholifah lebih dari 2 tahun, Abu bakar jatuh sakit, di atas tempat tidurnya, ia menyuruh orang memanggil Abdur rahman, dan kemudian Ustman menyampaikan keputusan untuk menunjuk Umar bin khattab sebagai kholifah yang akan menggantikan Abu bakar. Mendengar hal ini, beberapa sahabat terkemuka, yang di kepalai oleh Thalhah, mengirim delegasi menemui Abu bakar, dan berusaha meyakinkannya supaya tidak menunjuk Umar untuk menggantikan sebagai kholifah.
Abu bakar tidak merubah keputusannya, ia membuat surat wasiat yang berbunyi :
“Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.”
Ini adalah wasiat kepada kaum muslimin, dari saya Abu bakar saya telah mengangkat Umar sebagai kholifah setelahku untuk kalian maka dengarkanlah dan turuti dia. Saya membuat dia menjadi penguasa atas kalian semata-mata untuk kebaikan kalian. (Kitab Tarikh jilid 2 hlm 136).
Tidak ada catatan sejarah bahwa Abu bakar memusyawarahkan dengan masyarakat dan tidak pula dengan para sahabat atau dari ahlul bait. Penunjukkan ini semata-mata berdasarkan keputusan pribadi Abu bakar. Suatu hal yang menarik adalah kesamaan keadaan Abu bakar dan Rasul, tatkala membuat wasiat. Banyak ulama mempertanyakan sikap Umar yang menerima wasiat Abu bakar tetapi tidak memberi kesempatan Rasulullah untuk membuat wasiat.
- Pengangkatan ustman bin affan.
setelah menjabat kholifah selama 10 tahun, Umar bin khattab mengangkat 6 orang sahabat dari kaum muhajirin yang terkemuka untuk memilih diantara sesama mereka seorang khalifah. Badan yang terdiri dari 6 orang ini kemudian di namakan Syura permusyawaratan.
Syura ini terdiri dari : Ustman bin affan, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad abi waqqas, Ali bin abi Thalib, Zubair, thalhah, serta Abdullah bin Ammar (anak Umar). Mereka yang bertindak sebagai penasihat dan tidak berfungsi sebagai calon.
Dalam melakukan tugas pemilihan khalifah pengganti dari Umar telah menetap tata tertib sebagai berikut :
1. Khalifah yang akan dipilih haruslah anggota dari badan tersebut.
2. Bila dua calon mendapatkan dukungan yang sama besar, maka calon yang didukung oleh abdurrahman bin Auf yang di anggap menang.
3. Bila ada anggota dari badan ini yang tidak mau mengambil bagian dalam pemilihan, maka anggota tersebut harus dipenggal kepalanya.
4. Apabila seseorang telah terpilih dan minoritas, maka kepala mereka harus dipenggal, apabila ada calon yang didukung oleh abdurrahman bin Auf, dan sebagian lagi menolak maka kepalanya harus dipenggal.
5. Apabila dalam waktu 3 hari tidak berhasil memilih khalifah maka ke 6 anggota harus di penggal kepalanya dan menyerahkan kepada rakyat untuk mengambil keputusan.
Kemudian Abdurrahman bin Auf mengajukan syarat kepada Imam Ali, yang dimana syarat tersebut tidak mungkin diterima Imam Ali dan hanya formalitas belaka. Abdurrahman bertanya kepada Imam Ali. “apabila anda terpilih sebagai khalifah, dapatkah anda berjanji bahwa anda akan bertindak menurut al-qur’an, sunnah Rasul, dan mengikuti peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan dari khalifah sebelumnya..?”
Imam Ali menjawab “mengenai al-qur’an dan sunnah Rasul, saya akan mengikutinya dengan penuh keimanan dan kerendahan hati. Namun, mengenai peraturan-peraturan dari ke-2 khalifah yang terdahulu, apabila sesuai dengan al-qur’an dan sunnah Rasul, maka akan tidak menolaknya! Tetapi bila bertentangan dengan al-qur’an dan sunnah Rasul, siapa yang akan menerima dan mengikutinya! Saya menolak peratuaran-peraturan tersebut.
Tatkala pertanyaan diatas itu diajukan kepada Ustman, ia menerima persyaratan itu, ia menerima persyaratan itu. Abdurrahman bin Auf lalu berkata pada Ali : “Baitlah atauku penggal lehermu! Atau kami tidak akan memberi jalan lain kepadamu!
Suatu kesimpulan lain yang dapat ditarik dari tanya jawab ini ialah kenyataan bahwa ada terdapat perbedaan-perbedaaan yang jelas antara Abu bakar dan Umar di satu sisi dan Ali disisi lainnya dengan adanya penolakan Ali terhadap peraturan dan keputusan yang dibuat oleh para khalifah yang sebelumnya.
1. Keenam anggota syura tersebut di angkat sendiri oleh Umar bin Khattab
2. Tiada seorang pun sahabat dari kaum Anshar diantara anggota syura tersebut.
3. Susunan anggota syura dan syarat yang diajukan Abdurrahman bin Auf, tidak memungkinkan Ali terpilih.
- Perbedaan pendapat.
Selama 24 tahun, yaitu selama pemerintahan Abu bakar, Umar dan Ustman. Ali bin abi Thalib hampir tidak keluar dari rumahnya, seakan-seakan ia bukan warga dari umat itu. Hanya sesekali ia memberikan pendapat, apabila dimintai Umar. Ada perkataan yang berbunyi “Apabila tidak ada Ali, celakalah Umar!” dan “mudah-mudahan jangan datang kesulitan apabila Ali tidak ada”.
Tetapi orang meragukan sampai sejauh mana Umar mendengarkan pendapat Ali. suatu hari Imam Ali di masukkan dalam majelis permusyawaratan para kholifah, dan meskipun ia di minta untuk memberi nasihat dalam masalah hukum. Karena ia menguasai Al-Qur’an dan sunnah Rasul. Sangatlah meragukan apakah nasihatnya akan di terima oleh Umar yang sebenarnya memegang kuasa, bahkan dalam kekholifahan Abu bakar sekalipun.
Di samping keyakinan Ali akan Imamah yang berdasarkan nash. Yang menjadi haknya. Ia juga berbeda pendapat dengan 3 kholifah sebelumnya dalam masalah-masalah keagamaan. Hal ini nyata sekali, apabila kita lihat bahwa pikiran-pikiran Umar mendapat tempat di kalangan mazhab Sunnih, sedangkan Imam Ali di kalangan Syiah. Dalam segi politik maupun administrasi, Ali juga berbeda pendapat dalam masalah pembagian gaji tahunan, misalnya Ali mengubahnya tatkala ia menjadi kholifah di kemudian hari.
Suatu pertanyaan akan muncul setelah kita lihat sikap Ali yang dengan tegas menolak pengangkatan Abu Bakar di Saqifah, dengan alasan bahwa Rasul telah menunjuknya sebagai pengganti setelah Rasul. Mengapa Ali tidak melawan dengan kekerasan atau dengan cara yang lainnya untuk merebut kembali apa yang menjadi haknya ? dapat di katakan di sini bahwa sebenarnya memang ada kesempatan untuk itu. Seperti perkataan Imam Ali “ Apabila aku mempunyai 40 orang pengikut, maka aku akan pergi merebut hakku dari mereka dengan cara kekerasan.”.
Adapun pada saat wafat Rasul. Abbas berkata kepada Ali agar dirinya (Abbas) membaiat Ali. tetapi Ali tidak mau mendengarkanya. Agaknya Ali menolak pembaiatan dari pendukungnya, karena beberapa pertimbangan sebagai berikut :
- Ali berpendapat bahwa penguburan Rasul harus di dahulukan dari segala-galanya dan hal ini telah di ketahui oleh Abu Bakar dan Umar.
- Ia merasa telah di tunjuk oleh Rasul sebagai penggantinya. Dan ia tidak menyangka akan timbul peristiwa seperti yang terjadi di Saqifah.
Ali menjawab : “Sungguh memalukan !. apakah anda mengharapkan saya meninggalkan jenazah Rasul dan melibatkan diri dalam perjuagan untuk mendapatkan kekuasaan.”.
Fatimah sering mengatakan bahwa Ali telah melakukan apa yang harus di lakukannya, dan Allah SWT akan menanyai mereka tentang apa yang mereka lakukan terhadap Ali.
Mari Rujuk Kesini:
1. Siapa Yang Ingin Masuk Surga Hendakknya Mengikuti Ali dan Para Imam Suci Dari Ahlulbait as (2)
2. Apakah pasca Rasulullah Saw, Ahlulbait seperti anak-anak Ja’far dan anak-anak ‘Ali dan sebagainya juga telah murtad?
3. BAni Umayyah dan Bani Abasiyah hancur karena telah menyakiti Ahlul Bait nabi SAW
4. terlupakannya wasiat Rasulullah, dan pengenyampingan Ahlul Bait Nabi as merupakan ciri aliran mazhab sunni
5. ABU HURAiRAH dan BUKHARi membongkar intimidasi dan ketidakjujuran dalam periwayatan hadis sunni
6. Ahlul Bait Dalam Al-Qur’an
7. sunni tidak kenal Imam 12 yang disebut Rasul berasal dari Bani Qurays, berarti Sunni tidak cinta Ahlul Bait
8. Dalam referensi ahlusunnah sendiri banyak ayat Al Qur’an yang hilang ! Bagaimana menyikapinya?
9. Jika Ahlul-Bait Nabi SAW mengalami penindasan luar biasa pada masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah (golongan Sunni), apakah para tiran tidak memalsukan hadis, doktrin dan sejarah demi politik ?
10. Siapakah Ahlul Bait Nabi Itu? sudahkah anda mengenalnya ?
11. Syi’ah bukan melaknat Abu Hurairah, tetapi membela Abu Thalib yang dituduh kafir, membela Nabi Musa as yang difitnah Telanjang, membela Tuhan yang dituduh berbentuk seperti Adam
12. Aswaja Sunni meninggalkan hadis 12 imam lalu berpedoman pada sahabat yang cuma sebentar kenal Nabi seperti Abu hurairah dan ibnu Umar
13. Abu Thalib dikafirkan Abu Hurairah Sang Pembuat Hadis Palsu atas perintah Mu’awiyah
14. ABU HURAIRAH DI MATA SYI'AH
15. Siapa yang lebih paham tentang Sunnah ??? Imam Ali atau Abu Hurairah ???
16. Dua Belas Imam Ahlulbait Syi’ah Seluruhnya Dizalimi Penguasa Sunni !! Syi’ah lah Yang Teguh Memegang Tsaqalain Sesuai Wasiat Nabi SAW
17. Kapan Saja Ada Kesempatan, Imam Ali selalu membicarakan haknya sebagai Khalifah Rasulullah Saw
18. Khalifah Rasulullah Yang WAJIB di ikuti sesuai Hadist Rasulullah saw adalah 12 imam ahlulbait !! Ternyata Sunni berdusta
19. tidak ada kewajiban bagi siapapun untuk mengikuti salah satu dari empat Mazhab Sunni, karena jika kebenaran ada pada keempat mazhab tersebut, mengapa salah satu Imam Mazhab dari empat mazhab tersebut dikritik pedas oleh Imam Mazhab lainnya..? Lalu pandangan yang mana yang harus diikuti.?
20. Islam hanya terbagi dua yakni : Syi’ah Ali dan Syi’ah Muawiyyah
21. mari kita telusuri periode pertama dari kehidupan Umat Islam pada zaman Nabi, kita akan menemukan adanya dua garis pemikiran utama yang sangat bertolak belakang dan juga muncul berbarengan dengan timbulnya masyarakat Islam awal
22. WAHABI ADALAH TURUNAN ZIONIS YANG MENENTANG TERHADAP ISLAM AHLUL BAIT SERTA BERBAU BID'AH
23. Fatimah Az-Zahra a.s murka kepada Abubakar dan Umar !! Syi’ah mencontoh saja perbuatan puteri Nabi SAW
24. Sunni adalah partai pendukung Abu Bakar, Umar, Usman dan Mu’awiyah.
25. 100 orang tokoh syi’ah yang menjadi rantai sanad kitab kitab hadis aswaja sunni ADALAH PAHLAWAN PENYELAMAT HADiS
26. BANTAHAN NASHIBI TERHADAP KEUTAMAAN ABU SOFYAN DAN MUAWIYYAH
27. MENGENAI Hadis Keadaan Imam Ali Sepeninggal Nabi SAW dan Kelalaian Syaikh Al Albani
28. Syiah Mencela Sahabat Nabi, “Bisa Karena Terbiasa”??? Syiah Mewajibkan Mencela Para Sahabat ??? Aqidah Syi’ah Mencela Sahabat ??
29. Sahabat Nabi Yang Murtad Di Zaman Umar
30. Kesalahan Umar bin Khathab
31. Ali bin Abi Thalib, Mata Air Keteladanan
32. Mengapa Ahlulbait As hanya dikhusukan untuk beberapa orang saja?
33. Aisyah memanipulasi data bahwa Rasulullah SAW wafat dipangkuannya
34. Abu Bakr Dan Umar Bukanlah Kafir Sebagaimana Yg Termaktub Dlm Kitab-Kitab Syiah.Benarkah Demikian syiah menganggapnya kafir? Lalu Dimana letak kesalahan Abu bakar yang merasa dirinya sahabat Utama. Mari kita lihat Kesalahan Abu Bakar.
35. INILAH FAKTA BUKTI HADIS AHLUS SUNNAH TERHADAP ABU BAKAR (1)
36. INILAH FAKTA BUKTI HADIS AHLUS SUNNAH TERHADAP ABU BAKAR (2)
37. INILAH FAKTA BUKTI HADIS AHLUS SUNNAH TERHADAP ABU BAKAR (3)
38. INILAH FAKTA BUKTI HADIS AHLUS SUNNAH TERHADAP ABU BAKAR (4)
39. Siapa Bilang Kaum Munafik Bukan Sahabat Nabi Saw.?! Mari Kita lihat Kebohongan Bukti Buku 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga Kecuali Hanya Satu, Imam Ali yang menduduki haknya.
40. Tolong Anda jelaskan asas dan tipologi pemikiran Syiah?
41. kenapa sunni mendiamkan pelaknatan terhadap Ahlulbait Nabi Saw di atas mimbar-mimbar yang dilakukan atas perintah Mu’awiyah
42. Apa pendapat Syiah tentang riwayat yang menyatakan bahwa sepeninggal sepeninggal Rasulullah saw kekhalifahan berlangsung selama 30 tahun dan jumlah khalifah serta raja adalah 12 orang?
43. Barangsiapa mati tanpa Imam, matinya adalah mati Jahiliyyah.
44. Syi’ah adalah Partai Ali (Pengikut Mazhab 12 Imam) Yang Didirikan Nabi SAW
45. SIAPA SAJA TIDAK MENGENAL IMAM YANG DIUTUS ALLAH SWT PASKA RASULULLAH SAWW TERTOLAK SEGALA AMALANNYA.
46. AHLULBAYT NABI DAPAT DIIKUTI MELALUI DIALALOG DISAMPING ILHAM BAGI PRIBADI - PRIBADI TERTENTU Bagian 1
47. MASIH BANYAK ORANG KITA YANG BELUM MAMPU MEMAHAMI KALAU DIKATAKAN BAHWA PARA IMAM KHUSUS LEBIH TINGGI KEDUDUKANNYA DI SISI ALLAH SWT DARIPADA PARA MALAIKAT.
(Syiahali/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email