Pesan Rahbar

Home » , , » Meneladani Keistimewaan Nabi Muhammad saww

Meneladani Keistimewaan Nabi Muhammad saww

Written By Unknown on Thursday, 24 July 2014 | 20:19:00






Pendahuluan.
Siapa yang tidak mengenal seorang yang bernama Muhammad di dunia ini? Siapa yang tidak mengetahui keteladanan Muhammad di dunia ini? Dan siapa pula-lah yang tidak mengetahui kehormatan nama seorang Muhammad di muka bumi ini? Beliau adalah salah seorang hamba pilihan yang mendapat gelar habîb al-llâh karena kedekatannya dengan Allah swt. Tentu nama besar Muhammad amat sangat diakui oleh semua kalangan. Apapun statusnya, apapun tradisinya, apapun agamanya, semuanya mengetahui kredibilitas Muhammad saww.

Menanggapi tentang rasulullah Muhammad saww, maka ada beberapa kekhususan yang beliau miliki daripada nabi-nabi lain. Salah satunya yakni dikenangnya hari kelahiran beliau, sebagai hari yang menggembirakan yang seakan-akan telah membuka tabir kegelapan menuju cahaya yang terang benderang, dan hal ini memang terbukti benar. Karena beliau mampu merubah tradisi, adat, budaya atau kebiasaan-kebiasaan masyarakat Arab jahiliyyah menjadi masyarakat yang berpendidikan, berpredikat mulia dan diakui keistimewaannya hanya dalam kurun waktu 21 tahun, sehingga beliau bersabda: “Sebaik-baiknya bangsa adalah bangsa Arab, dan sebaik-baiknya klan adalah klan Bani Hasyim”.

Apa yang menjadikan bangsa Arab istimewa? Jawabannya adalah karena mereka mendapatkan anugerah atas penempatan Rasulullah saww sebagai bangsa Arab. Lalu mengapa Bani hasyim adalah klan yang paling utama dari klan-klan Arab lainnya? Karena Risalah kenabian ada di dalam tubuh nasab Bani Hasyim. Bahkan beberapa dari ulama juga mengatakan lebih dari itu, karena tampuk keimamahan juga berada dalam silsilah klan Bani Hasyim.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengungkap beberapa keutamaan-keutamaan dan akhlak Rasulullah saww dalam segala aktifitasnya. Dengan tujuan untuk mengenang kembali kemuliaan Rasulullah Muhammad saww dihari kelahirannya. Semoga makalah yang jauh dari kesempurnaan ini dapat memiliki berkah atas beliau dan keluarganya, amin.

Beberapa Kekhususan dan Keistimewaan Nabi saww di mata Allah swt.
Banyak ulama yang alam kitab-kitab manaqibnya mereka menyebut kekhususan dan keisitmewaan junjungan kita Nabi Besar Muhammad saww. Mereka menngatakan antara lain: “Alam Wujud ini diciptakan oleh Allah swt demi Rasulullah saww.” , beberapa hadits tentang keutamaan terserbut adalah:
“Setelah Adam berbuat kesalahan (melanggar larangan Allah) ia mohon: “Ya Rabb, demi kebenaran Muhammad Engkau Mengampuni Dosa kesalahanku.”. Allah bertanya: “Bagaimana engkau mengenai Muhammad?” Adam Menjawab: “Ketika Engkau menciptakanku dengan tanganMu dan setelah Engkau tiupkan bagian dari ruh-Mu kepadaku, kuangkatlah kepalaku klulihat pada penyangga arsy termaktub: LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH. Aku mengerti bahwa engkau tidak akan menempatkan nama lain di samping nama-Mu kecuali makhluk yang paling Engkau cintai”, Allah menjawab: “Hai Adam, engkau benar. Kalau bukan karena Muhammad Aku tidak menciptamu.”

Imam Asyakir meriwayatkan sebuah hadits dari Salman Al-Farisy, bahwa ia (Salman) pernah mendengar sendiri penjelasan yang pernah diberikan oleh Rasulullah saww, bahwasanya pada suatu hari turun malaikat Jibril kepada beliau lalu berkata: “Allah Tuhanmu berfirman kepadamu: “Jika Aku dahulu telah mengangkat Ibrahim sebagai Khalil (Nabi yang terdekat), sekarang engkau telah kuangkat sebagai habib (kekasih). Aku tidak menciptakan makhluk apa pun yang lebih mulia di sisi-Ku daripadamu. Dunia dan semua penghuninya Kuciptakan untuk Kuperkenalkan mereka akan kemuliaanmu dan kedudukanmu di sisi-Ku. Jika bukan karena engkau dunia ini tidak Kuciptakan!”

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107).

Firman Allah tersebut telah meastikan bahwa Muhammad saww adalah rahmat bagi aalm semesta, dan untuk mewujudkan rahmat itu Allah menciptakan alam semesta. Jadi alam semesta ini adalah pengejawantahan, manifestasi atau perwujudan rahmat Ilahi. Karenanya tidak keliru jika dikatakan bahwa alam semesta ini diciptakan demi rahmat yang terkait padanya, yakni Muhammad saww.

Keutamaan Nabi Muhammad saww Lainnya.
· Muhammad saww adalah Nabi dan Rasul satu-satunya yang berketurunan sepanjang Sejarah Zaman.
Sejak Allah menciptakan Adam hingga Muhammad saww, di antara mereka yang silsilah keturunannya berdata lengkap dan jelas hingga dapat kita ketahui di zaman dewasa ini hanyalah rasulullah Muhammad saww. Dalam hal itu, yang lebih khusus lagi bahwa tak ada seorangpun dari keturunan beliau yang menjadi penganut agama lain selain agama bawaan beliau, yakni Islam.

Berkaitan dengan hal ini, dapat kita ketahui bahwa Al-Qur’an pun juga membahas tentang karunia yang Allah berikan kepada beliau atas keturunan yang beliau miliki:
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni'mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (keturunannya) .” (QS. Al-Kautsar: 1-3).

Ada beberapa riwayat mengenai sebab turunnya surat tersebut. Antara lain adalah: ketika putra Nabi Qasim wafat dalam usia yang masih kecil, kaum musyrikin Quraisy (antara lain Walid ibn AL-Mughirah, Wa’il ibn Al-Ash) mengejek beliau dengan mengatakan bahwa “Muhammad tidak memiliki keturunan. Maka Rasulullah sangat bersedih mendengar hal itu, kemudian turunlah wahyu tersebut sebagai lawan tanding dari perkataan kaum Quraisy tersebut.

Sehingga putri beliau saww Sayyidah Fathimah Al-Zahra disebut-sebut memiliki gelar Al-Kautsar/yang banyak keturunannya dikarenakan telah memberikan keturunan Bani hasyim yang banyak hingga dapat kita jumpai saat ini.

Terdapat beberapa alasan yang dikemukakan oleh para pendukung penafsir kata al-kautsar diartikan sebagai keturunan yang banyak. Alasan pertama adalah konteks sebab turunnya surat itu sendiri, yang terkait atas sikap Nabi terhadap ejekan kaum Quraisy. Alasan kedua adalah kata “Al-Abtar” tidak akan menjadi bermakna jika kata “Al-Kautsar” tidak dipahami sebagai kata yang mencakup makna keturunan yang banyak. Alasan ketiga adalah kata “Al-Inhar/Wanhar” yang berarti sembelihlah binatang ternak. Dalam konteks kelahiran anak, hal ini dimaknai sebagai aqiqah, yang merupakan bukti syukur kita atas kelahiran seorang anak.

· Bershalawat Kepadanya
Keutamaan lain yang di miliki oleh rasulullah saww salah satunya adalah tuntutan agar kita bershalawat kepadanya. Sebagaimana yang telah dikutip dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi . Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)".

Dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa Allah pun dan para malaikatnya bershalawat untuk Rasulullah saww. Hal ini dikarenakan karena kemuliaan Rasulullah yang jelas telah melampaui para Nabi-Nabi lainnya.

Ketika turunnya ayat tersebut, para sahabat menanyakan kepada Rasulullah: “Kami tahu bagaimana cara mengucapkan salam kepadamu, namun kami belum tahu bagaimana bershalawat kepadamu.”
Maka Rasulullah menjawab: “Katakan Allahumma Shalli ‘ala Muhammad wa ‘ali Muhammad.”.

Apa tujuan dari shalawat yang sesungguhnya? Mengapa kita dianjurkan utnuk melakukan shalawat? Beberapa ulama mengatakan bahwa faedah shalawat adalah bagaikan membuka pintu rahmat Allah swt untuk yang mengucapkannya. Bershalawat diyakini dapat menjauhkan kita dari perbuatan yang kurang baik, menjauhkan kita dari godaan Setan. Dalam riwayat dikatakan bahwa sekeras apa kita membaca shalawat maka sebesar itulah perisai yang kita miliki untuk menangkis segala godaan dari Setan.

Shalawat juga dikatakan mempunyai pahala yang sangat tinggi. Diriwayatkan pernah Rasulullah bertemu dengan seorang malaikat yang memiliki seribu tangan dan seribu sayap. Sehingga Rasulullah kagum melihatnya. Kemudian beberapa saat setelahnya, turunlah hujan, dan malaikat itu berkata: “Ya Rasulullah, aku mampu menghitung rintik-rintik hujan yang jatuh dimuka bumi ini dengan tepat, akan tetapi aku tidak mampu menghitung satu hal,” Rasulullah menjawab: “Apa itu wahai malaikat Allah?” malaikat tersebut menjawab: “Aku tidak mampu menghitung banyaknya pahala bagi pengikutmu yang melantunkan shalawat kepadamu.”

Oleh karena itu dikatakan pula dalam hadits, bahwa “sekikir-kikirnya manusia adalah yang tidak ingin bershalawat kepadaku dan keluargaku.”. Mengapa dikatakan manusia yang tidak bershalawat atas beliau dan keluarganya adalah manusia yang paling kikir? Karena secara tidak langsung manusia tersebut telah menolak rahmat yang akan datang untuknya. Dapat kita bayangkan jika ada manusia yang saking kikirnya sampai-sampai ia kikir terhadap dirinya sendiri karena menolak rahmat yang datang dari shalawat yang dicapkannya? Kendatipun pelantunan shalawat tidak memerlukan modal apapun, melainkan hanya sebuah suara saja, tidak diperlukan hati yang bersih, tidak diperlukan harta yang banyak dan tidak diperlukan fisik yang kuat untuk melantunkannya. Maka dari itu sungguh benar apa yang dikatakan oleh beliau saww bahwa “sekikir-kikirnya manusia adalah yang tidak ingin bershalawat kepadaku dan keluargaku.”

· KecintaanTerhadap keluarganya.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah berkata: “Sesungguhnya Allah swt telah menciptakan Islam, lalu Dia menciptakan halamannya, kemudian menciptakan cahayanya, lalu menciptakan bentengnya, kemudia menciptakan penolongnya. Adapun halamannya adalah Al-Qur’an, cahayanya adalah hikmah, bentengnya adalah Al-Ma’ruf/perbuatan baik, dan penolongnya adalah Aku, Ahlulbaitku dan para pengikut kami. Maka cintailah Ahlulbaitku, para pengikut dan penolong mereka. Karena, ketika aku diisra-kan ke langit dunia, Jibril menuturkan nasabku kepada penduduk langit/para malaikat, lalu Allah letakkan kecintaan kepadaku, kepada Ahlulbaitku dan kepada para pengikut mereka ke dalam hati para Malaikat. Sehingga kecintaan itu merupakan titipan/amanah yang ada pada mereka hingga hari kiamat. Kemudian Jibril membawaku turun kepada penduduk bumi, dan dia menuturkan nasabku kepada penduduk Bumi, lalu meletakkan kecintaan kepadaku, kepada Ahlulbaitku dan kepada para pengikut mereka ke dalam hati orang-orang yang beriman dari umatku. Maka orang-orang beriman dari umatku akan menjaga amanahku berkenaan dengan Ahlulbaitku hingga hari kiamat.”.

Imam Syafi'i r.a. dalam banyak syair beliau telah melahirkan rasa cinta dan kasih sayang beliau kepada Ahlulbait Rasulallah saww. antara syair beliau yang banyak itu, beliau pernah bermadah: "Wahai Ahlulbait Rasulullah! Kecintaan kepadamu adalah kewajiban dari Allah, yang turun dalam al-Quran. Cukuplah bukti betapa tingginya kamu sekalian. Tiada sempurna sholat tanpa shalawat untuk anda sekalian.".
 
Imam Ahmad bin Hambal meriwayatkan dalam Hadits lain: “Apabila bintang-bintang lenyap, lenyaplah penghuni langit; dan apabila ahli-baitku lenyap, lenyap pula penghuni bumi.”.
 
Hadits Rasulullah SAW dari Abu Dzar menyatakan :” Ahlul- baitku di tengah kalian ibarat bahtera Nuh. Siapa yang menaikinya ia selamat dan siapa yang ketinggalan ia binasa.”.

Rasulullah bersabda: "Aku tinggalkan padamu sesuatu, yang apabila kamu berpegang teguh padanya, niscaya kamu tidak akan sesat sepeninggalku, yang satu lebih agung dari yang lain, yaitu kitab Allah, yakni tali penghubung antara langit dan bumi, dan Irtah-ku yaitu ahlulbaitku, keduanya tidak akan berpisah sehingga berjumpa denganku di telaga Al-Haud. Oleh karena itu perhatikanlah bagaimana kamu memperlakuka kedua peninggalanku".

Hadits di atas mengindikasikan bahwa sesungguhnya kecintaan terhadap keluarga Nabi adalah suatu kewajiban yang diberikan Allah untuk umat Nabi saww. Sekaligus juga sebagai keutamaan rasulullah saww karena di antara para Nabi-Nabi, hanya keluarga Rasulullah-lah yang ditempatkan dalam posisi mulia seperti ini. Padahal pada Nabi-Nabi sebelumnya, justru yang mengingkari dari dakwah para Nabi tersebut adalah keluarganay sendiri, seperti yang contohnya yang terjadi pada Nabiyullah Nuh yang ditentang oleh anaknya sendiri yang bernama Kan’an.

Dalam Al-Qur’an sendiri, perkara keluarga Nabi juga telah sedikit disinggung, yakni pada ayat:
“Itulah yang Allah menggembirakan hamba- hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada Al-Qurba". Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Al-Syura: 23).

Kata Al-Qurbâ yang terdapat dalam ayat tersebut ada yang mengartikan sebagai keluarga suci Nabi atau Ahlulbait. Di dalam kamus lisanul arab, kata Al-Qurba itu sendiri berarti نقيضُ البُعْدِ/lawan dari jauh.
Dalam pandangan pernyataan mufassir tentang Al-Qurbâ, dikutip dari Dzakhair Al-Uqba dan As-Shawa’iq, 

Rasul bersabda:Sesungguhnya Allah menjadikan upahku atas kalian adalah kecintaan kepada Ahlulbaitku dan aku kelak akan benar-benar akan meminta pertanggung-jawaban kalian tentang mereka.

Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitab tafsirnya Al-Dûr Al-Mansûr juz 7 halaman 347-348 menyebutkan beberapa riwayat yang menegaskan hal serupa diantaranya dari Jalur ibn Abbas.
Ibn Mardawaih meriwayatkan dari jalur Ibn Al-Mubarak dari Ibn Abbas terhadap ayat itu, mengatakan:Hendaknya kalian menjagaku dengan berbaik sikap terhadap keluargaku.”

Al-Hakim dalam Mustadraknya Juz 3 halaman 172 meriwayatkan dari jalur Imam ‘Ali ibn Husein Zainal ‘Abidin bahwa Imam Hasan cucu Rasulullah saww berkhotbah ketika Imam ‘Ali gugur sebagai Syahid atas pedang Ibn Muljam:Siapa yang mengenal aku pasti ia tahu aku dan yang belum kenal aku maka ketahuilah bahwa aku adalah Al-Hasan putra Muhammad, aku putra orang yang membawa berita gembira dan ancaman, dan aku termasuk ahlulbait yang diwajibkan oleh Allah untuk dicintai dan dipanuti, lalu beliau berkata: termasuk ayat yang diturunkan kepada Muhammad adalah (sembari membaca ayat al-mawaddah).”.


· Mukjizat Al-Qur’an.
Jelas telah kita ketahui bagaimana mukjizat-mukjizat para nabi lainnya. Ada yang mukjizatnya dengan bentuk kekuatan fisik, seperti contoh Nabi Daud as. yang mampu membengkokkan besi dan Nabi Ibrahim as. yang kebal dibakar api, ada yang berbentuk kekuatan sihir, seperti Nabi Musa as. yang mampu mengubah tongkatnya menjadi ular, dan ada juga mukjizatnya berbentuk kitab. Hal ini di miliki oleh Nabi Daud as. dengan Zabur, Nabi Musa as. dengan Taurat, Nabi Isa as dengan Injil. dan Nabi Muhammad saw dengan Al-Qur’an. Kesemuanya memuat wahyu Allah untuk para pengikut utusan-Nya tersebut.

Di antara kitab-kitab tersebut, hanya Al-Qur’an-lah yang dirasa paling memiliki keistimewaan. Mengapa Al-Qur’an dikatakan yang paling istimewa? Karena Al-Qur’an memuat wahyu yang selalu sesuai dengan zaman apapun. Artinya hukum-hukum Al-Qur’an akan berlaku sampai kapanpun hingga hari kiamat tiba. Hal ini berbeda dengan kitab-kitab para Nabi terdahulu yang hanya sesuai pada zaman umatnya saja.
Bahasa Al-Qur’an seperti yang kita ketahui adalah bahasa arab, tapi hal tersebut bukan mengartikan bahwa Al-Qur’an hanya diperuntukkan bagi Bangsa Arab saja. Justru dengan diberikannya bahasa Arab atas Al-Qur’an itu semakin menunjukkan bahwa Al-Qur’an tertuju untuk semua manusia, karena kaidah bahasa arab yang universal dengan bukti kata-katanya yang mampu diderivasi dengan banyak arti.

Menurut Taqi Mishbah Yazdi, salah satu bukti lain dari adanya universalitas Islam itu sendiri terletak pada Al-Qur’an itu sendiri yang tidak diwahyukan hanya untuk satu kaum saja atau satu zaman saja, tapi lebih dari itu, bahwa Al-Qur’an diwahyukan untuk semua umat pasca Isa as sampai berakhirnya zaman. Lebih khusus lagi yakni pada beberapa teks Al-Quran yang secara tidak langsung memberikan gambaran universalitasnya terletak pada ayat-ayat yang berawalkan “Yâ Ayyuhal Al-Nâs”/wahai manusia sekalian atau “Yâ Banî Adam”/wahai keturunan Adam, ini merupakan indikasi bahwa seruan Al-Qur’an meliputi seluruh umat manusia. Serta contoh lain ada pada kata-kata kecaman yang ada pada Al-Qur’an yang ditujukan kepada orang-orang yang ingkar kepada risalah Nabi Muhammad saw agar selayaknya memeluk Islam.

Dari contoh-contoh tentang universalitas Al-Qur’an di atas yakni semisal “Yâ Ayyuhal Al-Nâs”/wahai manusia sekalian atau “Yâ Banî Adam”/wahai keturunan Adam, secara tidak langsung dapat kita pahami mengandung kemutlakan waktu yang tak terbatas atas masa tertentu. Dengan demikian, beberapa contoh di atas telah membuktikan bahwa Al-Qur’anm sebagai mukjizat Nabi Muhammad saww yang terbesar tersebut adalah suatu kitab yang selalu kontekstual dalam segala zaman.

· Penutup Risalah Kenabian/Khatam Al-Anbiyâ’.
Semua para kaum muslim di dunia mengakui Rasulullah Muhammad saww merupakan Nabi terakhir yang terkenal dengan isilah Khatam Al-Anbiyâ’, tidak ada Nabi lain setelahnya, hal ini dijelaskan Al-Quran dalam surat Al-Ahzab: 40.
"Muhammad itu sekali-sekali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah rasulullah dan penutup para Nabi-nabi. Dan adalah Allah yang maha mengetahui segala sesuatu".

Kata khatam itu sendiri sebenarnya berarti menyegel. Jadi maksud kata “Khatam Al-Anbiyâ’” itu sendiri adalah segelnya para Nabi, yang dalam perkembangannya kata tersebut diartikan sebagai penutup para Nabi, artinya risalah kenabian telah usai pasca Nabi Muhammad, sehingga telah dinisbatkan bahwa “la nabiyya ba’dahu/tidak ada nabi lain setelahnya”.
Mungkin timbul pertanyaan "apa peran Nabi Muhammad sebagai “Khatam Al-Anbiyâ’” dalam misi kenabian?". Ada tiga alasan yang akan menjelaskannya.

Pertama, umat zaman dahulu tidak mampu menjaga kelestarian kitab suci, yang disebabkan oleh perkembangan mental dan kematangan berfikir. Kitab suci diubah dan didistorsi, hingga diperlukan pembaharuan pesan. Disamping Allah telah menjaga Al-Quran dari perubahan, penghilangan ataupun penambahan dari manusia, pada saat Al-Quran diturunkan, adalah masa ketika manusia telah melampaui masa kanak-kanaknya dan mampu melestarikan khazanah keagamaannya. Oleh karena itu tidak ada distorsi pada Al-Quran, mereka merekamnya dalam ingatan dan tulisannya, agar tidak terjadi perubahan, kerusakan kepadanya.

Kedua, umat terdahulu belum mampu memahami suatu program yang umum dan komperhensif. Pada masa sebelumnya, manusia tidak mampu menerima suatu program umum bagi jalan yang mereka tempuh dan tidak mampu melanjutkan perjalanan mereka dengan bimbingan yang mereka tempuh. Tetapi, serentak dengan tibanya penutup masa kenabian, umat manusia telah mampu menerima program tersebut. Selain itu, alasan bagi diperbaharuinya agama dalam kitab suci adalah bahwa manusia belum mampu memahami program yang umum dan komperhensif. Dengan berkembangnya kemampuan ini, program yang bersifat umum dan komperhensif disuguhkan.

Ketiga, sebagian besar Nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad adalah Nabi yang mendedikasikan dirinya sebagai pendakwah, bukan pembawa hukum Ilahi. Nabi-nabi pendakwah kerjanya sebagai marketing, menyebarkan dan menafsirkan hukum Ilahi pada zaman mereka. Lain halnya dengan Nabi Muhammad, beliau merupakan pembawa hukum Ilahi, yaitu Al-Quran yang dibawanya sebagai penyempurna ajaran dari kekurangan-kekurangannya pada masa terdahulu.

Beberapa Akhlak Mulia Nabi Muhammad saww.
· Jujur.
Nabi saw, sebelum diutus menjadi rasul, mengadakan perjalanan ke Syiria untuk kepentingan Khadijah as. Dan Khadijah as ini di kemudian hari menjadi istrinya. Perjalanan ini, lebih dari sebelumnya, memperjelas kejujuran dan efisiensinya. Kejujuran dan keandalannya jadi begitu terkenal, sampai-sampai dia mendapat julukan tepercaya (al-Amin). Orang mempercayakan penjagaan harta mereka yang berharga kepada Nabi Muhammad saww. Bahkan setelah diutus menjadi rasul, meskipun memusuhinya, kaum Quraisy tetap saja menyerahkan penjagaan harta berharga mereka kepadanya karena merasa yakin akan aman di tangannya. Itulah sebabnya ketika hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad saww meninggalkan Imam Ali bin Abi Thalib as untuk beberapa hari demi mengembali-kan titipan-titipan kepada para pemiliknya.

· Ibadah.
Untuk sebagian malam, terkadang separo malam, dan terkadang sepertiga atau dua pertiga malam, Nabi saw selalu melakukan ibadah. Meski siang harinya sibuk, khususnya selama Nabi saw berada di Madinah, Nabi saww tak pernah mengurangi waktu ibadahnya. Nabi saw menemukan kenikmatan penuh dalam ibadah dan berkomunikasi dengan Allah swt. Ibadahnya merupakan ungkapan cinta dan rasa syukur, dan motivasinya bukan keinginan masuk surga, juga bukan karena takut neraka. Suatu hari salah seorang istrinya bertanya kepada Nabi saww, bahwa kenapa Nabi saw begitu kuat dedikasinya untuk ibadah? Jawab Nabi saww: "Kepada siapa lagi aku mesti bersyukur, kalau bukan kepada Tuhanku?"

Nabi saww sangat sering berpuasa. Di samping puasa di bulan Ramadhan dan di sebagian bulan Syakban, Nabi saww selalu puasa dua hari sekali. Nabi saww selalu melewatkan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dengan iktikaf di masjid. Dalam iktikaf ini Nabi saww mencurahkan segenap waktunya untuk ibadah. Namun kepada umatnya Nabi saww mengatakan bahwa sudah cukup kalau berpuasa tiga hari setiap bulannya. Nabi saww suka mengatakan bahwa ibadah dikerjakan menurut kemampuan masing-masing, dan tidak boleh memaksakan diri, karena kalau dipaksakan, maka efeknya akan buruk. Nabi saww menentang kehidupan rahib, menentang sikap hidup yang tak mau terlibat dalam urusan duniawi, dan menentang sikap hidup yang menolak kehidupan berkeluarga. Beberapa sahabat Nabi saww mengutarakan niat untuk hidup seperti rahib. Nabi sawwmemperingatkan mereka. Nabi saw sering mengatakan:
“Tubuh, istri, anak-anak dan sahabat-sahabatmu semuanya punya hak atas dirimu, dan kamu harus memenuhi kewajibanmu."

Bila salat sendirian, salat Nabi saww lama, bahkan terkadang Nabi saww berjamjam menunaikan salat sebelum subuh. Namun bila salat berjamaah, salat Nabi saww tidak lama. Dalam hal ini Nabi saww memandang penting memperhatikan orang-orang usia lanjut dan orang-orang yang lemah jasmaninya di antara para pengikutnya. Dalam bagian shalat, menurut riwayat salah seorang istrinya pernah melihatnya beliau ketika sedang wudhu mukanya begitu pucat serasa takut. Lalu salah seorang istrinya tersebut bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa mukamu begitu pucat? Padahal engkau hanya ingin menjalankan shalat?” Nabi saww menjawab: “Ketahuilah bahwa sebentar lagi aku akan menghadap penguasa alam, yang Maha Kuat lagi Maha perkasa maka bagaimana bisa aku tidak takut?”

· Kepemimpinan, administrasi dan konsultasi.
Sekalipun beberapa para sahabat Nabi saww menjalankan setiap perintah Nabi saww tanpa ragu, dan berulang-ulang mengatakan percaya penuh kepada Nabi saww dan bahkan mau terjun ke sungai atau ke dalam kobaran api jika saja Nabi saww memerintahkannya, namun Nabi saww tak pernah menggunakan cara-cara diktator. Mengenai masalah-masalah yang belum ada ketentuan khususnya dari Allah swt, Nabi saww berkonsultasi dengan sahabat-sahabatnya dan menghargai pandangan mereka, dan dengan demikian membantu mereka mengembangkan pribadi mereka. Ketika Perang Badar, Nabi saww menyerahkan persoalan mengambil aksi militer untuk menghadapi musuh, memilih lahan untuk mendirikan tenda, dan mengenai perlakuan terhadap tawanan, kepada nasihat sahabat-sahabatnya. Ketika Perang Uhud, Nabi saww berkonsultasi soal perlu tidaknya tentara Muslim bertempur dari dalam kota Madinah ataukah tentara Muslim perlu keluar dari kota. Nabi saww juga berkonsultasi dengan para sahabatnya ketika Perang Ahzab dan Tabuk.
· Teratur dan Tertib.
Semua tindakan Nabi saww teratur dan tertib. Nabi saww bekerja sesuai dengan jadwal. Nabi saww mengajak para sahabatnya untuk berbuat sama. Berkat pengaruh Nabi saww, para sahabat jadi penuh disiplin. Bahkan ketika Nabi saww memandang perlu merahasiakan keputusan tertentu agar musuh tidak menaruh syak wasangka terhadap kaum Muslim, para sahabat serta merta melaksanakan perintah Nabi saww. Misal, Nabi saww pernah memerintahkan agar para sahabat bergerak esok hari. Keesokan harinya semua sahabat yang diperintah itu bergerak bersama Nabi saww tanpa tahu maksud finalnya, dan para sahabat baru tahu maksudnya pada saat-saat terakhir. Terkadang Nabi saww memerintahkan beberapa orang untuk bergerak ke arah tertentu, memberikan surat untuk komandan mereka dan memerintahkan agar komandan tersebut membuka surat itu begitu sampai di tempat tertentu dan agar bertindak sesuai dengan perintah. Sebelum mencapai tempat tertentu, mereka tidak tahu maksud mereka dan untuk apa mereka ke sana. Dengan cara ini Nabi saw membuat musuh dan mata-mata tak tahu apa-apa, dan sering kali musuh serta mata-mata tak menduganya.
· Metode Berdakwah.
Dalam mendakwahkan Islam, metode Nabi saww lembut, tidak keras. Nabi saww terutama berupaya membangkitkan harapan, dan menghindari penggunaan ancaman. Kepada salah seorang sahabat, yang diutus Nabi saww untuk mendakwahkan Islam, Nabi saww mengatakan: "Bersikaplah yang menyenangkan, dan jangan bersikap keras. Katakan apa yang menyenangkan hati orang, dan jangan buat mereka jadi benci."
Nabi saww memiliki perhatian yang aktif terhadap dakwah Islam. Pernah Nabi saww pergi ke Thaif untuk berdakwah. Pada musim haji, Nabi saww suka menyeru berbagai suku dan menyampaikan pesan Islam kepada mereka. Nabi saww pemah mengutus Imam Ali bin Abi Thalib as dan pada kesempatan lain Mu'adz bin Jabal ke Yaman untuk berdakwah. Sebelum ke Madinah, Nabi saww mengutus Mus'ab bin Umair untuk berdakwah di Madinah. Nabi saww mengutus sejumlah sahabat ke Ethiopia/Habasyah. Di samping untuk menghindari penganiayaan kaum musyrik Mekah, mereka mendakwahkan Islam di Ethiopia dan memuluskan jalan bagi diterimanya Islam oleh Negus, Raja Ethiopia, dan 50 persen penduduk Ethiopia. Pada tahun ke-6 Hijrah, Nabi saww mengirim surat kepada pemimpin sejumlah negara di berbagai bagian dunia dan mengenalkan kepada mereka tentang kenabiannya. Sekitar seratus surat yang ditulis Nabi untuk berbagai pemimpin, sampai sekarang masih ada.
REFERENSI:
Syaikh Musa Zanjani. Madinah balaghah, Kumpulan Khotbah, Surat dan Ucapan Nabi Muhammad SAWW. Jakarta. Lentera. 2010.
Lisanul Arab
Ali umar Al-Habsyi. Tafsir Nuur Tsaqalain, Mengungkap: Mutiara Keutamaan Ahlul Bayt. Jakarta. Yayasan Al-Baqir. 1994.
MT Misbah Yazdi. Iman Semesta. Jakarta. Al-Huda. 2005.
HMH. Al Hamid Al Husaini. Keagungan Sayyidina Muhammad Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Salam.yayasan Al hamidiy. 1996.
Murtadha Muthahhari. Falsafah Kenabian. Jakarta. Pustaka Hidayah. 1991
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: